Rabu, 31 Juli 2019

Siro Kamis, 1 Agustus 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVII
PW S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil
Mat 13:47-53

Ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak,"Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai. Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu, ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang. Demikianlah juga pada akhir zaman. Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar.Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api. Di sana ada ratapan dan kertak gigi.

Mengertikah kalian akan segala hal ini ?" Orang-orang menjawab, "Ya, kami mengerti."Maka berkatalah Yesus kepada mereka, "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah seumpama seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu, Yesus pergi dari sana.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Kamis, 01 Agustus 2019                                                                                                                     
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Jadilah Tangkapan Yang Berguna Bagi Kemuliaan Nama Tuhan!                              
Matius 13:47-52

Saudara-saudari.... Hari ini Yesus menyampaikan satu perumpamaan yang menarik tentang Kerajaan Allah.  Kerajaan Allah seumpama pukat yang dilabuhkan di laut lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Yang menarik dari perumpaan ini adalah soal keterbukaan Allah. Allah lewat para pewartaNya setiap hari mewartakan kerajaan Allah kepada semua pendengar. Sabda Allah yang diwartakan itu diperdengarkan kepada siapa saja. Sabda Allah itu dilihat sebagai pukat yang menangkap setiap pendengar. Yang pasti bahwa para pendengar itu punya sifat dan tingkah lakunya yang berbeda. Ada yang mendengarkan Sabda Tuhan dengan sikap yang sangat baik; mendengarkan, memahami, menghayati dan mengamalkannya dengan baik dalam kehidupan harian. Mereka yang selalu menghayati dan mengamalkan ajaran Tuhan dianggap sebagai hasil pukatan yang baik dan dimanfaatkan oleh pemukat. Mereka adalah pendengar Sabda Tuhan yang bisa menjadi saksi Kristus dalam kehidupan harian mereka. Mereka adalah pribadi-pribadi yang yang sudah memuliakan nama Tuhan lewat kehidupan harian mereka. Pada akhir zaman, mereka ini akan hidup dengan Tuhan dalam kerajaanNya. Sementara mereka yang mendengarkan Sabda Tuhan dan tidak menghayati dan mengamalkan ajaran Tuhan dalam hidup harian, maka mereka akan dibuang. Mereka dibuang karena mereka tidak punya manfaat apa-apa. Dengan tahu dan mau mereka mengabaikan ajaran Tuhan. Tidak menganggap ajaran Tuhan punya makna untuk kehidupan mereka, baik selama hidup di dunia maupun di dunia akhirat kelak.

Saudara-saudari... Sebagai pendengar Sabda Tuhan, apakah kita selalu mendengarnya dengan penuh perhatian, menghayati dan menamalkannya dalam hidup harian kita dengan baik? Apakah pengamalan kita sudah menghasilkan buah berlimpah untuk sesama? Apakah kita sudah memuliakan Tuhan lewat cara hidup kita?
Kalau kita sudah menjadi pendengar yang bertanggungjawab dan mengamalkan isi ajaran-Nya dengan baik, maka pada saat yang sama kita juga sudah menjadi pemukat/pewarta Sabda Tuhan yang sukses. Tetapi kalau kita acuh tak acuh dan menolak ajaran Tuhan, maka akibatnya akan kita tanggung. Menurut pesan Injil hari ini, mereka yang menolak ajaran Tuhan akan dibuang pada pengadilan terakhir.

Saudara-saudari... Pilihan ada pada diri kita masing-masing, entah mau menerima Tuhan atau menolak Tuhan?

Kita berdoa semoga kita selalu menjadi pendengar yang setia dan bertanggungjawab serta selalu memuliakan nama Tuhan lewat cara hidup harian kita.

Kita memohon St. Alfonsus de Liguori dan Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amin.

Selasa, 30 Juli 2019

Siro Rabu, 31 July 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVII
PW S. Ignasius dari Loyola, Imam

Bacaan Injil
Mat  13:44-46

Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak,"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Rabu, 31 Juli 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Temukanlah Harta dan Mutiara Kasih Tuhan, Maka Kelekatan Pada Harta Duniawi akan Berkurang! 
Matius 13:44 - 46

Saudara-saudari... Hari ini kita merayakan peringatan St. Ignatius Loyola, Pendiri Serikat Yesus, yang biasa kita sebut SY. Ignatius lahir di Spayol Utara tahun 1491. Dia anak bungsu dari keluarga bangsawan Don Beltran. Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignatius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Dia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat. Pada tahun 1517, Ignatius menjadi tentara kerajaan Spayol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignatius menderita luka parah terkena peluruh ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Perancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama satu tahun. Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya satu masa berahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai seorang ‘manusia baru’. Selama masa perawatannya, ia mau baca buku-buku heroik, tetapi yang ada di sana hanya buku-buku rohani, buku tentang kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus. Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa membaca buku-buku rohani ini.Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuknya. Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu. Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Kepribadiannya berubah total. Ia sudah menemukan harta dan mutiara kasih yang sangat luar biasa. Kini harta duniawi ditanggalkannya. Ia meletakan pedangnya di bawa altar kapela biara Benediktin Montserrat pada tanggal 24 Maret 1522 pada malam hari. Dari saat itu, ia pusatkan perhatiannya untuk mengabdi Tuhan. Sesudah menyelesaikan sekolahnya dan ditahbiskan imam tanggal 24 Juni 1537, ia mengumpulkan beberapa pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan Gereja. Kelompok kecil ini direstui oleh Paus Paulus ketiga pada tanggal 27 September 1540, kemudian dikokohkan menjadi serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus. Kini, anggota Serikat Yesus ini berada di mana di seluruh dunia, termasuk di negara kita.
Bagi Ignatius, nilai harta dan mutiara kasih dari Tuhan, yang ditemukan dan dialaminya selama sakit sungguh luar biasa. Harta dan mutiara kasih Tuhan itu tidak bisa dibandingkannya dengan harta duniawi. Sadar akan nilai harta kasih Tuhan ini, maka ia dengan senang hati menanggalkan harta duniawinya di bawa kaki altar dan mulai dari saat itu, dia merangkul harta dan mutiara kasih Tuhan sebagai pusat perhatiannya setiap hari. Mengabdi Tuhan dan sesama dinilainya sebagai satu ungkapan kasih sekaligus sebagai satu bentuk memuliakan Tuhan.

Marilah saudara-saudari... Berlomba-lombalah mencari dan menemukan harta dan mutiara kasih Tuhan. Semoga di saat menemukannya, kita menjual segala harta milik kita, yang mungkin selalu memperbudak dan menyengsarakan pertumbuhan jiwa kita, dan beralih perhatian pada harta dan mutiara kasih Tuhan yang menjadi jaminan keselamatan kita.

Kita memohon St. Ignatius Loyola dan Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Senin, 29 Juli 2019

Siro Selasa, 30 July 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVII
PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil
Mat  13:36-43

Seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus meninggalkan orang banyak, lalu pulang. Para murid kemudian datang dan berkata kepada-Nya:,"Jelaskanlah kepada kami arti perumpamaan tentang lalang di ladang itu."

Yesus menjawab, "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia. Ladang ialah dunia. Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan dan lalang adalah anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman, dan para penuai itu malaikat.

Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi. Pada waktu itulah orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!"

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Selasa, 30 Juli 2019                                                                                                                                  
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Tuhan Selalu Sabar Dengan Manusia!
                                                                          
Matius 13:31-35

Saudara-saudari... Dalam kehidupan bermasyarakat, kita alami bahwa ada orang yang begitu cepat mengambil kesimpulan dan menghakimi sesama tanpa melalui penelitian dan mengetahui latar-belakang persoalan; tetapi ada juga yang begitu bijaksana, mendengar dengan baik ceritera dari pribadi yang lain, bertukar pikiran dan sama-sama mencari jalan keluar kalau memang ada persoalan yang perlu diselesaikan.
Betapa sering terjadi pertikaian dalam masyarakat hanya karena salah pengertian. Ada pribadi yang cepat-cepat mengambil kesimpulan tanpa mengetahui detail ceritera dan persoalan orang lain.
Pernah terjadi ada seorang suami memukul istrinya bersama seorang pemuda di depan umum karena ia melihat bahwa keduanya berjalan sambil bergandengan tangan. Tanpa bertanya siapakah laki-laki itu, si suami langsung menempeleng istrinya dan pemuda itu. Sesudah mendapat penjelasan dari istrinya, si suami merasa sangat malu dan harus membayar ganti rugi, karena pemuda yang dipukulnya itu adalah saudara sepupuh dari istrinya, yang sudah lama tidak bertemu dan tinggal di tempat lain. Kalau saja si suami adalah seorang yang bijaksana, dia seharusnya menyapa dulu keduanya dan meminta istrinya untuk memperkenalkan kepadanya siapakah laki-laki itu. Tetapi karena ketidak sabaran dan cemburu, ia langsung memukul keduanya. Perbuatan buruknya sudah menghasilkan malapetaka baginya. Ia harus membayar ganti rugi, baik kepada istrinya maupun saudara sepupu sang istri.

