Rabu, 30 Juli 2008

Harap Tenang Ada Ujian!!!!!!!!!


Setiap kali ada ujian akhir yang dilakukan oleh murid-murid di sekolah-sekolah, maka biasanya ada tulisan "Harap Tenang, Ada Ujian!" Karena para guru berharap bahwa ketenangan dari keadaan luar akan membantu murid-murid untuk menyelesaikan ujian itu dengan tenang dan tanpa gangguan. Bahkan seringkali seminggu sebelum ujian akhir biasanya diberikan waktu seminggu yang disebut dengan minggu tenang.

Bagaimana dengan hidup dari murid-murid Kristus? Adakah ketenangan menghadapi ujian dan pencobaan? Dari mana sumber ketenangan itu? Apakah keadaan dari luar yang bisa membuat hidup ini tenang menghadapi ujian dan pecobaan yang terus terjadi?

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
1 Korintus 10:13


Ketenangan menghadapi ujian dan pencobaan seringkali menjadi sesuatu yang sangat langka. Karena tidak pernah diajarkan dan dilatih untuk menghadapi semua ujian dan pencobaan. Dari kecil, seorang anak biasanya diberikan perlindungan maksimal dan tidak diharapkan untuk menghadapi keadaan-keadaan yang sulit di dalam hidupnya. Orang tua biasanya mengharapkan anak2nya mendapatkan segala kelancaran dan semuanya baik-baik saja, dan berusaha menjaga agar anak2nya tidak ada yang mengalami kesulitan di dalam hidup ini. Sedikit orang tua yang mendidik anaknya untuk berhadapan dengan kesulitan dan mempersiapkannya menghadapi tantangan dunia yang makin sulit. Itu sebabnya, ketika ada yang sakit, musibah, maka yang terjadi biasanya adalah kepanikan. Karena cara berpikir yang menganggap bahwa hidup ini seharusnya sehat-sehat, baik dan penuh dengan berkat Tuhan. Dan seorang anak dipersiapkan untuk menghadapi hidup yang sehat, baik dan penuh berkat saja. Kenyataannya ternyata berbeda.

Keadaan dunia ini ternyata terus berubah. Kadang kala sepertinya hidup ini bisa dikendalikan. Ada kesehatan, segalanya baik-baik saja dan bahkan hidup di dalam kelimpahan seperti dan bahkan lebih dari pada yang dipikirkan. Tetapi juga seringkali harus diselingi dengan berbagai sakit yang datang tanpa diundang, bahkan seringkali bisa parah dan tidak bisa diobati ataupun terlambat untuk diobati; masalah-masalah yang tidak bisa dikontrol, musibah, bencana alam dan seribu satu kejadian yang tidak pernah terpikirkan terjadi di dalam dunia ini dan hidup ini. Banyak orang yang sudah memiliki kelimpahan dalam hidup mencoba membuat perlindungan terhadap semua yang tidak terduga dengan asuransi, tabungan dan deposito, rumah dan segala proteksi yang bisa dipikirkan. Tetap saja ada kepanikan di negara maju seperti Amerika Serikat ketika seorang mahasiswa bisa membunuh mahasiswa dan dosen yang memiliki asuransi, uang dan banyak hal yang ternyata tidak bisa melindungi hidupnya.

Seharusnya ada perubahan cara pandang terhadap hidup ini. Manusia tidak bisa lagi bermimpi bahwa dunia yang berdosa ini suatu saat akan ada kedamaian dan tanpa masalah sama sekali. Mimpi yang tidak berdasar, karena dunia ini sudah dicemari dosa. Hanya kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali yang bisa mengubah mimpi itu menjadi kenyataan. Tetapi selama hidup di dunia yang berdosa ini, maka seharusnya manusia bersiap menghadapi segala penderitaan, permasalahan, sakit-penyakit, musibah, kebencian dan peperangan. Apakah hidup harus dihadapi hanya dengan sikap pesimis seperti ini?

