Kamis, 31 Januari 2019

Siro Jumat, 1 February 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa III

Bacaan Injil
Mrk 4:26-34

Kerajaan Surga seumpama orang yang menaburkan benih. Benih itu tumbuh, namun orang itu tidak tahu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu ketika Yesus berkata,"Beginilah hal Kerajaan Allah: Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,malam hari ia tidur, siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi!Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu!Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkai, lalu bulir, kemudian butir-butir yang penuh isi pada bulir itu.Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."
 
Yesus berkata lagi, "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu?Atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya?Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi.Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam rimbunannya."

Dalam banyak perumpamaan semacam itu Yesus memberitakan sabda kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka,dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka.Tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Jumat, 01 Februari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Peliharalah Benih Sabda Tuhan Dengan Baik Agar Menghasilkan Buah! 
Markus 4: 26-34

Saudara-saudari... Injil hari ini mengisahkan perumpaan Yesus tentang pertumbuhan benih Kerajaan Allah dalam diri manusia. Tak seorang pun menyadari sepenuhnya akan pertumbuhan benih kerajaan Allah itu. Namun dari buahnyalah orang bisa mengetahui bahwa Kerajaan Allah  hidup dan berkembang di dalam dan melalui diri seseorang.
Sebagai pengikut Kristus, benih kerajaan Allah itu sudah ada di dalam diri kita. Mungkin tanpa sadar kita sudah menunjukkan buah benih Kerajaan Allah itu kepada sesama kita, lewat tutur kata dan cara kita bertingkah. Di saat sesama kita ucapkan terima kasih kepada kita, karena kebaikan kita, sesungguhnya di saat itulah mereka sudah menikmati buah kerajaan surga yang tumbuh dalam diri kita. Sebaliknya kalau ada orang yang selalu mencaci maki, melakukan kejahatan, membunuh, merampok dan melakukan perbuatan yang tidak adil, maka kita pun tahu bahwa kerajaan Allah tidak berkembang dalam diri pribadi tersebut. Karena kerajaan Allah menjauh dari padanya. Hidupnya menjadi kering, gersang, hampa dan Setan akan sangat mudah menguasai orang ini.

Saudara-saudari... Apapun situasi yang sedang kita alami saat ini, sadarlah selalu bahwa benih Sabda Tuhan sudah ada dalam diri kita masing-masing. Kalau benih Sabda Tuhan sudah dan selalu menghasilkan buah dan orang lain sudah dan sedang merasakan enaknya, maka sudah sewajarnyalah kita bersyukur dan tetap dan selalu memohon pada Tuhan agar buahnya tidak pernah berhenti. Sebaliknya kalau terkadang kita merasa ada kekeringan dalam hidup, sehingga benih Sabda itu menjadi rapuh dan tidak menghasilkan buah, siramilah benih sabda itu dengan air berkat, lewat rajin berdoa, mengakui dosa, membaca Kitab Suci dan menerima Komunio Suci.

Marilah kita berdoa dan memohon bantuan Bunda Maria, semoga Tuhan senantiasa menyadarkan kita akan pentingnya memelihara, menyirami dan menghidupi Benih Sabda Tuhan agar benih itu bisa menghasilkan buah demi kebahagian dan keselamatan sesama kita. Amin.

Rabu, 30 Januari 2019

Siro Kamis, 31 Jan 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa III
PW S. Yohanes Bosko, Imam

Bacaan Injil
Mrk 4:21-25

Pelita dipasang untuk ditaruh di atas kaki dian. Ukuran yang kamu pakai akan dikenakan pula padamu.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,"Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"Lalu Ia berkata lagi, "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan dikenakan pula padamu; dan malah akan ditambah lagi!Karena siapa yang mempunyai, akan diberi lagi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                             
Kamis, 31 Januari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Jadilah terang bagi sesama!                                                                                        
Markus 4: 21-25

Saudara-saudari... Injil hari ini mengingatkan kita untuk menjadi terang bagi dunia, bagi sesama kita. Kata Yesus kepada murid-muridNya: “Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawa gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.” Maksud pernyataan Yesus ini adalah mereka yang sudah mendapat penerangan dari Allah, mereka yang sudah mendapat keselamatan dari Allah, seharusnya sudah menjadi saksi keselamatan bagi sesama. Mereka sudah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi sesama, bukannya mendiamkan pengalaman keselamatan itu untuk diri sendiri.
Dalam kesempatan yang lain, Yesus juga sudah katakan kepada para muridNya, “kamu adalah terang dunia.” Itu berarti, para murid yang sudah mendapat pengajaran dari Kristus harus menjadi guru bagi dunia, menjadi pengajar bagi yang lain, menjadi contoh yang baik dan saksi Kristus kepada sesama. Kebaikan yang kita terima dari Kristus, cahaya yang kita terima dari padaNya harus kita pancarkan ke pada dunia sekitar kita. Cahaya itu tidak boleh dipadamkan. Segala yang baik tentunya bermakna untuk digandakan dan dibagikan kepada yang lain agar berdaya guna. Seperti halnya sebuah pelita, sepantasnya diletakkan di atas meja agar menerangi sekitar. Bukannya diletakkan di bawah tempat tidur.

Santo Yohanes Bosko, seorang imam yang sederhana, suci dan penuh pengabdian dalam bidang pendidikan untuk anak-anak muda. Cara pendidikan dan cara hidupnya sendiri berhasil membentuk kepribadian pemuda-pemuda itu menjadi orang kristen yang taat akan nilai-nilai Injil. Yohanes Bosko sudah menjadi terang untuk banyak orang. Ilmu dan contoh hidupnya sudah membantu dan jadi inspirasi banyak orang. Ia sudah menjadi lampu yang bernyala di malam yang gelap, menyinari siapa saja yang ada di sekitarnya.   Ia sudah menjadi terang bagi sesama.

Marilah saudara-saudari... Ikutilah amanat Kristus: Jadilah terang bagi sesama. Terang yang ada dalam diri kita perlu kita bagikan agar orang yang berada di sekitar kita pun turut mendapat terang kita.

Kita berdoa semoga Tuhan selalu mengisi minyak pelita hidup kita sehinga sumbu pelita hidup kita pun tetap bercahaya untuk selamanya.

Kita meminta St. Yohanes Bosko dan Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin.

Selasa, 29 Januari 2019

Siro Rabu, 30 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa III

Bacaan Injil
Mrk 4:1-20

Seorang penabur keluar untuk menabur.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus mengajar di tepi danau Galilea. Maka datanglah orang yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia terpaksa naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh, lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu ada di darat, di tepi danau itu.Dan Yesus mengajarkan banyak hal kepada merekadalam bentuk perumpamaan. Dalam ajaran-Nya itu Yesus berkata kepada mereka, "Dengarlah! Ada seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga benih itu tidak berbuah.Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dengan subur dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." Dan Yesus bersabda lagi, "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
 
Ketika Yesus sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid menanyakan arti perumpamaan itu.Jawab-Nya, "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menangkap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, biar mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan sabda.Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat sabda itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar sabda,lalu datanglah Iblis dan mengambil sabdayang baru ditaburkan di dalam mereka.Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar sabda itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi sabda itu tidak berakar dan tahan sebentar saja.
 
Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena sabda itu, mereka segera murtad. Dan yang lain, yang ditaburkan di tengah semak duri, ialah yang mendengar sabda itu, tetapi sabda itu lalu dihimpit oleh kekuatiran dunia,tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain sehingga sabda itu tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut sabda itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI
                                                                                                                        
Rabu, 30 Januari 2019                                                                                                                         
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Jadilah Lahan Yang Subur Bagi Benih Sabda Tuhan! 
Markus 4: 1-20

Saudara-saudari... Lewat perumpamaan hari ini, Yesus Kristus mau memperkenalkan kepada kita empat tipe manusia dalam menanggapi pewartaanNya.

1) Ada yang mendengar Sabda Tuhan, tetapi pikiran dan hatinya tidak terbuka untuk mencernah Sabda itu. Hati dan pikirannya ibarat tanah di pinggir jalan di mana bibit yang jatuh langsung disambar dan dimakan burung-burung yang lagi berkeliaran. Benih tidak punya kesempatan untuk menetap dalam tanah. Bagi pribadi ini, Benih Sabda Tuhan tidak punya tempat dalam hati dan pikirannya. Hati dan pikirannya sudah dikuasai Setan.