Saudara-saudari... Lewat Injil hari ini, Yesus mengajar kita untuk bersabar dan tidak cepat-cepat menghakimi sesama. Yesus juga mengingatkan para murid-Nya, bahwa setan selalu berkeliaran mau menghancurkan benih Sabda Tuhan yang sudah disemaikan dalam diri manusia.  Setan dan Tuhan sama-sama mau memiliki manusia. Tetapi kuncinya ada pada keputusan manusia, apakah dia memilih Tuhan atau setan. Tuhan pada dasarnya selalu memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih. Tuhan selalu memberi kesempatan kepada manusia untuk memperbaiki dirinya, agar boleh diselamatkan dan dibenarkan pada penghakiman terakhir. Yang pasti, bahwa ada pengadilan terakhir. Kebaikan yang dibuat oleh manusia selama hidupnya akan mendatangkan keselamatan baginya, sementara kejahatan yang dilakukannya akan mendatangkan kegelapan.

Pertanyaan untuk kita: apakah kita selalu memanfaatkan kesempatan semasih kita hidup untuk cepat-cepat memperbaiki diri atau kita selalu menunda-nunda kesempatan untuk memperbaiki diri kita?
Di saat terjadi perbedaan pendapat atau salah pengertian: apa yang selalu kita buat? Apakah kita saling membuka diri dan saling mendengarkan atau kita cepat-cepat mengambil keputusan dan mengadili sesama?

Marilah saudara-saudari... Belajarlah dari Tuhan untuk selalu bersabar dan saling mendengarkan.

Kita berdoa, semoga Tuhan senantiasa meneguhkan iman kita dan membuka mata dan telinga iman kita agar kita selalu bisa melihat dengan secara teliti apa yang sedang terjadi dan akar masalah dari suatu persoalan, sambil membuka telinga hati kita untuk saling mendengarkan dengan baik, dan yang paling penting membuka telinga hati kita untuk mendengarkan bisikan Roh Kudus, agar kita  bisa mengambil satu keputusan sesuai dengan kehendak Roh Kudus. 

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amin.

Minggu, 28 Juli 2019

Siro Senin, 29 July 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVII
PW S. Marta

Bacaan Injil
Yoh 11:19-27

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Menjelang Hari Raya Paskah, banyak orang Yahudi datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.

Maka kata Marta kepada Yesus, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."Kata Yesus kepada Marta, "Saudaramu akan bangkit."Kata Marta kepada-Nya, "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."Jawab Yesus, "Akulah kebangkitan dan hidup! Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati; dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"Jawab Marta, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                                 Senin, 29 Juni 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Tuhan Selalu Mengunjungi Kita Kapan dan Dalam Situasi Apa Saja
Yohanes 11:19-27

Saudara-saudari.... Barangsiapa yang sudah mengalami kematian dari anggota keluarga, seperti yang diceriterakan dalam Injil hari ini, saya yakin - sungguh sangat gampang merasakan perasaan Marta dan Maria. Marta yang masih dalam situasi duka begitu mendengar Yesus Kristus datang, langsung pergi menemui-Nya. Ia ungkapkan apa yang dirasakannya kepada Yesus.
Secara pribadi, saya bisa memahami dan merasakan apa yang dialami Marta. Sewaktu Bapa saya meninggal, 23 Mei 1980, waktu itu saya masih sangat muda, saya merasa bahwa saya sudah kehilangan pelindung; kehilangan penyandar; kehilangan pribadi yang mendengarkan luapkan isi hati saya; kehilangan figur seorang bapa. Pada waktu itu, saya merasa bahwa masa depanku sangat suram. Pada saat itu, saya sungguh mendambahkan hiburan, kekuatan dan kehadiran fisik dari teman-teman dan keluarga dekat yang bisa memahami perasaan saya. Pada saat yang sama, saya juga berdoa mohon bantuan Tuhan agar apa yang ku-idam-idamkan dapat tercapai. Puji Tuhan bahwa dambahan saya terwujud.
Ssaudara-saudari... Hari ini kita merayakan pesta Santa Marta, murid Yesus.

Beberapa hal menarik yang kita amati dari Marta, yang mungkin baik dijadikan bahan permenungan dan inspirasi hidup kita, adalah sebagai berikut: (1) Dalam situasi duka Marta tetap menunjukkan keunikannya, yaitu seorang pribadi yang selalu aktip. Injil katakan: “Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan Yesus.” Bagaimana dengan sikap kita. Apakah kita tetap mendengar suara Tuhan di saat berada dalam situasi duka? Ke manakah kita lari di saat kita berada dalam situasi duka? (2) Dalam situasi duka, di hadapan Tuhan, ia ungkapkan perasaannya secara terbuka. Injil katakan, bahwa sewaktu Marta bertemu Yesus, dia ungkapkan perasaan dan pikirannya. Katanya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Bagaimana dengan kita? Apakah dalam situasi duka kita selalu ungkapkan perasaan kita secara terbuka kepada Tuhan? (3) Dalam situasi duka Marta tetap berpegang teguh pada imannya. Ia seorang beriman, percaya total pada Yesus. Lewat Injil kita dengar ungkapan imannya: katanya kepada Yesus: “Sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya.”  Bagaimana sikap iman kita di saat kita alami situasi duka? Apakah kita tetap melihat Tuhan sebagai penguasa tunggal? (4) Agama Marta pada waktu itu adalah agama Yahudi. Ajaran agamanya tetap dihayati dan diamalkannya dalam situasi apapun. Kematian saudaranya, Lazarus dianggapnya sebagai kematian fisik, sementara jiwanya tetap hidup. Marta pecaya bahwa ada kebangkitan di balik kematian. Bagaimana dengan sikap dan penghayatan iman kita dalam menghadapi kematian? Apakah kita selalu percaya bahwa kematian adalah pintu menuju kehidupan baru?  (5) Sesudah bertemu dan mendengarkan apa yang dikatakan Yesus Kristus, Marta mengalami satu perubahan konsep tentang kebangkitan. Kebangkitan bukan lagi dilihat sebagai sesuatu yang abstrak, melainkan sebagai sesuatu yang riil. Marta kini berhadapan dengan Yesus Kristus, yang adalah kebangkitan dan hidup.
Sesudah ia ungkapkan imannya: “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dunia.” Maka Lazarus dibangkitkan oleh Yesus Kristus dari kematiaanya. Apakah kita sungguh percaya bahwa saudara-saudari kita, yang sudah mati secara fisik sungguh bangkit? Apakah kita pernah alami bagaimana jiwa orang mati membantu kita?
Sungguh, Tuhan selalu berserta kita. Ia selalu menepati janji-Nya. Ia selalu mendekati dan mendengarkan kita. Ia selalu merasakan apa yang kita rasakan. Dia selalu datang kepada kita dan dalam situasi apa saja. Bukalah hati kita untuk menyambutnya dan luapkanlah isi hati kita kepadaNya.

Bersama St. Marta dan Bunda Maria, kita berdoa: Tuhan, sadarkanlah kami, bahwa Engkau selalu datang kepada kami kapan dan dalam situasi apa saja. Bersama dan dalam Kristus, kami akan hidup untuk selamanya.  Amen!

Siro Minggu, 28 July 19


Bacaan Injil
Mat  13:24-30

Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hariYesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak. "Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya.Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya, menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.

Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu dan berkata kepadanya, 'Tuan, bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manakah lalang itu?' Jawab tuan itu, 'Seorang musuh yang melakukannya!' lalu berkatalah para hamba itu, "Maukah tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?'

Tetapi ia menjawab, 'Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut   pada waktu kalian mencabut lalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, 'Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku'."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                             Sabtu, 27 Juli 2019                                                                                                                                    RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kebaikan dan Keburukan Itu Ada Selama Kita Hidup Di Dunia Ini!
                                                                  
Matius 13: 24 - 30

Saudara-saudari... Perumpamaan hari ini sangat tepat untuk para petani yang dengan segala kesetiaannya membersihkan rumput-rumput yang tumbuh berkeliaran di kebunnya. Sungguh, bibit rumput liar itu tidak diketahui datangnya dari mana, dan siapa yang menyiraminya. Di saat kita membersihkan kebun, kadang kita sangat kaget karena tiba-tiba muncul tanaman baru yang sama sekali tidak pernah kita lihat di kebun itu sebelumnya. Sungguh satu hal yang sangat misterius. Tetapi lewat perumpamaan hari ini paling kurang kita bisa diteguhkan, karena Yesus dengan tegas katakan bahwa penabur yang menaburkan benih yang tidak baik itu adalah musuh kita.