Tentu saja ada kabar baiknya. Yaitu, pencobaan-pencobaan yang akan kita alami tidak akan pernah melebihi kemampuan kita. Karena ada Tuhan yang setia yang akan menolong dan memberikan jalan keluar serta memampukan kita menanggung beban. Sangat menarik.. Bukan membuang segala kesulitan dan permasalah yang ada, tetapi justru Tuhan memampukan kita untuk menanggungnya. Dengan mengingat janji Tuhan ini, seharusnya ada ketenangan menghadapi semua ujian dan pencobaan. Ketenangan ini bukan karena jaminan yang diberikan oleh keadaan dunia yang selalu berubah, tetapi dari penyertaan Tuhan yang membuat umatNya akan tenang karena bersandar kepadaNya.

Ada ujian? Tidak masalah, harap tenang.

Be still, my soul: the Lord is on thy side;
Bear patiently the cross of grief or pain;
Leave to thy God to order and provide;
In ev'ry change He faithful will remain.
Be still, my soul: thy best, thy heav'nly Friend
Thro' thorny ways leads to a joyful end.

Sumber dari Milis Rohani

Selasa, 22 Juli 2008

Jaminan sebuah Perkawinan?


Tulisan di bawah ini adalah kutipan dari sebuah diskusi di Mailinglist Apikatolik.
Semoga bermanfaat bagi para pembaca....

Untuk para milister Apik mohon ijin tulisan ini kami muat pada Blog ini....................
====================================================================

Rekan-rekan terkasih,

Dalam pendampingan para calon pasutri (kursus persiapan menikah dan penyelidikan kanonik), saya selalu melontarkan pertanyaan pertama begini, "Apakah yang Anda cari dalam hidup perkawinan dan keluarga? Mengapa kalian mau menikah?" Jawaban yang paling sering muncul, "Romo, saya ingin hidup bahagia!" Terus saya tanyakan lebih lanjut, "Siapa yang membahagiakan dirimu?" Dengan lantang mereka akan mengatakan bersama, "Jelas kami berdua Romo, kan kami mesti saling membahagiakan". Ehmm kalau begitu, aku Tanya lagi, 'Sampai kapan Anda akan saling membahagiakan?"...Calon pasutri pun serentak menjawab, "Selama-lamanya Romo!"...Aku tersenyum dalam batin,
"Ehmmm begitu bersemangat dan yakin gitu." Lalu aku tanya lagi, "Mbak dan Mas, siapa yang menjamin kalau kalian bisa saling membahagiakan satu sama lain, bahkan selamanya? Kalau kalian mau hutang uang di Bank, atau BPR, pasti ada jaminan, misalnya sertifikat tanah, dst...tapi kalau kalian mau menikah dan berniat saling membahagiakan selama lamanya lagi, apakah yang menjadi jaminan Anda semua, bahwa kalian mampu saling membahagiakan? Nah supaya "seru", silakan teman-teman sharing.....bagi yang berstatus yang belum nikah, sudah nikah....atau yang tidak nikah !!

salam hangat,

bslametlasmunadipr

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Mo,
aku malah mau tanya,"Emangnya pake jaminan?" Bukannya perkawinan itu seperti halnya hidup ini sendiri: kita berelasi dengan Tuhan. Bahagiaku ya pilihanku. kalo aku pilih untuk memelihara hati yang ungsreg sirik bin dengki ya mau kawin,
mau hidup bakti, mau jomblo yaaaa... gimana bahagia? itu kan sebabnya kita diberitahu bahwa kasih itu sabar, tidak cemburu dll. Katakan kawin, lalu kita sabar terhadap pasangan ntar kan bahagia.lha hidup bakti ato jomblo kalo sabar juga kan bahagia.

so, kalo ditanya apa jaminannya.... hihihi... aku ngaku bodoh aja deh .... aku gak pake jaminan apa apa sih...aku tidak bisa membuat suamiku bahagia, tapi bahwa dia bilang dia
bahagia jadi suamiku yaaaa... rasanya itu sih pilihan hatinya aja. lha wong aku nggak masak, gak beres beres, gak ngurus dia koq ya dia bilang bahagia kan ya berarti dia menerima keadaanku yang di bawah standard itu untuk kebahagiaan hatinya sendiri. kalo dia gak bisa terima kan dia jengkel dewe to... wong ya aku gini gini aja.

aku menjalankan perkawinan yang salah ya?!?!? hehehheeh.... boleh mengajukan pembatalan gaaak?!!?!? huahahahahhahahahahaaaaa....MAKSUD LOE?!!?!?