Saudara-saudari... Kunci pertumbuhan benih Sabda Tuhan dalam diri manusia, sangat tergantung pada kesiapan dan kerja sama antara manusia dan benih Sabda Tuhan. Kalau manusia menerimanya dengan penuh iman dan menjaga serta merawatnya, maka sudah pasti benih Sabda Tuhan bisa tumbuh dan menghasilkan buah. Tapi kalau tidak maka benih itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
2) Ada yang mendengar Sabda Tuhan, tetapi tidak ada komitment dan tanggungjawab untuk menghidupkan Sabda Tuhan agar bisa tumbuh dan bertahan hidup. Hati dan pikiran orang ini ibarat tanah berbatu di mana tanahnya hanya sedikit, tidak cukup humus sehinga benih sabda Tuhan yang tumbuh tidak bertahan hidup.
Sebagai pengikut Kristus, apakah kita selalu bertanggungjawab mengidupkan benih Sabda Tuhan agar tumbuh dan menghasilkan buah? Apakah kita memberi pupuk padanya dengan menyiraminya dengan doa, menerima sakramen Mahakudus dan Sakramen Pengakuan?
3) Ada yang sangat senang mendengar Sabda Tuhan tetapi di saat mereka ditantang, dihimpit oleh banyak masalah atau godaan, mereka terlena sampai benih Sabda Tuhan yang sudah tumbuh, diterlantarkan dan tidak diperhatikan, sehingga akhirnya mati. Apakah kita sungguh mencintai Sabda Tuhan dan setia memelihara dan menghidupkannya? Atau kita hanya senang mendengarkannya di saat kita aman-aman saja, tetapi di saat ada tantangan kita lari atau mengingkarinya?
4) Ada yang menerima Sabda Tuhan dengan senang hati, menjaga, memelihara dan menghidupinya dengan baik sehingga berakar kuat dan bertumbuh segar sehingga menghasilkan buah berlimpah. Benih Sabda Tuhan turut mempengaruhi kepribadian orangnya. Karena kebaiknanya, ia turut mempengaruhi orang lain. Kebaikan orang itu sesungguhnya adalah buah dari benih Sabda Tuhan yang sudah terpadu dengan lahan yang subur, yaitu pribadi manusia itu sendiri.   

Pertanyaan untuk kita: Kita masuk dalam tipe manusia yang mana? Tipe manusia di pinggir jalan? Berhati batu? Berhati duri? Atau Berhati subur?

Kita berdoa dan memohon bantuan Bunda Maria untuk memohon berkat Tuhan agar kita bisa menjadi lahan yang subur dan diberi kekuatan serta kesabaran supaya kita sanggup menjaga, merawat dan menghidupkan benih Sabda Tuhan dengan demikian Sabda Tuhan bisa menghasilkan buah berlimpah. Amin.

Senin, 28 Januari 2019

Siro Selasa 29 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa III

Bacaan Injil
Mrk 3:31-35

Barangsiapa melaksanakan kehendak Allah, dialah saudara-Ku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa datanglah ibu dan saudara-saudara Yesuske tempat Ia sedang mengajar. Mereka berdiri di luar, lalu menyuruh orang memanggil Yesus.Waktu itu ada orang banyak duduk mengelilingi Dia;mereka berkata kepada Yesus, "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau."Jawab Yesus kepada mereka, "Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?" Yesus memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu,lalu berkata, "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."

Demikianlah Injil Tuhan.

=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Selasa, 29 Januari 2019                                                                                                                       
RP Fredy Jehadin, SVD
Tema: Barangsiapa Melakukan Kehendak Allah, Dialah Saudara-Saudari dan Ibu Kristus!
Markus 3: 31-35

Saudara-saudari... Hari ini Gereja merayakan Pesta St. Yoseph Freinademetz, misionaris pertama dari Serikat Sabda Allah yang dikenal dengan singkatan SVD, yang bekerja di Shantung Selatan Negara China. Sebagai misionaris, ia bekerja sangat tekun dan tidak pernah kembali ke kampung halamannya yaitu Triol Selatan Italia, sampai meninggal di China, 28 Januari 1908. Cara hidupnya sungguh mempengaruhi hidup orang lain. Saya secara pribadi masuk bergabung dalam Serikat Sabda Allah hanya karena tertarik dengan sikap hidup St. Yoseph Freinademetz. Ia yang lemah lembut, sederhana dan tekun menjalankan tugas misionernya walapun banyak kali dicaci maki oleh sekelompok elit yang menganggap bahwa agama Kristen identik dengan kekuatan dari luar yang berbahaya untuk bangsa dan negara. Ia dirampok dan dibabak-belur oleh mereka yang tidak senang dengan beliau, tetapi ia tidak pernah lari dari semua tantangan itu. Ia sangat mencintai orang China dan budaya China, sampai-sampai ia sendiri katakan: “Di dalam surga aku mau menjadi orang China.” Karena itu, sewaktu digelar Santu, Yoseph Freinademetz dilengkapi dengan busana China.
Kepada saudara-saudaranya SVD, Yoseph Freinademetz pernah berkata: “Pekerjaan misoner tidak punya arti kalau tidak ada cinta dan dicintai. Saya sudah mencintai saudara-saudari-ku orang China dan saya sudah menjadikan budaya dan bahasanya sebagai bagian dari hidupku. Saya rela mati demi mereka. Saya mau menjadi orang china dalam surga!” St. Yoseph sungguh merasa satu dengan orang China yang dilayaninya. Mereka bukanlah seketurunan dengan dia. Tetapi iman akan Kristus sudah menyatukan dia dengan mereka.

Injil hari ini sungguh sejalan dengan apa yang sudah dilakukan oleh St. Yoseph. Apa yang dikatakan Yesus kepada orang banyak sudah menjadi bagian dari hidup St. Yoseph. Injil katakan bahwa ibu dan saudara-saudara Yesus datang ke tempat Yesus sedang mengajar. Orang memanggil Yesus katanya: Lihat, ibu dan saudara-saudaraMu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau. Jawab Yesus kepadanya: Siapa ibu-ku dan siapa saudara-saudara-Ku? Ia melihat orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya dan berkata: Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, Dialah saudara-ku laki-laki, dialah saudaraku perempuan, dialah ibu-Ku. Pernyataan Yesus ini sungguh berkenan kepada St. Yoseph.
Secara sepintas, pernyataan Yesus ini sungguh sangat tidak enak didengar oleh orang-tua dan saudara seketurunannya. Tetapi pesan yang mau disampaikan Yesus Kristus di sini adalah relasi kita dengan Tuhan sesungguhnya bukannya berdasakan relasi biologis atau relasi karena hubungan darah. Tetapi karena iman. Kita yang dilahirkan dalam roh dan air berkat permandian, mengakui Tuhan Allah adalah Bapa kita, Yesus kristus adalah saudara kita, dan Roh Kudus adalah penolong kita. Hal itu mungkin karena iman kita kepada Allah Tritunggal.
Maria, sudah menjadi Ibu dari Yesus Kristus, karena imannya yang kuat akan Allah. Tuhan sendirilah yang sudah memilih Maria dan jadikan dia Bunda Yesus Kristus karena iman dan kesederhanaannya. Lewat Injil hari ini, Yesus Kristus dengan tegas katakan kepada umum bahwa barangsiapa yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara laki-laki, atau saudara perempuan atau ibu-Nya. Pengumuman ini ditujukan kepada kita semua, yang mendengarkan Sabda-Nya hari ini. Kita yang sudah mengimani Yesus Kristus dan menjalankan kehendak Bapa, maka sudah layak disebut saudara laki-laki, atau saudara perempuan, atau ibu Yesus Kristus.

Pertanyaan untuk kita: Sebagai saudara laki-laki Yesus Kristus: apakah kita selalu siap membela dan menjaga Yesus Kristus dalam hidup kita? Sebagai saudara perempuan Yesus Kristus: Apakah kita selalu mencintai dan melayani Yesus Kristus dalam kehidupan harian kita? Sebagai ibu Yesus Kristus: apakah kita selalu merawat, memperhatikan dan mengayomi  Yesus Kristus dalam hidup harian kita?

Marilah saudara-saudari .... Lakukanlah kehendak Allah dengan setia dan penuh tanggungjawab, maka kita layak disebut Saudara-Saudari dan Ibu Kristus.

Bersama St. Yoseph Freinademetz dan Bunda Maria kita berdoa, semoga Tuhan selalu membantu kita agar kita tetap setia dan tekun menjalankan kehendakNya. Amin.