Saudara-saudari... Lewat perumpamaan hari ini Yesus mau mengingatkan kita bahwa ada “musuh” dari karya Allah, dan musuh itu adalah roh jahat.
Dalam kehidupan rohani pun selalu kita alami. Kita seringkali pergi mengaku dosa kita. Kita mengharapkan agar kita betul mau hidup suci. Tetapi tiba-tiba kita digoda lagi dan dalam kelemahan sebagai manusia, kita jatuh lagi. Kadang kita bertanya pada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau membiarkan saya jatuh? Mengapa aku jatuh lagi? Mungkin dalam kelembutannya dia menjawab: “Saya sudah berusaha, tetapi engkau lebih mendengarkan setan daripada saya.”

Saudara-saudari... kehidupan kita tidak selamanya mulus. Di sana selalu ada pertentangan. Dalam kehidupan Gereja, kekutan jahat selalu tunjukkan kehebatannya. Dalam zaman moderen dengan segala kehebatan tehnologi, selain kita bangga akan kehebatan alat moderen, tetapi di sisi lain, alat moderen itu juga membawa pengrusakan kalau tidak digunakan dengan baik. Contohnya Smart phone. Tujuan Smart phone adalah untuk memperlancar komunikasi dan mendapat berita. Tetapi ada yang salah menggunakannya. Dalam situasi yang bertentangan ini, Tuhan dengan segala kesabarannya tetap memberi kita kesempatan. Katanya: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai pada menuai.”  Lewat pernyataan ini, Tuhan mau mengingatkan kita bahwa ada saatnya Tuhan akan menuai. Di saat itulah akan terjadi pemisahan, bahwa yang baik akan disimpan, tetapi yang buruk akan dibakar. Tuhan mengharapkan agar pemberitahuan ini sungguh diterima dengan baik dan dihayati serta diamalkan dengan baik. Kalau dihayati dan diamalkan dengan baik, maka sudah pasti di saat pengadilan nanti kita dimasukkan ke dalam tempat yang baik, di mana Tuhan bersemayan. Tetapi kalau tidak maka kita akan masuk ke dalam tempat musuh, yang sudah menaburkan benih kejahatan ke dalam diri kita.

Betul bahwa kebaikan dan keburukan itu selalu hidup berdampingan. Tetapi kalau kita selalu memberi diri kepada Tuhan, yang adalah mahakuasa, maka pasti kita akan selalu menang.

Kita berdoa, semoga Tuhan selalu memberi kita kekuatan agar di saat kita digoda kita sanggup menghalau segala godaan setan, sehingga kita boleh hidup aman dalam rangkulan tangan kasihNya. 

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Jumat, 26 Juli 2019

Siro Sabtu, 27 July 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVI

Bacaan Injil
Mat  13:24-30

Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak. "Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya, menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.

Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu dan berkata kepadanya, 'Tuan, bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manakah lalang itu?' Jawab tuan itu, 'Seorang musuh yang melakukannya!' Lalu berkatalah para hamba itu, "Maukah tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?'

Tetapi ia menjawab, Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut  pada waktu kalian mencabut lalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, 'Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku'."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                             Sabtu, 27 Juli 2019                                                                                                                                    RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kebaikan dan Keburukan Itu Ada Selama Kita Hidup Di Dunia Ini! 
                                                                  
Matius 13: 24 - 30

Saudara-saudari... Perumpamaan hari ini sangat tepat untuk para petani yang dengan segala kesetiaannya membersihkan rumput-rumput yang tumbuh berkeliaran di kebunnya. Sungguh, bibit rumput liar itu tidak diketahui datangnya dari mana, dan siapa yang menyiraminya. Di saat kita membersihkan kebun, kadang kita sangat kaget karena tiba-tiba muncul tanaman baru yang sama sekali tidak pernah kita lihat di kebun itu sebelumnya. Sungguh satu hal yang sangat misterius. Tetapi lewat perumpamaan hari ini paling kurang kita bisa diteguhkan, karena Yesus dengan tegas katakan bahwa penabur yang menaburkan benih yang tidak baik itu adalah musuh kita.

Saudara-saudari... Lewat perumpamaan hari ini Yesus mau mengingatkan kita bahwa ada “musuh” dari karya Allah, dan musuh itu adalah roh jahat.
Dalam kehidupan rohani pun selalu kita alami. Kita seringkali pergi mengaku dosa kita. Kita mengharapkan agar kita betul mau hidup suci. Tetapi tiba-tiba kita digoda lagi dan dalam kelemahan sebagai manusia, kita jatuh lagi. Kadang kita bertanya pada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau membiarkan saya jatuh? Mengapa aku jatuh lagi? Mungkin dalam kelembutannya dia menjawab: “Saya sudah berusaha, tetapi engkau lebih mendengarkan setan daripada saya.”

Saudara-saudari... kehidupan kita tidak selamanya mulus. Di sana selalu ada pertentangan. Dalam kehidupan Gereja, kekutan jahat selalu tunjukkan kehebatannya. Dalam zaman moderen dengan segala kehebatan tehnologi, selain kita bangga akan kehebatan alat moderen, tetapi di sisi lain, alat moderen itu juga membawa pengrusakan kalau tidak digunakan dengan baik. Contohnya Smart phone. Tujuan Smart phone adalah untuk memperlancar komunikasi dan mendapat berita. Tetapi ada yang salah menggunakannya. Dalam situasi yang bertentangan ini, Tuhan dengan segala kesabarannya tetap memberi kita kesempatan. Katanya: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai pada menuai.”  Lewat pernyataan ini, Tuhan mau mengingatkan kita bahwa ada saatnya Tuhan akan menuai. Di saat itulah akan terjadi pemisahan, bahwa yang baik akan disimpan, tetapi yang buruk akan dibakar. Tuhan mengharapkan agar pemberitahuan ini sungguh diterima dengan baik dan dihayati serta diamalkan dengan baik. Kalau dihayati dan diamalkan dengan baik, maka sudah pasti di saat pengadilan nanti kita dimasukkan ke dalam tempat yang baik, di mana Tuhan bersemayan. Tetapi kalau tidak maka kita akan masuk ke dalam tempat musuh, yang sudah menaburkan benih kejahatan ke dalam diri kita.

Betul bahwa kebaikan dan keburukan itu selalu hidup berdampingan. Tetapi kalau kita selalu memberi diri kepada Tuhan, yang adalah mahakuasa, maka pasti kita akan selalu menang.

Kita berdoa, semoga Tuhan selalu memberi kita kekuatan agar di saat kita digoda kita sanggup menghalau segala godaan setan, sehingga kita boleh hidup aman dalam rangkulan tangan kasihNya. 

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Kamis, 25 Juli 2019

Siro Jumat, 26 July 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVI
PW S. Yoakim dan Ana, Orangtua SP Maria
Bacaan Injil
Mat 13:16-17

Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwaYesus berkata kepada murid-murid-Nya,"Berbahagialah matamu karena telah melihat, berbahagialah telingamu karena telah mendengar.Sebab, Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Jumat, 26 Juli 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Bukalah Hati, Telinga Dan Mata Kita Akan Tuhan Dengan Tulus Iklas! 
                                               
Matius 20:20-28

Saudara-saudari.... Pada pesta peringatan Sto. Yoakim dan Sta Anna, saya mengajak kita semua untuk mendengarkan kisah hidup keluarga kudus ini.