Salam, rin

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dear All,

Saya sudah married jalan 5 tahun. Selama hidup pernikahan kami banyak sekali diwarnai yang disebut dengan romantika kehidupan. Mulai dari merasakan 'nikmatnya' di PHK setelah abis married, kemudian merasakan berjuang bersama-bersama buka warung buat menghidupi keluarga. Juga saat bersama-sama mendampingi istri saya untuk konselling dalam proses penyembuhan problem2 di keluarga kami. Sekarang saya baru bisa merasakan arti dari pernikahan itu dan bisa merasakan kebahagiaan di saat kami menghadapi masalah secara bersama-sama dan memetik hasil yang manis dari perjuangan kami itu.

Kehidupan kami memang masih jauh dari cukup. rumah masih ngontrak, mobil pinjeman dari ortu, tahun depan anak kami mau sekolah, kami masih belon punya dana. Namun kami sekarang jauh lebih bahagia, karena sejak berbagai cobaan yang kami alami, kami jadi lebih menghargai waktu2 untuk kebersamaan, berdoa bersama, rekreasi bersama walaupun cuman terbengong2 di kebun teh. bagi kami saling membahagiakan berarti pada saat salah satu diantara kami ada yang sedih atau sakit, yang lain tidak meninggalkan dan rela berjuang bersama walau harus mengorbankan waktu dan kesenangan pribadi.

Salam

Stefanus Gunawan

-------------------------------------------------------------------------------------------------

ikutan ah..

klo menurutku sih, itu yg namanya "Cinta adalah kata kerja, bukan kata sifat
ato kata benda apalagi kata keterangan". jadi jaminannya ya si cinta sebagai
kata kerja itu.

aku cinta kamu = seberapa giat aku membuat rasa cinta itu menjadi tindakan
nyata. cinta di mulut dan cinta di dalam hati ya ndak ikutan dihitung, wong
tidak menjadi kegiatan "cinta".

kegiatan cintanya apa aja? ya mulai dari mesra2an jaman pacaran sampe saling
mendengarkan to? klo orang bilang pas mau cerai "kami ga cocok" mungkin maksudnya "kami ga bisa saling mendengarkan". kan prinsip public listening yang Mo Met pernah
posting itu

soale klo ada orang bilang, "mungkin ga jodoh" padahal udah merid bertahun2 kan jadi lucu. trus bolak-balik kawin cerai nyari jodoh sejatinya yg dr Tuhan yang mana. halah!

jujur, aku juga pernah di titik nadir perkawinan. inti masalahnya bukan udah
ga cinta lagi. boong lah klo ada cinta yang luntur. knpa jaman pacaran bisa ga luntur? masalahku adalah aku merasa tidak didengarkan. dan setelah si hubby-ku itu belajar mendengarkan, semua ok2 aja tuh.

satu lagi Mo yg bisa jadi masukan. maaf ini bukan porno2an, tp ini uji coba yang aku jalanin sendiri dan berhasil baik. paradigmanya klo lagi brantem kan si istri emoh nglayani suami. toh lagian libido perempuan kan cenderung lebih rendah. sekarang aku balik. aku juga punya hak untuk minta dilayani. jadi rasa marah dan "prokreasi" itu
dipisahkan. emang klo marah blm baikan trus berhubungan knapa? kan bukan seperti abis membunuh trus terima komuni?

kira2 ya seperti one night stand. malahan kadang kita pake tutup mata ato bayangin bintang film idola. knapa ga boleh one night stand sama pasangan sendiri? diluar masalah berhubungan sama pasangan tapi bayangin orang lain = selingkuh emosional, namanya selingan supaya energinya tersalurkan. ribut ya ribut, berhubungan ya berhubungan. abis itu ribut lagi ya biar aja. Yang penting energinya daripada untuk teriak2 kan mending untuk "olahraga". hehehe...