Siro Senin, 28 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa III
PW S. Tomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil
Mrk 3:22-30

Kesudahan setan telah tiba

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari datanglah ahli-ahli Taurat dari Yerusalem,dan berkata tentang Yesus, "Ia kerasukan Beelzebul!" Ada juga yang berkata, "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan."Maka Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan, "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan,dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri, kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, malahan sudahlah tamatlah riwayatnya!

Camkanlah,Tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat,untuk merampas harta bendanya, kecuali kalau ia mengikat belih dahulu orang kuat itu. Lalu barulah ia dapat merampok rumah itu.Aku berkata kepadamu: Sungguh, semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun untuk selama-lamanya, sebab dosa yang dilakukannya adalah dosa kekal."Yesus berkata demikian karena mereka bilangbahwa Ia kerasukan roh jahat.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Senin, 28 Januari 2019
                                                                                                                                    
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Hanya Kebaikan Dapat Mengalahkan Kejahatan
Markus 3: 22-30

Saudara-saudari... Hari ini kita merayakan pesta Santo Thomas Aquinas, seorang pujangga Gereja. Sesudah belajar ilmu Filsafat dan Teologi, ia memanfaatkan ilmunya untuk membela kebenaran, yang kita sebut ilmu Ketuhanan. Ilmunya masih diajarkan di seminari Tinggi sampai saat ini. Ilmunya mau membuktikan bahwa Tuhan itu ada.

Dalam hidup bermasyarakat, kita pun selalu mengharapkan agar mereka yang sudah belajar banyak, membagikan ilmunya dengan mereka yang tidak diberi kesempatan untuk belajar agar ilmunya membawa dampak positip bagi sesama. Tetapi apa kenyataan yang sedang terjadi di  masyarakat kita di jaman kita sekarang ini? Ada yang menggunakan kepintarannya untuk menyebarkan berita bohong yang bisa menggiring orang lain ke jalan yang salah. Di negara kita akhir-akhir ini, hal ini begitu ramainya bertumbuh. Lewat berita bohong orang mau menghancurkan kepribadian orang lain.
Berita sesat ini sesungguhnya bukan hanya terjadi di zaman kita sekarang. Berita hoax ini sesungguhnya sudah ada sejak dulu.

Di zaman Yesus justru orang-orang berpendidikan dan orang yang mengakui dirinya ‘kudus’ justru merekalah yang menyebar luaskan berita-berita bohong tentang Yesus Kristus. Yesus maha kasih, yang dengan penuh kasih dan penuh kuasa keallahan-Nya mengeluarkan Iblis dari orang yang kerasukan Setan, tetapi dianggap oleh orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bahwa Ia menggunakan kuasa dari Penghulu Setan untuk mengusir Setan. Sungguh satu pikiran yang sangat rancu, bertentangan dengan hukum alam. Hanya terang yang dapat mengalahkan kegelapan; hanya kebaikan yang bisa mengalahkan kejahatan; Hanya orang yang punya hati dan pikiran terbuka pada Roh Kudus yang bisa memahami pernyataan di atas, tetapi bagi mereka yang sudah punya satu konsep jahat, yang tidak mau berubah, tetap saja melihat keburukan dalam diri orang baik, walaupun ia selalu melakukan kebaikan. Sudut pandangnya selalu saja diselimuti oleh kegelapan jahat.

Bagi orang Farisi dan ahli Taurat, Yesus yang dari latar-belakang keluarga miskin, tidak mungkin bisa berkembang menjadi orang hebat. Bagi mereka kehebatan secara tiba-tiba dari Yesus, yang tanpa satu pendidikan formal yang panjang hanya bisa terjadi karena menggunakan kekuatan Setan. Bagi mereka tidak mungkin ada kebaikan keluar dari Nasaret. Bagi mereka Nasaret selalu diidentikkan dengan keburukan. Dia menghujat Allah, sewaktu Dia katakan Ia dan Bapa adalah satu; Dia adalah pendosa, karena makan bersama pendosa dan menjamah orang-orang kusta. Kekuatan pikiran jahat mereka sangat melekat dalam otak dan hati mereka. Bagaimana konsep pemikiran semacam ini bisa berubah? Salah satu pendekatan yang mungkin bisa diterapkan adalah kerendahan hati untuk menerima bahwa manusia adalah dinamis, yang bisa berubah karena pengalaman iman. Berkat pengalaman yang baik orang bisa mengalahkan kejahatan.

Marilah saudara-saudari.... Terbukalah pada suara Tuhan dan rendah-hatilah selalu menerima kelebihan dan kekurangan seseorang. Karena manusia pada dasarnya selalu saja bisa berubah.

Kita mohon St. Thomas Aquinas dan Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Siro Minggu, 27 Jan 19


Bacaan Liturgi

Hari Minggu Biasa III
PF S. Angela Merici, Perawan

Bacaan Injil
Luk 1:1-4;4:14-21

Pada hari ini genaplah nas Kitab Suci.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh saudara-saudara yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari awal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu. Dengan demikian engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.

Sesudah dicobai Iblis di padang gurun, dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Selama di situ Ia mengajar di rumah-rumah ibadat dan semua orang memuji Dia. Lalu Yesus datang ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan. Dan menurut kebiasaan-Nya,
pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya, dan setelah membukanya, Ia menemukan nas di mana ada tertulis:
Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta; untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.
Kemudian Yesus menutup kitab itu, mengembalikannya kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Yesus memulai mengajar mereka, kata-Nya, "Pada hari ini genaplah nas tadi sewaktu kamu mendengarnya."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                         
Minggu, 27 Januari 2019                                                                                                                       
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema:  Setiap Kita Punya Tugas Dan Tanggungjawab Untuk Membangun Tubuh Kristus! 
Lukas 1: 1-4, 4:14-21

Saudara-saudari...Ada seorang gadis cantik berumur 19 tahun. Ia mau memperindah kecantikannya dengan menggunakan barang-barang kosmetik. Pada satu hari muncullah jerawat besar di mukanya. Ia menutupinya dengan barang-barang kosmetik. Pada hari berikutnya bebarapa benjolan muncul. Sesudah seminggu, mukanya penuh jerawat. Ia semakin cemas. Bersama orangtuanya ia ke dokter kulit/dermatologist. Dokter memberinya obat. Kasihan obat yang diberikan tidak menyembuhkan, sebaliknya membuat mukanya semakin rusak. Mereka mencari dokter lain, obat yang diberikan pun tidak mempan. Pada satu hari bapanya membaca satu berita dalam satu brosur kecil tentang seorang kaunselor. Kauselor ini selalu mengajak kliennya untuk memanfaatkan kekuatan dari dalam tubuh sendiri dan bergaul dengan tubuh sendiri. Tubuh dianggap sebagai satu keluarga yang terdiri dari bapa mama dan anak-anak. Kalau antara anggota selalu terjalin relasi yang sangat baik, bekerja sama dan selalu memperhatikan, mencintai maka pasti suasana dalam keluarga baik dan damai. Si bapa mengajak anak nonanya ke kaunselor. Kaunselor tanya si gadis: “Apakah engkau pernah bercakap-cakap dengan mukamu?” si gadis menjawab: Tidak! Konsuler menganjurkan, kalau boleh, mulai hari ini bercakap-cakaplah dengan muka dengan menggunakan 4 kata: 1. Kasihan: sambil mengusap muka, katakan pada muka: saya sangat merasa kasihan karena engkau sakit; 2. Ampun: meminta ampun dari muka karena mungkin tanpa sadar engkau sudah menggunakan obat kecantikan yang tidak cocok dgn kulit anda; 3. Cinta: katakan kepada muka bahwa engkau mencintainya; 4. Terima kasih: Menyampaikan terima kasih kepada mukamu karena sejak kecil sampai sekarang mukamu sudah menjalankan tugasnya sebagai bagian penting dalam tubuhmu. Setiap kali berhadapan dengan cermin, ber-cakap-cakaplah dengan muka. Mukamu butuh perhatian, cinta dan kasih sayang. Anggaplah dia sebagai teman dekatmu. Buatlah dengan penuh perasaan dan secara serius.
Sewaktu tinggalkan ruang konsultasi, si gadis ini sangat-sangat kecewa. Sesampai di rumah ia tidak mau menjalankan apa yang dianjurkan oleh kaunselor. Tetapi orangtuanya selalu mengajaknya: “Coba sajalah, kan tidak ada orang yang mendengarkan apa yang engkau buat dalam kamar.”  Anjuran dokter dan dorongan orangtuanya diikutinya dengan serius. Sesudah berkali-kali melakukannya maka terjadilah apa yang diharapkan. Sewaktu si Nona bangun pagi, langsung ke depan cermin, di sana ia melihat, benjolan jadi kering, tidak bernanah lagi. Ia begitu bahagia. Ia langsung lari ke kamar orangtuanya. Orangtuanya pun sangat bahagia. Sesudah beberapa hari kemudian semua benjolan pun hilang dan mukanya kembali sembuh.