Anna dan Yoakim adalah orangtua kandung dari St. Perawan Maria, Bunda Yesus, Putera Allah. Keduanya dikenal sebagai keturunan raja Daud yang setia menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya serta dengan iklas mengasihi dan mengabdi Allah dan sesama. Oleh karena itu keduanya layak di hadapan Allah untuk turut serta dalam karya keselamatan Allah. Dalam buku- buku umat Kristen abad ke-dua, nama ibu Anna sangat harum. Diceriterakan bahwa sejak perkawinannya dengan Yoakim, Anna tak henti-hentinya mengharapkan karunia Tuhan berupa seorang anak. Namun cukup lama ia menantikan tibanya karunia Allah itu. Sangat boleh jadi bahwa Anna sesekali menganggap keadaan dirinya yang tak dapat menghasilkan keturunan itu sebagai hukuman bahkan kutukan Allah atas dirinya, sebagaimana anggapan umum masyarakat Yahudi pada waktu itu. Karena itu diceriterakan bahwa ia tak henti-hentinya tanpa putus asa berdoa kepada Allah agar kiranya kenyataan pahit itu ditarik Allah dari padanya. Setiap tahun, Anna bersama Yoakim suaminya berziarah ke Bait Allah Yerusalem untuk berdoa. Ia berjanji, kalau Tuhan menganugerahkan anak kepadanya, maka anak itu akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan. Syukurlah bahwa suatu hari malaikat Tuhan mengunjungi Anna, yang sudah lanjut usia itu membawa warta gembira ini: “Tuhan berkenan mendengarkan doa ibu! Ibu akan melahirkan seorang anak perempuan, yang akan membawa suka cita bagi seluruh dunia!” Dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang besar, Anna menceriterakan warta malaikat Tuhan itu kepada Yoakim. Setelah genap waktunya, lahirlah seorang wanita yang manis. Bayi diberi nama Maryam, yang kelak akan mengandung Putera Allah, Yesus Kristus, Juru Selamat dunia. Bagi Anna, Maryam lebih merupakan buah rahmat Allah daripada buah koderat manusia. Kelahiran Maryam menyemarakkan bahkan menyucikan kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Kehidupan ibu Anna tidak diceriterakan dalam Injil-Injil. Kisah tentang hidupnya diperoleh dari sebuah ceritera apokrip. Ceritera ini secara erat berkaitan dengan kisah Perjanjian Lama tentang Hanna, ibu Samuel.
Ibu Anna dihormati sebagai pelindung kaum ibu, khususnya yang sedang hamil dan sibuk mengurus keluarganya. Orang-orang Yunani mendirikan sebuah basilika khusus di Konstantinople pada tahun 550 untuk menghormati ibu Anna. Di kalangan Gereja Barat, Paus Gregorius ke 13 (1572-1585) menggalakkan penghormatan kepada ibu Anna di seluruh Gereja pada tahun 1584. Nama Yoakim dan Anna sungguh sesuai dengan maksud pilihan Allah. Yoakim berarti “Persiapan bagi Tuhan”, sedangkan Anna berarti “Rahmat atau karunia”. Keduanya selalu setia membuka hati, telinga dan mata akan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka dengan sangat tulus. Dan selalu tekun menjalankan kehendak Tuhan. Buah dari ketekunan iman mereka adalah mereka dilimpahi satu karunia dan rahmat Tuhan, yang begitu indah, yaitu buah kasih dalam bentuk seorang bayi manis yaitu Maryiam, yang dikenal Maria. Dalam diri Maria, Tuhan sendiri sudah mempersiapkan rahimnya untuk mengandung Yesus Kristus, yang adalah Juru Selamat manusia. Maria dalam hidupnya pun selalu setia mendengarkan Tuhan, dan membiarkan kehendak Tuhan selalu menjadi prioritas hidupnya. Langkah hidupnya dituntun oleh iman. Ia hidup sesuai dengan moto hidupnya: Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu!

Marilah saudara-saudari, bersama Sto. Yoakim, Sta Anna dan Bunda Maria kita berdoa: Tuhan, bukalah hati, telinga dan mata kami agar selalu merasakan kehadiran-Mu dalam diri kami, dan selalu sensitip mendengarkan suara-Mu dan melihat Engkau dalam kehidupan harian kami. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amen!

Rabu, 24 Juli 2019

Jangan Mudah Terlena Buaian Medsos,




Selamat pagi saudaraku semua, jika kita ingat waktu anak anak kita masih kecil, mungkin ada yg anaknya susah makan, kita selalu membujuk dengan seribu macam rayuan hingga anak kita mau makan, jika anak sudah mau makan begitu bahagianya kita sebagai orang tua, akhirnya tanpa kita sadari kita begitu banyak memberikan porsi makanan buat anak kita mumpung mau makan, lama kelamaan anak makan sudah tidak sesuai dengan porsinya dan tanpa kita sadari akhirnya anak menjadi kegemukan, jika sudah begitu akan muncul berbagai penyakit dan kita galau lagi seperti galaunya saat dia susah makan.
Di era digital seperti yg kita alami saat ini hal seperti yg diilustrasikan di atas sering sekali terjadi walau tanpa kita sadari. Dengan tanpa pikir panjang dampak dan akibat buat orang lain maupun diri sendiri, kita sering kebablasen. Kadang berbagai macam alas an dan tujuan kita bermedia dengan mengabaikan bermacam pertimbangan yg seharusnya kita lakukan sebelum kita ambil keputusan.
Sudah tidak asing bagi kita (jika kita mau jujur) bahwa kita itu haus akan sebuah pujian (pangalembono) kadang diakui atau tidak mendapat pujian adalah suatu kebanggaan bagi kita (mongkok rasaning ati) bahkan yang lebih parah kita malah sering mengada ada demi sebuah pangalembono tadi. Hingga tanpa kita sadari kadang apa yg kita lakukan di Medsos sering akhirnya menjadi boomerang terhadap diri sendiri tanpa kita sadari.
Segala daya upaya dapat kita lakukan dir ea digital saat ini karena untuk mendapatkan itu kita tinggal klik semua sudah muncul dihadapan kita, kita copy paste dan kita posting di medsos sudah bisa menyebar bagai bakteri atau virus ke seantero jagat, jika sudah begitu banya orang membaca akhirnya orang lain akan memberikan berbagaimacam respond an kita menjadi buah bibir atau istilahnya opo itu namanya trending topic atau apa itu yg bener.
Bagi pembacapun ada berbagaimacam kategori, ada yang asal baca begitu saja tapi ada juga yg membaca dengan mengamati detail ibarat kata bisa sepanjang Bengawan Solo atau Selokan Mataram hingga kadang bisa menemukan kelemahan kelemahan apa yg diposting di media social, memang manusia tak luput dari sebuah kesalahan tapi akan beda jika kesalahan itu dibuat secara sengaja dengan tujuan tertentu.
Untuk itu saya hanya ingin mengajak diri saya dan saudaraku yg berkenan, untuk lebih berhati hati dalam bermedia social dimanapun, baca dan telitii sebaik baiknya apa yg akan kita posting  jangan sampai hal yg kecil akhirnya menjadi bumerang bagi kita sendiri, Mari kita hindari kepuasan sesaat tapi membuat orang lain menjadi tersesat, kita sajikan apa adanya tapi bisa dinikmati dan dirasakan begitu nikmat seperti apa yang diharapkan dan diimpikan oleh si penerima. Kita berikan singong rebus dengan tulus hati dan si penerima menikmati serasa makan King Burger atau Hot Dog yg belum pernah dicicipi tapi hanya diinginkan dan belum terwujut.
Salam sehat selalu.
Mazh Tyto Soejarwadi dari  Sasono Urip Mulyo, Pondok Putri Duyung

Siro Kamis, 25 July 19

Bacaan Liturgi

Pesta S. Yakobus, Rasul

Bacaan Injil
Mat 20:20-28

Cawan-Ku akan kamu minum.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa, menjelang kepergian Yesus ke Yerusalem, datanglah ibu Zebedeus serta anak-anaknya kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu.Kata Yesus, "Apa yang kaukehendaki?" Jawab ibu itu, "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini kelak boleh duduk di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu, dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."Tetapi Yesus menjawab, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta! Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya, "Kami dapat."Yesus berkata kepada mereka, "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."

Mendengar itu, marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua bersaudara itu.Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata, "Kamu tahu, bahwa pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.Tidaklah demikian di antara kamu! Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia: Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya  menjadi tebusan bagi banyak orang."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                               
Kamis, 25 Juli 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Menjadi terkemuka dalam Kristus berarti siap mejadi pelayan sesama!           
Matius 20:20-28

Saudara-saudari... Pada satu sore, uskup saya datang mengunjungi saya di paroki. Dia tidak mengirim berita bahwa dia mau datang. Pembantu saya memberitahukan pada saya bahwa uskup ada. Pada waktu itu saya masih di bawa kolong rumah memperbaiki beberapa topang lantai rumahku yang sudah mulai bubuk karena dimakan anai. Selagi saya berusaha keluar dari kolongan rumah mau bertemu beliau, tiba-tiba saya melihat dia sudah merayap di bawah kolongan rumah mendekati saya. Saya sangat kaget melihat apa yang dibuatnya. Dia berusaha mendekati saya dan tanya apa yang bisa dibantu. Dia memperhatikan apa yang dibutuhkan dan bersama saya mulai bekerja membereskan apa yang perlu diperbaiki. Saya sungguh merasa terharu melihat apa yang dibuatnya. Dia tidak memikirkan lagi statusnya sebagai uskup, kepala gereja setempat, tetapi merayap di bawah kolongan rumah membantu saya membereskan apa yang sangat dibutuhkan. Ia sungguh seorang pelayan Kristus, yang selalu siap melayani orang yang membutuhkan pertolongan. Tanpa diminta ia datang menawarkan bantuan. Ia datang pada saat saya sangat membutuhkan pertolongan.