para istri biasanya terperangkap dengan pikirannya sendiri "ngambek ya ngambek". masa berantem trus berhubungan? gengsi dong. ogah ah. enak aja! setelah aku jalanin beberapa kli, toh paginya aku malah bisa jauh lebih adem. nyelesaiin masalahnya juga bisa jauh lebih enteng. efek sampingnya, kata temenku aku sekarang jadi terlihat seksi. krn sering prokreasi? halah!! itu sih uji coba mbeling-nya aku. ada yang mau nyoba juga hayo... merasa ga pantes ya ga papa...Salam Damai,

G. Lini

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Romo dan rekans milist Apik,

Karena kebetulan saya sering beberapa kali ikut Misa Perkawinan yang dibawakan olah Rm.Susilo pr.- Kasatrya Baja Hitam , selalu kotbah di-isi dengan kata

TAHAN , singkatan dari

Terbuka satu dengan lainnya ,

Akui apa adanya baik - buruk pasangan anda ,

Hargai selalu pasangan anda,

Ampuni kesalahan pasangan anda dan akhirnya

N........ lupa lho , ntar kalau ingat di-sambung ya , sorry...

Salam,

Gunawan S.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Selamat pagi semuanya. saya hanya mo nambahin dari rekan gunawan yang lupa arti N
N = nasehati, apabila salah satu pasangan salah, kita harus selalu memberi
pandangan dan menasehatinya. Apa yg menjamin kalian saling membahagiakan selama-lamanyat ?. wah pertanyaan yg sangat bagus. kalo menurut saya yang menjamin adalah
cinta kasih kita untuk pasangan, keluarga , anak dan semuanya.
saya memang dulu waktu menerima perkawinan, pada waktu sebelum menerima
sakramen perkawinansaya di tanya sama Romo paroki : pernakah anda selama
berpacaran pernah bertengkar dgn pasangan anda ? bagaimana mengatasinya ?
jawabanya Cinta Kasih Terus terang waktu perkawinan saya, memang Romo Susilo memberi kotbah dengan diisi kata TAHAN. Selama saya menjalin keluarga saya selalu ingat kata TAHAN. kita berkeluarga memang masalah menambah banyak, tapi kita bisa
mengatasinya dan saling melengkapi apabila kita saling

T= Terbuka, dan pasti kita dalam kehidupan akan ada perubahan kita/istri tambah gemuk, dll kita harus menerima dia

A= apa adanya, pandangan dan pendapat pasti ada perbedaan tapi kita harus selalu

H= hargai, dan apabila diantara pasangan ada kesalahan kita hrs selalu mamaafkan dan yang salah berani untuk minta maaf

A= Ampuni , lalu untuk

N = nasehati seperti yg say tulis diatas

Berkah Dalem Gusti Yesus amin.

Danoe

------------------------------------------------------------------------------------------------

hiiiiiiiiiii....
kemarin aku kan udah njawab ya, bahwa di perkawinanku tuh seperti halnya hidup ini, gak pake jaminan seperti di pegadaian... hihihi... sebetulnya, itu hanya untuk menjelaskan bahwa kadang orang pikir,"aku bakal bahagia dalam perkawinan ini karena kamulah
suamiku, hai lelaki yang gagah ganteng penuh cinta kepadaku. aku sangat mencintaimu." itu kan sepertinya ada jaminan bakal bahagia.