Saudara-saudari... St. Paulus dalam suratnya untuk jemaat di korintus hari ini katakan: Tubuh tidak terdiri dari satu anggota, tetapi banyak anggota. Andaikata kaki berkata: karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh; jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata telinga berkata: karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Semua anggota harus bekerjasama sesuai dengan peran dan tugasnya. Jadi kalau satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Aneka talenta dan bakat menjadi kekuatan kerja sama yang saling membangun dan memperkaya. Perbedaan tidak menjadi kendala melainkan peluang yang saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain.

Yesus Kristus sebagai kepala tubuh punya peran dan tugas paling penting. Bayangkan kalau kepala tidak ada, apa yang akan terjadi dengan tubuh seluruhnya? Boleh kaki, tangan dan semua anggota yang lain sehat, tetapi tanpa kepala semuanya tidak berfungsi.  Tugas perutusan Yesus Kristus sudah menjadi tugas kita. Karena itu, marilah kita bekerjasama sesuai dengan peran dan tugas kita masing-masing. Betapa pun sederhananya tugas kita, semuanya punya arti di mata Tuhan.

Kita berdoa semoga Tuhan memberi kita kekuatan agar kita selalu setia, tekun dan bertanggungjawab menjalankan peran dan tugas kita dalam membangun tubuh Kristus.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin

Siro Sabtu, 26 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa II
PW S. Timotius dan Titus, Uskup

Bacaan Injil
Luk 10:1-9

Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu hari Tuhan menunjuk tujuh puluh murid, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.Kata-Nya kepada mereka, "Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

Pergilah! Camkanlah, Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan.

Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.' Dan jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu akan kembali kepadamu.Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.Jika kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ, dan katakanlah kepada mereka, 'Kerajaan Allah sudah dekat padamu.'"

Demikianlah Injil Tuhan.
====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Sabtu, 26 Januari 2019                                                                                                                         
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kita Diutus Seperti Anak Domba Ke Tengah Serigala!                                                            Lukas 10: 1- 9

Saudara-saudari... Hari ini kita merayakan Pesta St. Timotius dan Titus. Keduanya dipermandikan oleh Paulus dan menjadi orang Kristen yang sejati. Keduanya menjadi teman seperjalanan dan pembantu Paulus. Paulus menganggap keduanya sebagai anak yang sah menurut iman. Paulus mempercayakan Timotius untuk memperhatikan umat Kristen di Efesus. Sementara Titus dikirim Paulus ke Krete untuk menjaga jemat Kristen di sana.
Paulus menulis satu surat pastoral Kepada Timotius, katanya: janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
Kepada Titus pun Paulus menulis satu surat pastoral, katanya: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Yesus Kristus Juruselamat kita menyertai engkau. Aku meninggalkan engkau di Krete dengan maksud supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu.
Kedua murid Paulus ini sungguh setia dalam iman akan Kristus dan tekun menjalankan pesan Paulus. Karena kesetiaan dan ketekunan dalam tugas, mereka diangkat menjadi uskup. Keduanya sudah menjawab dan mewujud-nyatakan apa yang diajarkan Kristus hari ini. Yesus berkata kepada para murid-murid-Nya: Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala.
Apa yang dikatakan Yesus ini sungguh-sungguh nyata. Beberapa hari yang lalu dua komunitas suster di tempat kami bekerja pada malam hari kemasukan perampok. Dua suster muda hampir saja diperkosa tetapi seorang suster yang agak besar dan tua menyelamatkan mereka. Malam berikutnya beberapa perampok masuk di satu komunitas suster. Di sana seorang suster yang lagi sakit ditodong. Laptop dan uang dicopot. Sementara satu Pastor diperdaya oleh seorang pekerja. Orang itu meminta pekerjaan. Pastor memberinya pekerjaan. Uang sudah dibayar lunas, tetapi pekerjaan tidak diselesaikan. Dia pergi dan menghilang terus. Inilah bentuk-bentuk serigala di jaman kita. Serigala-serigala inilah yang selalu menjadi tantangan para misionaris. Sebagai misionaris, kita harus selalu sabar dan tekun berdoa. Kita harus selalu siap mengampuni. Lebih baik  mengampuni daripada menyimpan kemarahan dan kekecewaan yang bisa menimbulkan sakit hati dan stroke. Memberi pengampunan dan pasrahkan segalanya kepada Tuhan akan mendatangkan kenyamanan dalam hati dan pikiran.
Kepada Timotius dan Titus, St. Paul katakan: Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita. ikutlah menderita bagi Injil-Nya. Berbuat baik kepada serigala-serigala dan memberi pengampunan kepada mereka adalah sikap yang harus kita pupuki. Karena sikap seperti itulah yang sudah ditunjukkan oleh Tuhan kita.

Marilah saudara-saudari... Bersama St. Timotius, Titus dan Bunda Maria kita berdoa mohon bantuan Tuhan agar kita diberi kesabaran dan kesetiaan dalam menjalankan perintah Tuhan, secara khusus dikala kita mengalami tantangan yang sungguh menyakitkan hati kita. Amen!

Jumat, 25 Januari 2019

Siro. Sabtu, 26 Jan 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa II
PW S. Timotius dan Titus, Uskup

Bacaan Injil
Luk 10:1-9

Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu hari Tuhan menunjuk tujuh puluh murid, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.Kata-Nya kepada mereka, "Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

Pergilah! Camkanlah, Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan.

Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.' Dan jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu akan kembali kepadamu.Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.Jika kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ, dan katakanlah kepada mereka, 'Kerajaan Allah sudah dekat padamu.'"

Demikianlah Injil Tuhan.
====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Sabtu, 26 Januari 2019                                                                                                                         
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kita Diutus Seperti Anak Domba Ke Tengah Serigala!                                                            Lukas 10: 1- 9

Saudara-saudari... Hari ini kita merayakan Pesta St. Timotius dan Titus. Keduanya dipermandikan oleh Paulus dan menjadi orang Kristen yang sejati. Keduanya menjadi teman seperjalanan dan pembantu Paulus. Paulus menganggap keduanya sebagai anak yang sah menurut iman. Paulus mempercayakan Timotius untuk memperhatikan umat Kristen di Efesus. Sementara Titus dikirim Paulus ke Krete untuk menjaga jemat Kristen di sana.
Paulus menulis satu surat pastoral Kepada Timotius, katanya: janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
Kepada Titus pun Paulus menulis satu surat pastoral, katanya: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Yesus Kristus Juruselamat kita menyertai engkau. Aku meninggalkan engkau di Krete dengan maksud supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu.
Kedua murid Paulus ini sungguh setia dalam iman akan Kristus dan tekun menjalankan pesan Paulus. Karena kesetiaan dan ketekunan dalam tugas, mereka diangkat menjadi uskup. Keduanya sudah menjawab dan mewujud-nyatakan apa yang diajarkan Kristus hari ini. Yesus berkata kepada para murid-murid-Nya: Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala.
Apa yang dikatakan Yesus ini sungguh-sungguh nyata. Beberapa hari yang lalu dua komunitas suster di tempat kami bekerja pada malam hari kemasukan perampok. Dua suster muda hampir saja diperkosa tetapi seorang suster yang agak besar dan tua menyelamatkan mereka. Malam berikutnya beberapa perampok masuk di satu komunitas suster. Di sana seorang suster yang lagi sakit ditodong. Laptop dan uang dicopot. Sementara satu Pastor diperdaya oleh seorang pekerja. Orang itu meminta pekerjaan. Pastor memberinya pekerjaan. Uang sudah dibayar lunas, tetapi pekerjaan tidak diselesaikan. Dia pergi dan menghilang terus. Inilah bentuk-bentuk serigala di jaman kita. Serigala-serigala inilah yang selalu menjadi tantangan para misionaris. Sebagai misionaris, kita harus selalu sabar dan tekun berdoa. Kita harus selalu siap mengampuni. Lebih baik  mengampuni daripada menyimpan kemarahan dan kekecewaan yang bisa menimbulkan sakit hati dan stroke. Memberi pengampunan dan pasrahkan segalanya kepada Tuhan akan mendatangkan kenyamanan dalam hati dan pikiran.
Kepada Timotius dan Titus, St. Paul katakan: Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita. ikutlah menderita bagi Injil-Nya. Berbuat baik kepada serigala-serigala dan memberi pengampunan kepada mereka adalah sikap yang harus kita pupuki. Karena sikap seperti itulah yang sudah ditunjukkan oleh Tuhan kita.