Saudara-saudari... Hari ini kita merayakan Pesta Santu Yakobus. Lewat Injil hari ini kita mendengar bahwa Ibu Yakobus dan Yohanes saudaranya meminta pada Yesus, katanya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di kerajaanMu, yang satu di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kirimMu.” Jawab Yesus: “kamu tidak tahu apa yang kamu minta, dapatkah kamu meminum cawan yang harus kuminum?”  Jawab mereka: “Kami dapat!” Jawab Yesus: “CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kiri dan kanan-Ku, Aku tidak berhak, itu akan diberikan Bapa kepada orang-orang bagi siapa Bapa telah menyediakannya.”  Selannjutnya Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu.”
Pernyataan Yesus ini sungguh sangat menantang para pengikutNya, isi pernyataannya itu sbb: Setiap pengikut  Kristus siap meminum cawan Kristus artinya siap berkorban, memikul salib; siap mati demi Kristus tanpa tawar menawar; Hal duduk di sebelah kiri dan kanan Tuhan itu bukan urusan Kristus, tetapi urusan Bapa. Menjadi pengikut Kristus tidak berarti ia akan secara otomatis duduk di kiri atau kanan Tuhan. Sama sekali tidak. Itu urusan Tuhan; Kalau mau menjadi orang besar di hadapan Tuhan, ia harus rendah hati dan selalu siap melayani sesama.
Cara pandang Tuhan dan para pemimpin duniawi sangat bertentangan. Bagi Tuhan, semakin seseorang rendah hati dan selalu melayani sesama kapan dan di mana saja, orang itu akan menjadi besar di mata Tuhan; sebaliknya bagi para pemimpin duniawi, semakin ia menduduki posisi tertinggi, ia akan dilayani dan ia pun akan dengan leluasa memerintahkan siapa saja.

Saudara-saudari... Marilah kita bertanya diri, sebagai pengikut Kristus, apakah kita selalu siap berkorban demi Kristus, entah lewat pemberian diri secara fisik membantu Gereja dan menyumbangkan sebagian dari kekayaan kita untuk Gereja? Bagaimana konsep kita dalam menyandang status tertentu dalam gereja kita. Apakah kita selalu berpikir bahwa dengan menjadi anggota dewan paroki atau guru agama, atau pastor, bruder dan suster kita sudah secara otomatis akan mendapat posisi yang baik di hadapan Allah? Bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggungjawab kita sebagai pengikut Kristus? Apakah kita selalu siap melayani atau merasa harga diri kita rendah karena kita melayani sesama, secara khusus melayani orang yang statusnya jauh lebih rendah dari profesi kita atau melayani orang-orang yang sangat kotor dari segi penampilan lahiriah?

Bersama St. Yakobus dan Bunda Maria kita berdoa, Tuhan sadarkanlah kami selalu agar siap sedia melayani sesama, apapun posisi kami dalam Gereja atau masyarakat kami.  Dalam nama Kristus kami berdoa. Amen!

Selasa, 23 Juli 2019

Kesed............................Oh Kesed



Sejelek dan seburuk apapun , jika sedang diperlukan pasti akan dicari dimanapun adanya , dengan harga berapapun,
tapi.....................
Begitu tak diperlukan kau dilempar dan dionggrokkan begitu saja

Kesed...............
Memang takdirmu hanya diinjak injak,
untuk membersihkan orang lain...............
Untuk menjaga penampilan orang agar tetap kelihatan bersih...

Kesed.............
Sebegitu indah apapun dirimu di buat
Engkau tetapalah untuk alas kaki...
Tetap diinjak injak
tempat berbagai kotoran kaki menempel

Namun,......................
Berkat dirimu
Orang menjadi tampak bersih
dan bisa tampil dengan percaya diri

Sayangnya dirimu tetep kesed yg tetep keset
Di bawah dan diinjak untuk menyaring kotoran

Kesed oh kesed, jadilah tetep kesed
Terimalah dan syukurilah takdirmu
Demi kebahagiaan orang lain

Salam ,
Kesed yg harus tetap keset
Mazh Tyto Sadly Rais Soejarwadi in Padepokan Urip Mulyo
(Re-post dec 12)

Siro Selasa, 24 July 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVI
PF S. Sharbel Makhluf, Imam

Bacaan Injil
Mat  13:1-9

Benih yang jatuh di tanah yang baik menghasilkan buah seratus ganda.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus keluar dari rumah dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Yesus naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka dengan memakai perumpamaan-perumpamaan.

Ia berkata, "Ada seorang penabur keluar menaburkan benih. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu burung-burung datang memakannya. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya; lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tumbuhan itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah, ada yang seratus ganda, ada yang enam puluh ganda, ada yang tiga puluh ganda.

Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengarkan!"

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                      
Rabu, 24 Juli 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Jadilah Murid Kristus Yang Produktip!                                                                               Matius 13: 1 - 9

Saudara-saudari...  Kita semua bersyukur karena setiap hari kita selalu mendengarkan Sabda Tuhan. Di saat kita mendengarkan Sabda Tuhan, pada saat yang sama, Tuhanlah yang menaburkan Benih Sabda itu ke dalam hati kita.
Kalau kita ikuti alur ceritera tentang penabur hari ini, sepertinya dia tidak memilih hanya tempat yang baik saja yang perlu ditaburi benihnya, tetapi ia menabur saja: ada sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis; sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis; ada yang jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati; dan ada yang jatuh di tanah yang baik lalu berbuah.
Dalam Injil, tidak diceriterakan bagaimana reaksi penabur itu, entah merasa kecewa, frutrasi karena sebagian benih itu jatuh di tempat yang tidak layak?

Mungkin ada yang bertanya: Penabur yang dikisahkan Yesus dalam Injil hari ini, sesungguhnya siapa?  Penabur itu adalah Tuhan sendiri. Dia menabur benih SabdaNya ke dalam hati semua manusia, entah ladang hati manusia itu baik atau tidak, dia tidak peduli, yang penting benih Sabda itu sudah jatuh ke dalam diri manusia, sekarang tergantung pada setiap pribadi, apakah dia punya kemampuan untuk mengolah lahan hatinya menjadi lahan hati yang produktip.

Waktu saya ke Israel, gurun pasir yang tandus di dekat Laut Mati, kini sebagiannya sudah diolah menjadi lahan perkebunan. Mereka olah air laut mati menjadi air segar sehingga bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman yang ditanam di sana. Kalau gurun pasir yang secara alamiah tidak bisa dijadikan lahan pertanian, kemudian dengan menggunakan alat tehnology bisa berubah menjadi lahan pertanian, maka saya yakin, manusia yang pada dasarnya adalah mahluk dinamis, pasti bisa merubah lahan hatinya yang kurang baik itu menjadi lahan hati yang produktip sehingga benih Sabda Tuhan bisa bertumbuh segar, kuat sehingga menghasilkan buah.

Marilah saudara-saudari...Sebagai murid-murid Kristus, marilah kita berlomba-lomba menjadi murid Kristus yang produktip, sehingga buah Sabda Tuhan yang keluar dari lahan hati kita bisa dirasakan dan dinikmati oleh banyak orang.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen.

Senin, 22 Juli 2019

Siro Selasa, 23 July 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVI
PF S. Brigita, Biarawati

Bacaan Injil
Mat  12:46-50

Sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, Yesus bersabda, "Inilah ibu-Ku, inilah saudara-Ku."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa ketika Yesus sedang berbicara dengan orang banyak, ibu dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka berkata seseorang kepada-Nya, "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau."