Padahal gak gitu laaahh.... karena ganteng bisa berubah, gagah bisa berubah, cinta pun bisa berubah. sebetulnya, jaminan itu ada. sama, seperti halnya hidup ini,
jaminan itu adalah Tuhan. kalo kita jalani hidup ini dengan berpusat kepada Tuhan kan pasti bahagia to... maka demikian juga dengan perkawinan. Suamiku itu (adduuuhhh kaciaan deh mas Nang! gak bisa menjawab surat ini... hihihii....) sejak awal meniatkan
menjalankan perkawinan kami dengan berpusat kepada Tuhan. So, mo Ksatria Baja Hitam itu bener. karena TAHAN itu kan berpusat kepada Tuhan. TAHAN itu kan berakar dari kasih di korintus to.... yang sederhana aja, kasih itu tidak cemburu. Suamiku itu bilang percaya saja apapun yang saya lakukan di luar rumah. Dia percaya bahwa apapun yang saya lakukan bukan harus dipertanggungjawabkan kepadanya melainkan kepada Tuhan. Untuk itu dia tidak repot mikirin apakah saya selingkuh ato tidak sehingga dia bisa tenang dan nyaman. Dia percaya Tuhan akan melindungi kami. Amin.

salam, rin

------------------------------------------------------------------------------------------------

Dear Romo Blasius dan Apikers,

Sungguh pertanyaan yang telak dari Romo Blasius untuk para calon pasutri.
Jujur saja sayapun kalau ditanya seperti itu akan bingung untuk menjawabnya.

Disini saya akan sharing sedikit tentang hidup perkawinan saya. Kami menikah hampir 32 tahun yang lal, di karuniai 2 orang anak laki2 dan puji Tuhan keduanya telah menyelesaikan pendidikan sarjananya. Anak2 kami masih tinggal serumah dan belum berkeluarga. Yang sulung bekerja di sebuah bengkel mobil dan rencananya tahun ini akan
segera menikah. Si bungsu meneruskan kuliahnya di ITV jurusan Arsitek karena dia menjadi Asisten Dosen di Unpar. Rencananya setelah semester terakhir ini akan
meneruskan kuliahnya di Fak. Filsafat Unpar, karena cita2 nya menjadi seorang Romo.

Secara umum, kami sekeluarga hidup berkecukupan meskipun sederhana. Setiap minggu kami selalu bersama ke Gereja dan setiap malam kami selalu makan malam bersama.

Bila terjadi masalah, kami selalu bersama untuk memutuskan apa yang akan dan harus dilakukan. Saat ini saya masih bekerja dan tahun depan akan menjalani pensiun.

Kami selalu saling membantu dalam setiap kesulitan dan berupaya agar kebahagiaan menjadi tujuan utama yang dapat dicapai dan dinikmati secara bersama dalam keluarga.

Sekedar catatan, menjelang akhir tahun 2004 lalu saya mengalami operasi mata sebanyak 3 kali dan hasilnya gagal, sehingga saat ini hanya mata kiri yang berfungsi.

Saya dapat menjalani semua cobaan yang sangat berat itu semata – mata hanya karena adanya dukungan dari istri dan anak2, serta keyakinan bahwa Tuhan akan selalu menolong.

Melalui pengalaman ini saya merasakan langsung apa yang menjadi pokok pembahasan yang dilontarkan oleh Romo Blasius. Kebahagiaan itu dapat dicapai secara bersama - sama dalam suatu keluarga, disertai keyakinan dan iman yang kuat kepada Tuhan.

Semoga bermanfaat.

Ign. Fadjar Surjadi – Bandung

------------------------------------------------------------------------------------------------

Dear Bp Fajar dan rekan-rekan terkasih,

Saya senang sekali membaca dan memperhatikan sharing pengalaman keluarga Bp
Fajar. Begitulah akhirnya, bukan kebahagiaan yang menjadi tujuan utama, melainkan kehadiran "cinta" itulah yang diwujudkan dengan membangun relasi satu sama lain dalam keluarga Bapak. Saya memberikan pertanyaan panduan itu agar para calon pasutri bisa lebih cepat memulai hidup pernikahan, bukan lagi dengan tujuan "kebahagian" melainkan mesti mewujudkan cinta itu dalam relasi antar anggota keluarga. Syukur kepada Allah, keluarga Bapak mau setia untuk membangun relasi itu, karena itu meski ada banyak kesulitan dan tidak selalu penuh dengan kemudahan, mulai lahir kebahagiaan. Bapak Fajar, terima kasih untuk sharing yang meneguhkan dan memperkaya wawasan kami.

salam hangat,

bslametlasmunadipr

Ketersesatan


Aku sendirian..............