Marilah saudara-saudari... Bersama St. Timotius, Titus dan Bunda Maria kita berdoa mohon bantuan Tuhan agar kita diberi kesabaran dan kesetiaan dalam menjalankan perintah Tuhan, secara khusus dikala kita mengalami tantangan yang sungguh menyakitkan hati kita. Amen!

Kamis, 24 Januari 2019

Siro Jumat, 25 Jan 19


Bacaan Liturgi

Pesta Bertobatnya S. Paulus, Rasul

Bacaan Injil
Mrk 16:15-18

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa Yesus yang bangkit dari antara orang mati menampakkan diri kepada ke sebelas murid,dan berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,mereka akan memegang ular, dan sekalipun minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                
Jumat, 25 Januari 2019                                                                                                                     
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema:  Wartakan Injil Tuhan!                                                                                      
Markus 16: 15-18

Saudara-saudari... “Celakalah aku kalau tidak mewartakan Injil Tuhan.”  Itulah pernyataan St. Paulus. Pernyataan ini keluar dari kesadarannya akan isi pertobatannya. Sewaktu ia ditangkap oleh Yesus Kristus dalam perjalanannya ke Damsyik, ia terkapar ke tanah dan mendengar suatu suara yang berkata: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Jawab Paulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Katanya: “Akulah Yesus, orang Nasaret, yang kauaniaya itu.” Lalu Paulus berkata: “Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?” Kata Tuhan kepadanya: “Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan kuberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.”  Paulus dituntun ke Damsyik dan bertemu Ananias. Ananias membuka matanya dan menyampaikan pesan kepadanya: “Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendakNya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulutNya. Sebab engkau harus menjadi saksiNya terhadap semua orang tentang apa yang kau lihat dan yang kaudengar.” Satu pengalaman yang sangat luar biasa.

Paulus ke Damsyik untuk menangkap para pengikut Yesus Kristus, tetapi Tuhan menangkapnya di tengah jalan. Ia, yang punya keinginan jahat untuk membunuh, kini Tuhan sendiri merubah rencananya menjadi pewarta perdamaian, pewarta kabar gembira. Satu bukti bahwa rancangan manusia tidak sejalan dengan rancangan Tuhan. Pikiran Allah selalu melampau pikiran manusia. Allah membuat segala sesuatu menjadi baik. Yang jahat bertobat dan berbalik menjadi saksi kebenaran dan pewarta kabar gembira untuk banyak orang.
Pesan Tuhan yang disampaikan lewat Ananias diterima Paulus dengan penuh iman, dihayatinya dengan setia dan dijalankannya dengan penuh tanggungjawab. Karena itu setiap hari ia mewartakan kabar gembira. Apa pun situasi yang dihadapinya, ia terima dengan penuh iman. Kalau ia tidak melaksanakan tugasnya, ia melihat hal itu sebagai satu malapetaka baginya. Karena itu, ia berkata kepada jematnya di Korintus: “Celakalah aku kalau tidak mewartakan Injil Tuhan.” 
Tugas perutusan yang disampaikan Yesus Kristus kepada para muridNya diterima Paulus sebagai satu amanat yang harus dijalankannya dengan penuh tanggungjawab. Karena itu Paulus keluar dari wilayahnya sendiri menuju wilayah lain, yang tidak pernah dikunjungi Yesus selama hidupNya di dunia ini. Paulus dikenal sebagai Rasul misionaris untuk orang-orang kafir, yang tidak mengenal Allah.
Saudara-saudari... Sebagai anggota Gereja yang sah, yang sudah dikukuhkan oleh Sakramen Permandian dan Penguatan, kita masing-masing sudah diperhitungkan Allah untuk menjadi pewarta kabar gembira di mana saja kita hidup dan berkarya. 

Pertanyaan utnuk kita: apakah kita selalu sadar akan tugas dan tanggungjawab kita sebagai pewarta kabar gembira? Sebagai orangtua: apakah kita selalu mengajak anak kita untuk duduk berdoa dan membaca Kitab Suci? Sebagai anak-anak dalam keluarga: apakah kita menghormati dan mentaati orang tua kita sebagai bukti cinta kita kepada mereka? Sebagai tetangga: apakah kita selalu menyapa satu sama lain atau mengunjungi sesama di saat tetangga kita alami kesulitan, tanpa memandang latar-belakang: suku, agama dan status social mereka? Kalau kita selalu menjalankan semuanya itu, itu berarti kita sudah menjadi pewarta kabar sukacita bagi sesama kita dengan cara kita. Kalau tidak, marilah kita memulainya, mumpung kita masih diberi kesempatan.

Kita berdoa semoga perayaan Pesta Pertobatan St. Paulus menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk kembali melihat tugas dan tanggunjawab kita sebagai anggota gereja yang sah. Dan semoga Tuhan selalu memberi kita keberanian untuk mewartakan kabar-sukacita dengan cara kita masing-masing.

Kita memohon St. Paulus dan Bunda Maria untuk mendoakan kita.  Amin.

Rabu, 23 Januari 2019

Siro Kamis, 24 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa II
PW S. Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil
Mrk 3:7-12

Roh-roh jahat berteriak, "Engkaulah Anak Allah."  Tetapi dengan keras Yesus melarang memberitahukan siapa Dia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa,Yesus menyingkir ke Danau Galilea dengan murid-murid-Nya, dan banyak orang dari Galilea mengikuti- Dia.Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus serta Sidon datanglah banyak orang kepada-Nya,sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya.Karena orang banyak itu, Yesus menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya jangan sampai Dia terhimpit oleh mereka.Sebab Yesus menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakingin dijamah oleh-Nya.Bilamana roh-roh jahat melihat Yesus,mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak,"Engkaulah Anak Allah!"Tetapi dengan keras Yesus melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                              
Kamis, 24 Januari 2019                                                                                                                        
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema:  Bersabarlah Dan Tekunlah Menjalankan Karya Amal!                                                 
Markus 3: 7 – 12

Saudara-saudari... Pada suatu sore, seorang ibu datang menceriterakan pengalaman suka-dukanya kepada saya. Katanya: “Pater, saya harus bagaimana? Setiap kali saya melakukan perbuatan amal -  pergi mengunjungi orang sakit; memberi sedikit bantuan kepada orang yang tidak punya makan dan pakaian -  ada beberapa ibu yang selalu mencibirkan bibirnya dan berkata: “Lihat, ia mau menarik perhatian orang!’,  padahal saya sama sekali tidak punya satu intensi buruk dalam melayani mereka. Kadang saya merasa jengkel dengan ibu2 itu. Menurut Pater, apakah saya stop melayani atau tetap melayani? ”
Menanggapi ungkapan perasaan ibu ini, saya diam sejenak merenungkan perasaan dan pikiran-nya. Dia mengalami kebingungan: di satu sisi, ia sangat rindu mau membantu sesama, tetapi di pihak lain, ada orang yang mencibirkan bibir dan menganggap pelayanannya sekedar menarik perhatian orang lain. 

Sebagai jawaban, saya meminta ibu untuk menanggapi apa yang dikatakan Yesus Kristus sendiri. Saya bertanya padanya: Bagaimana tanggapan ibu sewaktu Yesus berkata: Barangsiapa yang melayani orang yang paling sederhana ini, ia melayani Aku?’  Dengan spontan ia katakan: “Justru itu yang selalu ada dalam pikiran dan hatiku. Saya sangat merasakan bahwa Yesus menangis dalam diri orang miskin. Tetapi komentar negatip dari beberapa ibu itu sungguh mengganggu pikiran dan perasaan saya!  Kemudian saya menantang ibu lagi: Mana yang lebih baik dan sangat bermanfaat dalam hidup: Melayani orang yang sangat membutuhkan bantuan kita atau tidak melayani hanya karena merasa terganggu dengan komentar orang?  Ibu menjawab: Melayani orang lain!  Kalau menurut ibu itu pikiran yang baik: apa rencana ibu mulai saat ini dan selanjutnya? Dengan polos ia katakan: Mulai sekarang saya tidak mau peduli dengan komentar orang. Yang saya mau buat adalah layani yang miskin.