Tetapi Yesus menjawab kepadanya "Siapa ibu-Ku? Dan siapakah saudara-saudara-Ku?"Dan sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, Ia bersabda, "Ini ibu-Ku, inilah saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                              
Selasa, 23 Juli 2019                                                                                                                              
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kita Adalah Saudara-Saudari Yesus Kristus!
                                                                             
Matius 12:46-50

Saudara-saudari... Siapakah yang sangat kita cintai dalam hidup kita? Orang tua kita? Saudara/i kita? Teman dekat kita? Tuhan kita? Masing-masing kita pasti punya jawaban atas pertanyaan ini dan jawabannya pasti didukung dengan alasanya.
Injil hari ini menceriterakan kepada kita, bahwa Ibu Yesus bersama saudaranya datang mau bertemu Yesus. Tetapi jawaban Yesus: “Siapakah ibuku? Dan siapakah saudara-saudaraku? Sambil menunjuk kepada murid-murid-Nya, Ia berkata: “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku. Sebab siapa pun yang melakukan kehendak BapaKu di surga, dialah saudara-ku laki-laki, dialah saudari-ku perempuan.” 
Kalau kita merenungkan jawaban Yesus, ada kesan bahwa Yesus tidak menghiraukan ibu dan saudara-saudara-Nya. Tetapi kesan ini sama sekali tidak benar. Yesus yang adalah pencetus hukum cinta kasih; pribadi yang selalu menggerakkan hati semua orang untuk mencintai orang lain sama seperti diri sendiri pasti selalu mencintai ibuNya dan saudara-saudara-Nya. Dia yang adalah maha-cinta pasti cintanya kepada orangtua dan keluarganya tidak perlu diragukan lagi. Yesus pasti selalu menunjukkan cinta-Nya kepada ibu dan saudara-saudari-Nya tanpa syarat. 
Mungkin ada yang bertanya: kalau demikian, apa maksud pernyataan Yesus:  “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku.”   Menurut tafsiran Kitab Suci: pernyataan ini diucapkan dengan tujuan agar para murid bisa melihat makna dan pentingnya menjalankan perintah Tuhan. Semakin kita rajin dan setia menjalankan perintah Tuhan, maka relasi keakraban antara kita dan Tuhan akan semakin kuat. Relasi fungsional sebagai guru dan murid akan pelan-pelan berubah menjadi relasi kelurga.
Pengalaman manusiawi kita sudah membuktikan bahwa relasi fungsional antara sesama akan pelan-pelan berubah menjadi relasi kekeluargaan, karena pengaruh kedekatan emosional dan keterbukaan antara kita. Kepercayaan dan penghargaan antara sesama adalah faktor yang paling penting dalam berelasi. Semakin kita saling percaya dan menghargai dalam berelasi, maka rasa kedekatan antara kita semakin kuat.
Kedekatan Yesus dengan para murid-Nya pun sangat erat. Kelanjutan dari karya pewartaannya pun akan sangat bergantung pada kerja sama antara Tuhan dan kita. Tanpa para murid yang disapanya ibu dan saudara-saudara-Nya, maka kelangsungan karya pewartaan kerajaan Allah di dunia ini pun tidak mungkin diteruskan. Kedekatan emosional yang didorong oleh kasih antara para anggota dan Tuhan sungguh memperkuat relasi kita sehingga dengan demikian para anggota menyapa dirinya sebagai saudara/i Yesus Kristus.

Marilah saudara-saudari... kita berdoa, semoga Tuhan sadarkan kita agar kita selalu bertingkah-laku baik, sebagaimana layaknya tingkah-laku para murid perdana, yang sangat didorong oleh rasa kasih sebagai saudara.

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amin

Minggu, 21 Juli 2019

Siro Senin, 23 July 19

Bacaan Injil
Yoh 20:1.11-18

Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada hari Minggu Paskah, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus, dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya, "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka, "Tuhanku telah diambil orang,  dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan."

Sesudah berkata demikian Maria menoleh ke belakang, dan melihat Yesus berdiri di situ; tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya, "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman. Maka ia berkata kepada-Nya, "Tuan, jikalau Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku di mana Tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya."Kata Yesus kepadanya, "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya, "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid, "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Tuhanlah yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Senin, 22 Juli 2019                                                                                                                             
 RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Bukalah Mata dan Telinga Hati Kita Agar Mampu Melihat Dan Mendengarkan Tuhan! Yohanes 20:1-2,11-18

Saudara-saudari... Pada satu sore seorang teman saya berjalan di pinggir Toko di salah satu kota. Dengan penuh gembira saya menegurnya. Saya malah memangggil namanya. Tetapi teman ini tidak memberi tanggapan sama sekali. Dia berjalan terus. Saya merasa heran dan bertanya dalam diriku. Mengapa temanku ini tidak menjawab sapaan saya? Apakah dia marah dengan saya? Pernahkah saya menyakiti hatinya? Sikapnya mengundang saya untuk bertanya diri. Sesudah mengadakan refleksi secukupnya saya dengan segala keyakinan tahu bahwa kami baik-baik saja. Mungkin dia lagi sibuk memikirkan sesuatu sehingga dia tidak mendengarkan saya. Pada waktu makan malam saya mendekati dia. Saya bertanya kepadanya: “Teman kemana tadi sore? Oh...saya ke kota. Apakah teman berjalan di pinggir Toko? Toko mana? Ia bertanya kepada saya. Saya menyebut nama tokonya. Oh...saya tidak ingat. Jawabnya. Apakah teman dengar ada orang yang memanggil teman? Tanya saya. Oh...saya tidak dengar. Apa yang teman pikirkan tadi sore? Saya bertanya kepadanya. “Teman...selama beberapa hari terakhir saya sangat terganggu. Ada macam-macam persoalan yang sedang saya hadapi. Beberapa hari terakhir saya keluar asrama sekedar menghibur diri, kadang saya tidak tahu kemana saya pergi. Kadang saya tidak dengar apa yang sedang dibicarakan orang lain. Saya lagi bergelut dengan diri sendiri. Maaf kalau teman memanggil saya tadi di kota. Saya lagi focus pada diri sendiri.

Saudara-saudari... Hari ini kita mendengar pengalaman Santa Maria Magdalena. Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Ia ke kubur dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Pengalaman melihat kubur terbuka membuat dia merasa takut dan cemas. Ia lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain. Katanya: “Tuhan telah diambil orang dari kubur.” Kesimpulan pribadi tanpa informasi yang memadai membuat dia merasa takut dan cemas. Pendapat pribadi sudah menjadi tolok ukur kebenaran, sementara ia tidak membuat satu penelitian yang cukup akurat untuk membuktikan apakah kesimpulannya benar. Fokus pencariaannya berdasakan pada konsep pribadi dengan demikian tolok ukur kebenaran ada pada diri sendiri. Sewaktu Yesus menujukkan dirinya kepada Maria Magdalena, ia tidak mengenalnya. Mata biologisnya tidak bisa melihat dan mengenal Yesus karena yang ada dalam otaknya adalah Yesus yang sudah dibawa lari oleh orang lain. Fokusnya ada pada kubur kosong dan pada pikiran bahwa Yesus yang sudah dibawa lari. Peringatan yang sudah disampaikan Yesus kepada para murid, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga, sudah buyar dari ingatan Maria Magdalena. Fokusnya hanyalah pada kubur kosong, Yesus sudah hilang. Ia sibuk bergulat dengan dirinya sendiri, sampai kehadiran Yesus di depan matanya tidak dikenalnya. Tetapi di saat namanya dipanggil oleh suara yang begitu lama dikenalnya, ia langsung tersentak. Dia tahu siapa yang memanggilnya. Maria langsung berbalik dan menjawabnya: Rabuni. Nama adalah identitas diri kita. Sekali identitas diri kita disapa, maka kita langsung bereaksi, apalagi kalau identitas kita disapa oleh orang yang sangat dengan kita.

Saudara-saudari... Betapa sering terjadi salah paham dalam kehidupan bermasyarakat karena kekurangan perhatian dan terlalu fokus pada diri sendiri. Betapa sering kita menganggap pendapat kita sangat benar, tetapi sebanarnya tidak selamanya kita benar. Karena itu selalu dianjurkan supaya tetap terbuka mendengarkan pendapat orang lain. 
Selama Maria Magdalena fokus pada dirinya sendiri, ia tidak bisa mengenal Yesus Kristus yang ada di depan matanya. Tetapi di saat ia membuka telinga hatinya dan mendengarkan panggilan Yesus, ia langsung tersentak dan bereaksi. Dan pada saat itulah terbukalah matanya dan langsung mau memeluk Yesus. Itulah buah keterbukaan iman: selalu sanggup melihat dan merasakan Tuhan.

Pertanyaan untuk kita: apakah mata, hati dan telinga iman kita selalu terbuka untuk melihat, merasakan dan mendengarkan Tuhan? 