Walaupun banyak orang di sekitarku

aku merasa terpaku di pojokkan.........

sekalipun aku berada di tengah-tengah keramaian. aku merasa di lingkupi kesunyian....

ketika suara canda dan tawa membahana telingaku, aku merasa tidak di perdulikan....

bahkan pada saat semua mata tertuju padaku aku merasa tak mampu berkata-kata.....

tepat pada saat begitu banyak kalimat yang meluncur darri bibirku

aku terjebak di tempat yang teramat asing bagiku

meskipun aku telah berada di sana untuk waktu yang lama

berbagi dengan mereka yang tak pernah tahu bahkan tidak pernah ingin tahu

siapa diriku yang sebenarnya...........?

apa sesungguhnya yang aku cari........?

bagaimana sejatinya aku ingin di perlakukan..................?

Aku selalu berusaha berlari sekencang-kencangnya hingga aku merasa begitu lelah berlari dan saat aku berhenti,

aku masih berada di tempat yang samaaku mencoba bersembunyi kesudut yang tergelap tapi selalu saja masih banyak mata yang bisa melihat keberadaanku.........
mungkin aku berada di tempat yang salah, tak seharusnya aku di sini
aku telah mengetahui sekian lama tapi aku baru menyadari bahwa aku tak akan bisa pergi hingga waktu tiba

Harapan.............. (nn)


Aku sadar, hidup tak selalu indah

Aku sadar, tak semua harapan bisa terwujud.

Dan aku tahu pasti, saat berharap harus siap kecewa

Tapi aku tak bisa lepas dari harapan itu...Ya.... manusia memang selalu di bayangi harapan.

Harapan untuk hidup, bahagia, dan di sayangi saat kabut keputusan selimuti hati

Hanya cahaya harapan mampu menerangi

Jangan lambungkan harapan setinggi langit

Silaunya akan hempaskanmu ke bumi

Tapi tetaplah yakin pada harapan

Sebab dalam kegelapan apapun

Pelitanya kan tunjukkan jalan

Ke arah gerbang cahaya

Minggu, 20 Juli 2008

Dimanakan Kucari Kebahagiaan?


Konon pada suatu waktu, Tuhan memanggil tiga malaikatnya. Sambil memperlihatkan sesuatu Tuhan berkata, "Ini namanya Kebahagiaan. Ini sangat bernilai sekali. Ini dicari dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan ditempat yang terlalu mudah sebab nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Tetapi jangan pula di tempat yang terlalu susah sehingga tidak bisa ditemukan oleh manusia. Dan yang penting, letakkan kebahagiaan itu di tempat yang bersih".

Setelah mendapat perintah tersebut, turunlah ketiga malaikat itu langsung ke bumi untuk meletakkan kebahagiaan tersebut. Tetapi dimana meletakkannya? Malaikat pertama mengusulkan, "Letakan dipuncak gunung yang tinggi". Tetapi para malaikat yang lain kurang setuju. Lalu malaikat kedua berkata, "Latakkan di dasar samudera". Usul itupun kurang disepakati. Akhirnya malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung sepakat. Malam itu juga ketika semua orang sedang tidur, ketiga malaikat itu meletakkan kebahagiaan di tempat yang dibisikkan tadi.

Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di tempat itu.Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari hari ke hari, tahun ke tahun, kita terus mencari kebahagiaan. Kita semua ingin menemukan kebahagiaan.

Kita ingin merasa bahagia. Tapi dimana mencarinya? Ada yang mencari kebahagiaan sambil berwisata ke gunung, ada yang mencari di pantai, Ada yang mencari ditempat yang sunyi, ada yang mencari ditempat yang ramai. Kita mencari rasa bahagia di sana-sini: di pertokoan, di restoran, ditempat ibadah, di kolam renang, di lapangan olah raga, di bioskop, di layar televisi, di kantor, dan lainnya. Ada pula yang mencari kebahagiaan dengan kerja keras, sebaliknya ada pula yang bermalas-malasan. Ada yang ingin merasa bahagia dengan mencari pacar, ada yang mencari gelar, ada yang menciptakan lagu, ada yang mengarang buku, dll. Pokoknya semua orang ingin menemukan kebahagiaan.