Saudara-saudari... Apa yang dialami oleh ibu dalam ceritera tadi sesungguhnya selalu hidup bersama manusia dari zaman ke zaman.

Hari ini, kita dengar bahwa Yesus menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepadaNya, hendak menjamah Dia. Ia mengusir roh jahat. Injil katakan: Bilamana roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapanNya.

Sebagai pengikut Kristus, kita harus rajin-rajin berdoa agar kita selalu tekun dalam iman. Kita berdoa untuk mereka yang sakit. Kita teruskan karya keselamatan Yesus Kristus, lewat melayani orang sakit, berdoa mohon kesembuhan orang sakit dan mengusir setan dari mereka yang dirasuki roh jahat. Kalau kita sudah dikarunia Tuhan kekuatan untuk menyembuhkan sesama silahkan meneruskan karunia itu. Tuhan memberi kita karunia itu secara gratis, karena itu, berikanlah karunia itu juga secara gratis.
Kalau ada yang mencibirkan bibir karena Tuhan bekerja dalam diri kita dan mereka yang kita layani alami kesembuhan, terimalah cibiran itu dengan sikap positip. Bukan kepada kita cibiran itu ditujukan, tetapi kepada Dia yang bekerja dalam diri kita. Karena bukan kita yang menyembuhkan orang yang kita bantu, tetapi Tuhan yang ada dalam diri kitalah yang menyembuhkannya. Karena itu. bersabarlah dan tekunlah menjalankan karya amal. Tuhan, yang bekerja dalam diri kita, akan selalu menguatkan kita. 

Kita berdoa, semoga Tuhan selalu beri kita kesabaran dan ketekunan agar kita tetap setia menjalankan tugas pelayanannya dengan penuh tanggungjawab.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin.

Selasa, 22 Januari 2019

Siro Rabu, 23 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa II

Bacaan Injil
Mrk 3:1-6

Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuhnya?


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya.Orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu, "Mari, berdirilah di tengah!"Kemudian Yesus berkata kepada mereka, "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?  menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja.Yesus jengkel karena kedegilan mereka!Dengan marah Ia memandang sekeliling,lalu berkata kepada orang tadi,"Ulurkanlah tanganmu!" Ia pun mengulurkan tangannya, maka sembuhlah seketika.Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Rabu, 23 Januari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema:  Gunakanlah Standard Tuhan Dalam Kegiatan Harian Kita!                                     
Markus 3: 1 – 6

Saudara-saudari.... Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Pertama Samuel 17:32-33, 37,40-51, menceriterakan kehebatan Daud yang bisa mengalahkan Goliat  yang besar, tinggi lengkap dengan perlengkapan perang: pedang, tombak dan lembing, sementara Daud hanya mengandalkan Tuhan dan umban sebagai perlengkapan perangnya. Goliat dengan sombongnya katakan kepada Daud: “Anjingkah aku, maka engkau datang dengan tongkat? Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang.”  Lalu Daud menjawab: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semensta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu.” Apa yang dikatakan oleh Daud sesungguhnya terjadi.  Goliat jatuh tersungkur dan kepalanya dipenggal oleh Daud.
Kalau kita amat tingkah laku keduanya: Goliat dengan sombong mengandalkan kekuatan dirinya; Dirinya dilihat sebagai sumber kekuatannya; sementara Daud, ia mengandalkan Tuhan. Ia berperang atas nama Tuhan. Tuhan adalah sumber kekuatannya. Dirinya hanya sarana Tuhan. Tuhan bekerja dalam dirinya. Kalau kita gunakan kaca mata St. Ignasius Loyola untuk melihat tingkahlaku kedua orang ini, kita bisa melihat bahwa Daud pada dasarnya menggunakan standard Tuhan, sementara Goliat menggunakan standard Setan. Siapa yang selalu menggunakan standard Tuhan pasti akan mengalami kemenangan, sebaliknya barang siapa yang selalu menggunakan standard Setan pasti pada akhirnya akan mengalami kegagalan.

Injil hari ini kembali mengingatkan kita, bahwa hari Sabat untuk manusia, bukannya manusia untuk hari Sabat. Kemarin kita sudah mendengar bahwa Yesus membiarkan muridnya memetik dan memakan jagung pada hari Sabat karena mereka sungguh lapar. Kelaparan kalau dibiarkan pasti akan mendatangkan malapetaka bagi manusia yang mengalaminya. Karena itu, kebutuhan hakikinya, yaitu kebutuhan tubuhnya harus dipenuhi. Makanan adalah kebutuhan tubuh manusia.
Hari ini, Yesus menyembuhkan orang sakit dalam Rumah Tuhan pada hari Sabat. Reaksi orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tetap negatip. Mereka tetap menganggap bahwa apa yang diperbuat oleh Yesus Kristus sesungguhnya melawan hukum Tuhan. Tetapi menurut Yesus, apa yang dibuatNya sesungguhnya sebagai perwujudan cinta Tuhan. Kesehatan adalah kebutuhan hakiki manusia. Kalau manusia mengalami sakit, ia harus disembuhkan agar ia boleh menjalankan tugas yang sudah dipercayakan Tuhan kepadanya. Kesembuhan adalah kebutuhan hakiki manusia. Apa yang dibuat Yesus sesungguhnya adalah ungkapan cinta Tuhan. Yesus Kristus, pada dasarnya selalu menggunakan standart Tuhan dalam kegiatan hariannya.

Hari Sabat adalah hari Tuhan. Setiap orang yang ikut merayakan hari Sabat/Tuhan sangat diharapkan untuk meneruskan cinta Tuhan kepada sesama yang menderita. Hari Sabda/Tuhan adalah satu kesempatan yang sangat baik bagi orang yang percaya kepada Tuhan untuk mewujudkan imannya dan wartakan kebahagiaan kepada sesama sesudah ia mengikuti perayaan hari Sabat/Tuhan. Pada hari Sabat/Tuhan bukanlah kesempatan untuk mengabaikan orang sakit dan yang lapar; bukanlah kesempatan untuk mengutuk orang yang bersalah, sebaliknya kesempatan untuk membangkitkan semangat mereka yang lesuh dan kepastian untuk mereka yang bingung; kegembiraan bagi mereka yang sedih; kekuatan bagi mereka yang lemah.

Marilah saudara-saudari... Gunakanlah standard Tuhan dalam kegiatan harian kita. Kalau kita selalu menggunakan kaca mata Tuhan untuk melihat segala sesuatu dalam hidup kita, maka pasti semuanya akan baik dan mereka yang hidup bersama kita pun akan merasakan kuasa Tuhan keluar dari diri kita. 
Kita berdoa semoga Tuhan selalu menguatkan iman kita.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita.  Amin.

Senin, 21 Januari 2019

Siro Selasa 22 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa II
PF S. Vinsensius, Diakon dan Martir
Bacaan Injil
Mrk 2:23-28

Hari Sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum.Maka kata orang-orang Farisi kepada Yesus, "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"Jawab Yesus kepada mereka, "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengiringnya kekurangan dan kelaparan?Tidakkah ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Agung lalu makan roti sajian- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberikannya juga kepada pengikut-pengikutnya?"Lalu kata Yesus kepada mereka, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,jadi Anak Manusia adalah Tuhan, juga atas hari Sabat."

Demikianlah Injil Tuhan.

======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Selasa, 22 Januari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Keselamatan Manusia Harus Diutamakan!
                                                                                                                                        
Markus 2: 23 – 28


Saudara-saudari... Hari ini orang Farisi marah besar karena murid Yesus memetik bulir gandum pada hari Sabat. Kata mereka kepada Yesus: “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” 
Orang Farisi menggunakan hukum Sepuluh Perintah Tuhan sebagai dasar alasan mengapa mereka memarahi para murid Yesus Kristus. Menurut Sepuluh Perintah Tuhan: “Pada hari ketujuh, hari Sabat Tuhan, jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anak laki-laki atau anak perempuan, atau hambamu laki-laki atau hamba perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh, itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” Keluaran 20: 10-11.