Bersama St. Maria Magdalena dan Bunda Maria kita berdoa: Tuhan, bukalah mata, hati dan telinga iman kami agar mampu melihat, merasakan dan mendengarkan Engkau. Amin.elinga Hati Kita Agar Mampu Melihat Dan Mendengarkan Tuhan! Yohanes 20:1-2,11-18

Saudara-saudari... Pada satu sore seorang teman saya berjalan di pinggir Toko di salah satu kota. Dengan penuh gembira saya menegurnya. Saya malah memangggil namanya. Tetapi teman ini tidak memberi tanggapan sama sekali. Dia berjalan terus. Saya merasa heran dan bertanya dalam diriku. Mengapa temanku ini tidak menjawab sapaan saya? Apakah dia marah dengan saya? Pernahkah saya menyakiti hatinya? Sikapnya mengundang saya untuk bertanya diri. Sesudah mengadakan refleksi secukupnya saya dengan segala keyakinan tahu bahwa kami baik-baik saja. Mungkin dia lagi sibuk memikirkan sesuatu sehingga dia tidak mendengarkan saya. Pada waktu makan malam saya mendekati dia. Saya bertanya kepadanya: “Teman kemana tadi sore? Oh...saya ke kota. Apakah teman berjalan di pinggir Toko? Toko mana? Ia bertanya kepada saya. Saya menyebut nama tokonya. Oh...saya tidak ingat. Jawabnya. Apakah teman dengar ada orang yang memanggil teman? Tanya saya. Oh...saya tidak dengar. Apa yang teman pikirkan tadi sore? Saya bertanya kepadanya. “Teman...selama beberapa hari terakhir saya sangat terganggu. Ada macam-macam persoalan yang sedang saya hadapi. Beberapa hari terakhir saya keluar asrama sekedar menghibur diri, kadang saya tidak tahu kemana saya pergi. Kadang saya tidak dengar apa yang sedang dibicarakan orang lain. Saya lagi bergelut dengan diri sendiri. Maaf kalau teman memanggil saya tadi di kota. Saya lagi focus pada diri sendiri.

Saudara-saudari... Hari ini kita mendengar pengalaman Santa Maria Magdalena. Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Ia ke kubur dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Pengalaman melihat kubur terbuka membuat dia merasa takut dan cemas. Ia lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain. Katanya: “Tuhan telah diambil orang dari kubur.” Kesimpulan pribadi tanpa informasi yang memadai membuat dia merasa takut dan cemas. Pendapat pribadi sudah menjadi tolok ukur kebenaran, sementara ia tidak membuat satu penelitian yang cukup akurat untuk membuktikan apakah kesimpulannya benar. Fokus pencariaannya berdasakan pada konsep pribadi dengan demikian tolok ukur kebenaran ada pada diri sendiri. Sewaktu Yesus menujukkan dirinya kepada Maria Magdalena, ia tidak mengenalnya. Mata biologisnya tidak bisa melihat dan mengenal Yesus karena yang ada dalam otaknya adalah Yesus yang sudah dibawa lari oleh orang lain. Fokusnya ada pada kubur kosong dan pada pikiran bahwa Yesus yang sudah dibawa lari. Peringatan yang sudah disampaikan Yesus kepada para murid, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga, sudah buyar dari ingatan Maria Magdalena. Fokusnya hanyalah pada kubur kosong, Yesus sudah hilang. Ia sibuk bergulat dengan dirinya sendiri, sampai kehadiran Yesus di depan matanya tidak dikenalnya. Tetapi di saat namanya dipanggil oleh suara yang begitu lama dikenalnya, ia langsung tersentak. Dia tahu siapa yang memanggilnya. Maria langsung berbalik dan menjawabnya: Rabuni. Nama adalah identitas diri kita. Sekali identitas diri kita disapa, maka kita langsung bereaksi, apalagi kalau identitas kita disapa oleh orang yang sangat dengan kita.

Saudara-saudari... Betapa sering terjadi salah paham dalam kehidupan bermasyarakat karena kekurangan perhatian dan terlalu fokus pada diri sendiri. Betapa sering kita menganggap pendapat kita sangat benar, tetapi sebanarnya tidak selamanya kita benar. Karena itu selalu dianjurkan supaya tetap terbuka mendengarkan pendapat orang lain. 
Selama Maria Magdalena fokus pada dirinya sendiri, ia tidak bisa mengenal Yesus Kristus yang ada di depan matanya. Tetapi di saat ia membuka telinga hatinya dan mendengarkan panggilan Yesus, ia langsung tersentak dan bereaksi. Dan pada saat itulah terbukalah matanya dan langsung mau memeluk Yesus. Itulah buah keterbukaan iman: selalu sanggup melihat dan merasakan Tuhan.

Pertanyaan untuk kita: apakah mata, hati dan telinga iman kita selalu terbuka untuk melihat, merasakan dan mendengarkan Tuhan? 

Bersama St. Maria Magdalena dan Bunda Maria kita berdoa: Tuhan, bukalah mata, hati dan telinga iman kami agar mampu melihat, merasakan dan mendengarkan Engkau. Amin.

Siro Minggu, 21 July 19

Bacaan Liturgi

Hari Minggu Biasa XVI
PF S. Laurensius dari Brindisi, Imam dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil
Luk 10:38-42

Marta menerima Yesus di rumahnya.  Maria telah memilih bagian yang paling baik.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung.  Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Wanita itu mempunyai seorang saudara bernama Maria. Maria ini duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Tetapi Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, "Tuhan, tidakkah Tuhan peduli bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."Tetapi Tuhan menjawabnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                         Minggu, 21 Juli 2019                                                                                                                             RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Mendengarkan Tuhan Adalah Satu Tanda Hormat Dan Mau Belajar PadaNya!
                                                                          
Lukas 10:38 - 42

Saudara-saudari... Pada suatu kesempatan, saya begitu kecewah dengan seorang teman. Di saat saya menyampaikan satu berita yang sangat penting padanya, perhatiannya bukan pada saya, tetapi pada celphonenya. Sewaktu saya taya, apakah dia mendengarkan saya, dengan penuh keyakinan dia katakan: “Ya....saya dengarkan engkau!” Tetapi tangannya masih bermain celphone. “Betulkah teman mendengarkan saya?” Tanyaku. Dengan wajah tersipu-sipu, dia menyimpan celphone di saku celananya dan meminta saya untuk mengulangi lagi apa yang mau saya sampaikan. Sungguh menyakitkan.

Saudara-saudari... Mendengarkan sesama dengan penuh perhatian adalah satu tanda hormat dan ingin tahu apa yang mau disampaikan. Saya yakin, kita semua merasa sakit hati dan tidak dihargai kalau selagi kita berbicara, lawan bicara kita sibuk bermain celpone atau melakukan hal yang lain.

Hari ini, kita mendengar kisah Marta, Maria dan Yesus. Marta dan Maria sangat mencintai Yesus. Ketika mendengar bahwa Yesus dan murid-muridNya datang ke kampung mereka, Marta menyambut Yesus di rumah mereka. Dan mulai sibuk melayani Yesus.
Kalau kita amati, Marta dan Maria sesungguhnya keduanya sudah memutuskan apa pilihan mereka dalam melayani Yesus. Sebagai ungkapan kasihnya kepada Yesus, Marta memilih melayani Yesus dengan menyiapkan makanan dan minuman. Sementara Maria, sebagai ungkapan kasihnya kepada Yesus, ia duduk dekat kaki Yesus mendengarkan perkataan Yesus. Jadi masing-masing punya tugas dan merasa bertanggungjawab dalam menjalankan pilihan itu. Di saat Marta mengalami kesulitan dalam tugasnya, ia ngomel pada Yesus. Meminta Yesus untuk menyuruh Maria untuk membantu dia. Katanya kepada Yesus: “Tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”  Dalam hal ini Marta merasa cepat putus asa dalam menanggapi tantangan yang dihadapinya; Dia juga cepat menghakimi Yesus dan Maria: “Tidakkah Engkau peduli, saudariku membiarkan aku melayani seorang diri!” 
Menanggapi omelan dan permintaan Marta, Yesus berkata: Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  Lewat pernyataan ini Yesus mau mengingatkan Marta bahwa betapa repotnya mengurus kebutuhan jasmani. Dalam berurusan dengan kebutuhan jasmani ada kecendrungan menghakimi sesama yang tidak bersalah, ada kekawatiran dan kecemasan. Pikiran sering tergoda oleh hal-hal yang tidak perlu.
Sebaliknya, barangsiapa yang dengan penuh iman dan setia mendengarkan Tuhan, maka dia akan alami kedamaian dan ketenangan. Menurut Yesus, Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya. Itu berati apa yang dibuat oleh Maria, duduk dekat kaki Yesus, mendengarkan ajaran Yesus, sudah menjadi jaminan masa depan Maria. Maria sudah menyimpan kebaikan untuk masa depannya.
Betapa sering kita sibuk dengan urusan jasmani. Kemarin saya ke satu toko membeli satu tabung gas untuk dapur. Saya tanya, apakah tokonya buka pada hari Minggu? Pemilik toko menjawab: Toko saya buka selama 7 hari dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Tidak ada holiday. Hari-hari sibuk dengan urusan dagang. Apakah mereka tidak sempat pikir akan kehidupan rohaninya?