Pernikahan misalnya, selalu dihubungkan dengan kebahagiaan. Orang seakan-akan beranggapan bahwa jika belum menikah berarti belum bahagia. Padahal semua orang juga tahu bahwa menikah tidaklah identik dengan bahagia.

Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan. Alangkah bahagianya kalu aku punya ini atau itu, pikir kita.

Tetapi kemudian ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda tersebut tidak memberi kebahagiaan. Kita ingin menemukan kebahagiaan.. Kebahagiaan itu diletakkan oleh tiga malaikat secara rapi. Dimana mereka meletakkannya? Bukan dipuncak gunung seperti diusulkan oleh malaikat pertama. Bukan didasar samudera seperti usulan malaikat kedua. Melainkan di tempat yang dibisikkan oleh malaikat ketiga.

Dimanakah tempatnya???

Saya menuliskan sepenggal kisah perjalanan hidup saya untuk berbagi rasa dengan teman-teman semua, bahwa untuk mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan itu tidaklah mudah. Perlu perjuangan. Ibarat sebuah berlian, dimana untuk mendapatkan kilauan yang cemerlang, harus terus diasah dan ditempa sehingga kemilauan yang dihasilkan terpancar dari dalamnya.

Begitu juga hidup ini. Kita harus rendah hati. Seringkali kita merasa minder dengan keberadaan diri kita. Sering kali kita berkata, ach... gue mah belum jadi orang. Tinggal aja masih ama ortu, ngontrak, TMI dll. Kita harus ingat, bahwa yang menentukan masa depan kita adalah Tuhan. Dan kita harus menyadari bahwa jalan Tuhan bukan jalan kita.

Tuhan akan membuat semuanya INDAH pada waktunya.

Menurut buku ada 7 faktor (mental, spiritual, pribadi, keluarga, karir, keuangan dan fisik) yang menentukan sukses seseorang, mengapa tidak kita coba untuk mencapainya semua itu? Setelah kita mencapainya, bagaimana kita membuat ke-7 faktor tersebut menjadi seimbang?

Yang penting disini adalah hikmat.

Barangsiapa yang bijaksana dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di dalam hidup ini.

Oh ya...., dimanakah para malaikat menyimpan kebahagiaan itu?

DI HATI YANG BERSIH

Sumber : Milis Rohani

Ayah Dan Anak Perempuannya


Seringkali kita terlalu sibuk dengan aktivitas kita sehingga kita sering melupakan untuk melakukan saat teduh dan berdiam diri sejenak dihadapan Tuhan untuk mendengarkan apa yang ingin Tuhan katakan dalam hidup kita. Saudara hal ini menjadi pergumulan saya ketika saya melayani Tuhan, kadang saya tidak ada waktu untuk Tuhan, akan tetapi puji Tuhan ilustrasi dibawah ini selalu menguatkan dan menegur saya.

Ada seorang anak perempuan yang tinggal bersama ayahnya. Ibu dari anak perempuan ini telah meninggal. Keluarga ini adalah keluarga yang bahagia, dimana ayah dan anak perempuannya ini selalu bertukar certia sebelum berangkat ke sekolah dan tempat kerja mereka masing-masing. Hal itu mereka lakukan terus setiap hari bahkan selesai pulang dari aktivitas mereka, mereka sering bercerita dalam meja makan tentang apa yang mereka alame selama satu hari itu.

Hal ini telah berlangsung agak lama, lalu tiba-tiba pada suatu hari anak ini selesai makan malam tidak bercerita dengan ayahnya, dan langsung masuk kamar, lalu ayhnya kaget dan berpikir mungkin anakku terlalu capek, besok harinya juga terulang hal yang sama, sehingga ketika ayahnya mempunyai suatu cerita tidak dapat disampaikan kepada anaknya itu, hal itu berlangsung selama satu bulan dan akhirnya tiba pada hari ulang tahun sang ayah anak itu memberikan sebuah bungkusan kepada ayahnya dan berkata, " Ayah, sweater ini aku buatkan untuk ayah, selama satu bulan ini aku langsung masuk ke kamar untuk membuatkan sweater ini untuk ayah, selamat ulang tahun ayah", kata anak itu.