Benar bahwa pada hari Tuhan, kita harus memuji dan memuliakan Tuhan. Hari khusus di mana kita pusatkan perhatian kita pada Tuhan; mengingat segala kebaikan dan cinta Tuhan.

Pertanyaan kita: Apa sesungguhnya arti dari memuji dan memuliakan Tuhan? Apakah memuji dan memuliakan Tuhan hanya lewat kata-kata saja? Apakah expresi cinta yang tulus kepada sesama lewat perbuatan amal pada hari Tuhan bukan merupakan bentuk expresi cinta kita kepada Tuhan? Apa arti dari pujian dan lagu –lagu yang indah yang kita lambungkan pada hari Tuhan, sementara orang yang menderita di depan mata kita, kita abaikan? 
Hari ini Yesus Kristus menjernihkan maksud perintah Tuhan. Ia kembali mengingatkan orang Farisi apa yang terjadi pada zaman Daud, di mana Daud meminta imam Abyatar, Imam Besar untuk mengambil roti sajian dalam Rumah Allah dan memberikannya kepada pengikut Daud karena mereka sangat kelaparan.  Imam Abyatar memberikannya. Itu berarti selalu ada pengecualian. Hukum cinta kasih selalu diutamakan; kebutuhan hakiki manusia selalu diprioritaskan; keselamatan manusia selalu diutamakan dari pada hukum dan peraturan yang lain. Yesus yang adalah Tuhan dengan tegas katakan: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat; jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” Itu berarti aturan pada hari Sabat tidak boleh menghalangi manusia untuk melakukan kebajikan bagi sesama. Yesus menghendaki agar semua aturan yang diadakan selalu berdimensi social, untuk kebaikan dan damai sejahtera. Di atas semuanya, keselamatan manusia harus lebih diutamakan dari pada aturan itu sendiri. Hukum dan aturan hanyalah sarana bagi manusia dalam menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Hari Sabat sama sekali tidak punya maksud untuk menyengsarakan manusia, juga tidak bermaksud membuat manusia menderita.

Marilah saudara-saudari... Ikutilah cara hidup Yesus. Utamakan keselamatan sesama dari pada peraturan dan hukum.

Kita berdoa semoga Tuhan selalu menyadarkan kita agar kita selalu menggunakan kaca mata Yesus Kristus untuk melihat hukum dan aturan.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin

Minggu, 20 Januari 2019

Siro Senin, 21 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa II
PW S. Agnes, Perawan dan Martir

Bacaan Injil
Mrk 2:18-22

Pengantin itu sedang bersama mereka.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Waktu itumurid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, Pada suatu hari datanglah orang kepada Yesus dan berkata,"Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, mengapa murid-murid-Mu tidak?"Jawab Yesus kepada mereka "Dapatkah sahabat-sahabat pengantin pria berpuasa selagi pengantin itu bersama mereka? Selama pengantin itu ada bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.Tetapi waktunya akan datang pengantin itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian, kain penambal itu akan mencabiknya;yang baru mencabik yang tua, sehingga makin besarlah koyaknya.Demikian juga tak seorang pun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang sudah tua, karena jika demikian anggur tersebut akan mengoyakkan kantong itu, sehingga baik anggur maupun kantongnya akan terbuang. Jadi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                   
Senin, 21 Januari 2019                                                                                                                        
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Biarkan Kuasa Tuhan Mengisi Kekosongan Diri Kita!                                      
Markus 2: 18 – 22

Saudara-saudari... Hari ini kita mendengar bahwa ada orang yang bertanya kepada Yesus Kristus, katanya: “Mengapa murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak berpuasa, tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Dari jawaban Yesus, kita bisa melihat apa artinya Puasa. Menurut Yesus Kristus, seseorang menjalankan puasa karena dia merasa ada kehilangan sesuatu yang sangat penting dalam dirinya. Yang penting itu adalah Tuhan. Tuhan hilang karena dirinya sudah dikuasai oleh hal-hal duniawi atau dikuasai setan. Karena itu manusia butuh pertobatan, butuh metanoia, putar haluan. Salah satu proses untuk kembali merangkul Tuhan adalah lewat Puasa. Dalam berpuasa, orang dengan sadar menolak kebiasaan buruk yang dilakukannya dan berbalik mengingkuti perintah Tuhan. Dalam berpuasa orang dengan sadar mengakui segala dosa dan kesalahannya yang sudah dibuatnya dan memohon bantuan Tuhan untuk menyucikan dosanya lewat Sakramen pertobatan. Sesudah mengakui dosa ia dengan penuh kesadaran menjalankan penitensi sebagai pernyataan tobat atas segala dosa yang dilakukannya.
Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi mengadakan Puasa. Alasannya? Mungkin karena mereka sudah merasa ada kehilangan Tuhan dalam dirinya; Mungkin karena sudah terlalu banyak dosa yang sudah dilakukannya. Sadar akan kekurangannya, mereka mengosongkan diri dan biarkan Roh Tuhan menguasai bathinnya. Sebaliknya para murid Yesus tidak mengadakan puasa karena mereka selalu bersama Tuhan. Keallahan yang ada dalam diri Yesus Kristus selalu membias dan menyinari para muridNya, sehingga para murid selalu merasakan kehangatan cinta Tuhan dan kuasa Tuhan selalu menguasai mereka.
Pertanyaan kita: Sebagai murid Kristus, apakah kita butuh puasa?

Saudara-saudari... Pasti saja kita sangat membutuh puasa dalam hidup kita. Puasa yang dimaksudkan di sini adalah butuh pengosongan diri dan kendalikan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan biarkan Roh Tuhan mengisi kekosongan kita agar kita boleh merasakan, mengalami Allah lalu memulai cara hidup baru sesuai dengan nilai-nilai Injil dan kehendak Tuhan.

Ada sekelompok orang, sebelum mereka keluar melayani sesama yang membutuhkan bantuan, mereka berpuasa selama tiga hari, makan cuma sekali sehari. Banyak waktu diisi dengan doa agar mereka dipenuhi dengan kekuatan Tuhan. Selama mereka melayani, mereka sungguh merasakan campurtangan Tuhan, dan yang dilayani pun turut merasakan kekuatan Allah.

Marilah saudara-saudari... Perbiasakanlah mengosongkan diri dan biarkanlah kuasa Tuhan mengisi kekosongan kita. Semakin kita dipenuhi oleh kekuatan Tuhan, maka kita akan semakin merasa kuat menjalankan tugas-Nya, dengan demikian kekuatan Setan tidak sanggup mengalahkan kita. 

Kita berdoa semoga Tuhan selalu memberi kita kesabaran dan kekuatan di saat kita menjalankan puasa dalam hidup kita.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin

Siro Minggu, 20 Jan 19

Bacaan Liturgi

Hari Minggu Biasa II
PF S. Sebastianus, Martir
PF S. Fabianus, Paus dan Martir
Bacaan Injil
Yoh 2:1-11

Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada waktu itu ada pesta perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ. Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, Maria berkata kepada Yesus, "Mereka kehabisan anggur!" Kata Yesus kepada ibunya, "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba!" Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan, "Apa yang Ia katakan kepadamu, buatlah!"

Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu, "Isilah penuh tempayan-tempayan itu dengan air!" Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka, "Sekarang cedoklah, dan bawalah kepada pemimpin pesta!" Lalu mereka pun membawanya.
Setelah pemimpin pesta itu mengecap air yang telah menjadi anggur itu, --- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan yang mencedok air itu mengetahuinya, -- ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya, "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dulu, dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik. Akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."

Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, dan merupakan yang pertama dari tanda-tanda-Nya. Dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

Demikianlah Injil Tuhan.
====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                              
Minggu, 20 Januari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Bersama Bunda Maria Kita Mendekati Yesus Kristus!                                             
Yohanes 2: 1 – 11

Saudara-saudari... ketiga bacaan hari ini sungguh sangat menyejukkan hati dan iman kita. Bacaan pertama diambil dari Kitab Yesaya 62:1-5, isinya bahwa Tuhan tidak akan merasa tenang kalau Ia belum memberi ketenangan kepada bangsa pilihannya. Itu berarti Tuhan turut merasakan apa yang dialami oleh umat pilihanNya. Tuhan selalu aktip dan partisipatip dalam kehidupan umatNya. Tuhan sendiri yang mengambil inisiatip. Pertanyaan untuk kita: Apakah kita selalu berinisiatip mendekati Tuhan? Atau kita hanya menanti dari Tuhan?
Bacaan kedua dari 1 Kor 12: 4-11, tentang rupa-rupa karunia tetapi satu Roh. Mungkin kita sendiri menyadari karunia apa yang kita miliki. Saya senang olahraga, main music; teman saya senang melukis dan menari, sementara teman yang satu senang berceritera dan buat lucu-lucu. Kita percaya bahwa karunia itu semuanya berasal dari Allah dan kita harus menerimanya dan menjalankannya sesuai dengan rencana dan kehendak Allah demi kemuliaan namanya dan kebahagiaan kita dan sesama. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk merasa cemburu karena orang lain memilikinya dan kita tidak, sebaliknya kita seharusnya bekerja sama untuk saling mengisi dan melengkapi. Bacaan Injil, Yohanes 2: 1-11, menceriterakan kerjasama antara manusia dan Tuhan. Air berubah jadi anggur karena ada kerjasama antara: para pelayan, Bunda Maria dan Yesus Kristus. Sewaktu terjadi kekurangan anggur dalam pesta perkawinan, tuan pesta dan keluarga sungguh merasa cemas. Mereka merasa malu dan yang pasti para tamu akan merasa kecewa. Mereka tidak tahu apa yang harus dibuat. Mereka panik. Maria, Bunda Yesus Kristus, sebagai seorang ibu turut merasakan apa yang dirasakan oleh keluarga. Tanpa diminta, ia berinisiatip meminta bantuan Yesus Kristus. Ia tahu bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah. Dia percaya bahwa Puteranya selalu siap melayani siapa saja apalagi dalam situasi yang sangat darurat. Bunda Maria mendekati pelayan, dan menyiapkan mereka katanya: “Apa yang dikatakanNya kepadamu, buatlah!” Yesus datang dan menyuruh pelayan, kataNya: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Lalu mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu Yesus menyuruh mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta mengecap air yang telah menjadi anggur itu, ia memanggil mempelai laki-laki dan berkata: “setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
Mujizat terjadi karena ada kerja sama antara orang yang saling mempercayai dan menjalankan apa yang diminta agar dibuat. Ceritera ini mau mengingatkan kita akan peranan dari setiap pribadi. Bunda Maria menjadi jembatan antara manusia dengan Yesus Kristus. Ia menceriterakan situasi manusia kepada Puteranya; Ia juga menyiapkan manusia bahwa Yesus akan datang dan ikutilah perintahNya. Tugas manusia adalah mendengarkan dan menjalankan perintah. Peranan Yesus, menyelamatkan manusia yang siap bekerja sama denganNya.

Perkawinan di Kana juga dilihat sebagai symbol perkawinan manusia dengan Tuhan sendiri. Anggur yang dibuat Yesus Kristus adalah darahNya sendiri yang dikorbankanNya demi manusia yang dicintainya. Darahnya sudah menjadi minuman rohani kita, yang kita terima waktu perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah perjamuan yang disiapkan Kristus untuk keselamatan jiwa kita.
Marilah saudara-saudari... Bekerja samalah selalu dengan Tuhan; ingatlah selalu pesan injil hari ini bahwa lewat Bunda Maria kita bisa bertemu Yesus Kristus dan karena kesediaan dan keterbukaan kita dalam mendengar dan menjalankan perintah Tuhan maka mujizat pun terjadi ke atas kita.

Kita berdoa semoga semangat kerja sama antara kita, Bunda Maria dan Tuhan selalu kita pupuki sehingga mujizat pun selalu terjadi dalam hidup kita.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin.

Jumat, 18 Januari 2019

Siro Sabtu, 19 Jan 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa I

Bacaan Injil Mrk 2:13-17

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa Yesus pergi lagi ke pantai Danau Galilea, dan semua orang datang kepada-Nya.Yesus lalu mengajar mereka.Kemudian ketika meninggalkan tempat itu, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai, Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi, lalu mengikuti Yesus.Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Lewi, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.Waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Yesus makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya, "Mengapa Gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"Yesus mendengar pertanyaan itu dan berkata kepada mereka, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit!Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa!"

Demikianlah Injil Tuhan.

======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                      
Sabtu, 19 Januari 2019                                                                                                                            
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Rangkullah Dan Dengarkanlah Sesama Agar Bisa Menjadi Manusia Produktip! 
Markus 2: 13 – 17

Saudara-saudari... Hari ini kita mendengar Yesus Kristus memanggil Lewi, nama lainnya Matius untuk mengikutiNya. Lewi adalah pemungut cukai. Ia dibenci oleh banyak orang. Ia dianggap pendosa oleh para pemimpin agama Yahudi. Tetapi Yesus Kristus datang memanggilnya. Yesus Kristus merangkul beliau dan memanggilnya untuk menjadi muridNya. Ia kemudian menjadi Rasul dan menulis Injil Yesus Kristus. Yesus Kristus memanggil seseorang untuk menjadi muridnya bukan karena orang itu suci atau luar biasa. Ia memanggilnya karena Ia mencintai-nya dan percaya, bahwa dia bisa menjalankan tugas-Nya. Yesus Kristus tidak memikirkan apa yang sudah dibuat oleh Lewi di masa lampau, tetapi yang dipikirkan-Nya adalah masa sekarang dan masa depan-nya. Yesus Kristus tahu, bahwa masa sekarang dan masa depan dari Lewi, yang dipanggilNya, ada dalam tangan-Nya dan akan menjadi urusanNya. Dia yang memanggil, Dia juga yang bertanggungjawab akan kehidupan Lewi. Kalau Lewi selalu bersama Yesus Kristus, maka pasti Lewi pun akan baik. Karena bagi Tuhan  semuanya mungkin terjadi.

Saudara-saudari... Kalau kita amati cara menerima calon seminari, bruder dan suster di zaman sekarang, pada umumnya para calon harus mengikuti persyaratan yang sudah dikeluarkan oleh Serikat bersangkutan, seperti nilai akademisnya, kesehatannya, surat rekomendasi dari pastor paroki dan lain-lain. Kalau tidak memenuhi persayaratan, maka calon itu tidak akan diterima. Apa yang kita buat sekarang sepertinya tidak mengikuti gaya Yesus Kristus. Bagi Yesus Kristus bukan soal nilai akademis, kesehatan dan rekomendasi dari pemimpin agama. tetapi kesediaan dan ketebukaan pribadi yang dipanggil di saat ia dipanggil.  Selanjutnya Yesus sendiri yang akan mengaturnya.

Waktu saya mengikuti kursus penyegaran tahun 2015, seorang professor menjelaskan kepada kami, bahwa untuk menjadi formator, ia harus siapkan waktu sebanyak-banyaknya untuk mendengarkan ungkapan hati para calon religius. Jangan cepat-cepat mengeluarkan para calon dari biara kalau ia melanggar peraturan. Melanggar peraturan adalah satu indikasi bahwa ada  sesuatu yang kurang beres dalam diri pelanggar. Formator harus mendengarkan ceritera dari formandinya, apa yang sedang terjadi dalam diri dan pikirannya; mendengarkan ceritera masa lampaunya dan berusaha bersama dia mencari tahu apa akar persoalan yang mengganggunya sampai ia melanggar peraturan. Mengetahui akar masalah akan sangat membantu formator untuk bisa bekerja bersama calon agar masalahnya bisa diselesaikan. 

Pendekatan yang sama, juga bisa diterapkan dalam keluarga atau di sekolah. Ada banyak anak yang sering melanggar peraturan baik dalam keluarga maupun di sekolah. Kadang orangtua atau para guru tidak mengerti mengapa anak-anak bertingkah laku demikian. Kadang orangtua atau guru cepat sekali mencap anak-anak pembangkang atau kepala batu, sementara akar persoalannya tidak diketahui. Karena itu sangat sangat penting untuk merangkul, mendengarkan apa yang sedang terjadi. Mungkin setelah kita mendengarkan mereka, kita semakin sadar dan memahami apa yang sedang terjadi ke atas mereka dan bersama anak-anak mencari solusi untuk membantu mereka. 

Marilah saudara-saudari... Ikutilah gaya pendekatan Yesus Kristus terhadap Lewi pada hari ini. Rangkulah dan dengarkanlah sesama yang punya kesulitan; sadarkanlah mereka bahwa mereka bisa menjadi manusia produktip.

Bersama Bunda Maria, kita berdoa semoga Tuhan selalu memberi kita kesabaran dan kesediaan untuk mendengarkan sesama kita. Amin