Lalu sang ayah menangis dan menjawab, " Anakku kenapa engkau melakukan ini semua, justru yang ayah butuhkan adalah saat dimana ayah bisa berbagi cerita denganmu, bukannya ayah berkata ini tidak penting, tetapi saat yang indah dimana kita bisa berbagi adalah saat yang paling indah" , kata sang ayah sedih. Lalu anak itu berkata, " Maafkan aku ayah selama ini aku kira dengan semuanya ini aku dapat menyenangkan hati ayah ", katanya. Lalu hubungan ayah dan anak perempuannya ini kembali puluh dan mereka dapat berbagi cerita kembali damam meja makan.

Saudara, seringkali kita sibuk dengan aktivitas pelayanan, kita sibuk seperti Martha, tetapi Tuhan Yesus memuji Maria, karena Maria telah melakukan hal yang terbaik. Biarlah cerita ini dapat menjadi suatu renungan bagi saya dan kita semua yang membaca, terima kasih.

Tuhan memberkati

Dari Milis Rohani

TENTANG CINTA

Mempublikasikan Posting

Suatu ketika dalam hidup, kita terdorong mencari tahu definisi dan makna cinta. Henry A. Bowman dalam buku Marriage for Moderns (1960) memberi penerangan komprehensif atas pertanyaan itu.Menurut Bowman, cinta berarti satu hal bagi seseorang, dan hal lain bagi orang berbeda. Pemaknaan cinta ditentukan latar belakang dan pengalaman masing-masing si pemberi makna. Bahkan seseorang bisa memberi makna berbeda pada periode hidup berlainan. Keragaman pemaknaan itu disebabkan tidak adanya formula sederhana untuk menentukan apa yang termasuk dan tidak termasuk cinta. Dari sekian banyak makna cinta yang telah diketahui luas, beberapa
dinyatakan tidak tepat oleh Bowman. "Ada sejumlah konsep cinta yang menyesatkan, namun telanjur dipercaya sebagai kebenaran," ungkap Bowman.Akibatnya, individu yang coba menentukan apakah perasaan di hatinya benar-benar cinta atau hal lain, makin bingung.

Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat

Miskonsepsi pertama yang ditentang Bowman adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat. Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak.Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan ideal kelompok dari mana kita berasal. Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungan jawab bila perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan.

Cinta membutuhkan proses

Bowman juga menolak anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama."Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks,"katanya. Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi memang tidak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal- usulnya dengan begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih
orang lain sebagai titik fokus baru.Yang mungkin terjadi dalam fenomena "cinta pada pandangan pertama" adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang sangat kuat — bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda. Dalam kasus cinta pada pandangan pertama", banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang yang benar- benar mencinta. Mereka mencintai pasangan sebagai persolinatas yang utuh.

Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi.

Bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yang mencinta tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri. Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah(tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan) , berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.


Cinta itu konstruktif

Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan.Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif. Bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi subsitusi kenyataan.

Cinta tidak melenyapkan semua masalah.

Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah.Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit ( panacea ). Kemiskinan dan banyakproblem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu.Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang –berarti tidak benar-benar mencinta —cenderung membutakan mata saat tercegat masalah.Alih- alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan problem.


Cinta cenderung konstan

Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikanny a, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding.

Cinta tidak bertumpu pada daya tarik fisik

Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak factor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan saling menyukai personalitas masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.

Cinta tidak buta, tapi menerima.

Cinta itu buta? Tidak sama sekali. Orang yang mencinta melihat dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik.Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin diperbaiki.

Cinta memperhatikan kelanjutan hubungan

Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

Cinta berani melakukan hal menyakitkan

Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh- sungguh mencinta memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata "tidak" saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu. Begitulah kita semua seharusnya bersikap pada pasangan.

Sumber dari email seorang teman.........................