Marilah saudara-saudari...Injil hari ini mengajak kita untuk selalu siapkan waktu mendengarkan Sabda Tuhan. Mendengarkan Tuhan adalah satu tanda bahwa kita menaruh hormat pada-Nya dan mau belajar padaNya.

Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan sadarkanlah kami bahwa buah dari mendengarkan Sabda-Mu sungguh bersifat kekal, sementara buah dari kesibukan mengurus kepentingan tubuh hanyalah bersifat sementara dan bisa saja menghancurkan jiwa kami. Tuhan, semoga kami selalu fokus pada-Mu. Amen!

Siro Sabtu, 20 July 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XV

Bacaan Injil
Mat  12:14-21

Dengan keras Yesus melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah sabda yang telah disampaikan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwaorang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Tetapi Yesus tahu maksud mereka, lalu menyingkir dari sana.

Banyak orang mengikuti Dia, dan Ia menyembuhkan mereka semua. Dengan keras Ia melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah sabda yang telah disampaikan oleh nabi Yesaya, "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan. Roh-Ku akan Kucurahkan atas Dia, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada sekalian bangsa.Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak, suara-Nya tidak terdengar di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Kepada-Nyalah semua bangsa akan berharap."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Sabtu, 20 Juli 2019                                                                                                                              
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Tuhan Selalu Memberi kita Semangat dan Harapan!
                                                                         
Matius 12:14-21

Saudara-saudari... Seorang mantan professor saya, berasal dari Austria sifat dan tingkah lakunya sungguh sangat menarik. Dia seorang theolog, psikolog dan guru yang baik. Ia sangat disenangi oleh para mahasiswa yang berasal dari mana-mana di dunia ini. Yang menarik dari professor ini adalah kesederhanaan, keterbukaan dan penghargaannya terhadap orang lain. Ia sangat gampang menyesuaikan dirinya dengan siapa saja. Waktu saya bertemu dengan beliau saya langsung merasa akrab dengannya. Dia sangat menghargai saya. Ia menghargai pendapat saya dan mendorong saya untuk lebih terbuka melihat segala sesuatu dari banyak sudut pandang, bukan hanya terbatas pada satu sudut pandang. Kelemahan yang sering saya anggap sebagai satu kelemahan pribadi saya dilihatnya sebagai sesuatu yang positip yang butuh perhatian khusus. Dengan caranya ini, saya akhirnya terpancing untuk lebih terbuka lagi kepadanya tanpa rasa malu. Karena keterbukaan saya maka beliau dengan muda menolong saya. Dengan demikian akhirnya saya semakin mengenal diri sendiri lewat bantuannya. Puji Tuhan saya sudah mendapat kesempatan untuk mengalami Tuhan lewat orang seperti ini. 

Saudara-saudari... Apa yang dijalankan dan dihayati oleh professor ini sepertinya sudah didorong oleh Sabda Yesus hari ini. Hari ini Yesus berkata: Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbuh yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan padaNyalah bangsa-bangsa akan berharap.
Dari pengalaman selama enam bulan bersama profesor ini, saya boleh katakan bahwa profesor tua ini sudah menghayati isi ajaran Kristus. Ia sangat menghargai pendapat orang lain dan menerima orang lain apa adanya. Saya tidak pernah mendengar beliau mengeritik orang lain sampai orang merasa malu. Sebaliknya dia mendorong orang lain untuk selalu maju dan yakinkan orang lain bahwa ia mampu.

Saudara-saudari... Yesus Kristus dalam hidup hariannya sudah menunjukkan kepada kita bahwa Ia selalu menghargai kita, mengangkat derajat kita, menerima kita apa adanya. Apa pun besarnya dosa kita tetapi di saat kita datang kepadaNya, Ia dengan penuh belaskasihan mengampuni segala dosa kita. Kita ingat: Wanita yang kedapatan berzinah diampuninya, Matius, pemungut cukai yang dijengkeli dan dianggap pendosa oleh banyak orang Farisi, pemuka agama dan ahli-ahli Taurat justru sangat dikasihi Yesus dan memanggilnya untuk menjadi muridNya; penjahat, yang disalibkan bersama Dia,  meminta agar Yesus mengingat dia di saat masuk ke dalam kerajaanNya, kepadanya langsung dijanjikan tempat di dalam kerajaan surga. Yesus sungguh pribadi yang unik dan memberi harapan hidup bagi orang yang percaya kepadaNya. Pribadi yang hampir putus asa diberinya hidup penuh semangat dan harapan; pribadi yang merasa hidupnya ada dalam kegelapan diberinya terang dan semangat hidup yang baru; pribadi yang sudah mati diberinya hidup baru penuh sukacita; pribadi yang dikucilkan dari masyarakat dirangkulnya dan diberinya kekuatan serta keberanian untuk tampil kembali di depan umum dengan semangat baru; pribadi yang kelaparan diberinya makanan berlimpah sampai ia kelebihan makanan;  pribadi yang kehausan diberinya air hidup yang tidak akan haus lagi.    Itulah Yesus Kristus yang selalu menerima kita apa adanya kita.

Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki sifat dan tingkahlaku yang sama seperti Yesus kristus dan professor dalam cerita tadi?

Kita berdoa, semoga kepribadian dari Yesus kristus yang sangat istimewa ini selalu menjadi inspirasi hidup kita sehingga kita pun boleh menjadi Kristus bagi sesama kita.

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amin

Kamis, 18 Juli 2019

Siro Jumat, 19 July 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XV

Bacaan Injil
Mat  12:1-8

Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum. Karena lapar murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.

Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus, "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."

Tetapi Yesus menjawab, "Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah, dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Atau tidakkah kalian baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi bait Allah.

Seandainya kalian memahami maksud sabda ini, 'Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,' tentu kalian tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                
Jumat, 19 Juli 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kebutuhan Pokok Manusia Selalu Jadi Prioritas Tuhan!                                    

Matius 12:1-8

Saudara-saudari.... Dalam 10 perintah Allah, kita sudah menghafal bahwa isi perintah ketiga dari 10 perintah Tuhan adalah kuduskanlah hari Tuhan. Orang Yahudi khususnya ahli Taurat, para imam dan orang Farisi sangat mengutamakan hukum. Semua umat Israel dituntut supaya mengikuti perintah itu secara harafia. Siapa yang melanggar perintah itu akan dihukum.

Lewat Injil hari ini kita mendengar bagaimana orang Farisi menantang Yesus katanya: “Lihatlah murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Menurut orang Farisi, hari Sabat adalah hari khusus untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Hari di mana manusia memuji kebaikan Tuhan.

Saudara-saudari... Kalau kita amati secara teliti, orang Farisi sepertinya tidak mempermasalahkan kegiatan memetik bulir gandum milik orang lain, yang sebenarnya perbuatan itu tergolong perbuatan salah, mengambil barang milik orang lain tanpa izin. Tetapi yang mereka masalahkan adalah melakukan sesuatu pada hari Sabat yang secara hukum hari ini adalah hari kudus, hari istirahat. Orang Farisi tidak memasalahkan soal keadilan, merampas hak milik orang lain, memetik bulir gandum milik orang lain, tetapi yang dipermasalahkan adalah soal kesucian hari Sabat.  Mereka menutup mata akan perampasan barang milik orang lain tetapi mengutamakan hukum tertulis.
Sementara Yesus Kritus melihat perbuatan para murid-Nya dari sudut kebutuhan hakiki dari setiap manusia. Bagi Yesus, kebutuhan hakiki manusia harus diprioritaskan sementara yang lain akan diatur kemudian. Yesus melihat bahwa para muridnya sangat lapar. Kelaparan kalau dibiarkan akan menimbulkan masalah baru, bisa sakit, lemah, ketiadaan tenaga. Situasi itu bisa mendatangkan malapetaka.  Yesus Kristus bersoal jawab dengan para kaum Farisi. Yesus Kristus membela para murid-Nya dengan menggunakan pengalaman Raja Daud yang sudah ditulis dalam Kitab Suci. Raja Daud merasa kasihan dengan para prajuridnya. Mereka sangat kelaparan. Tidak ada makanan selain roti sajian yang tidak boleh dimakan oleh umat biasa selain para imam. Tetapi Imam memberi izin dan roti itu dimakan oleh Raja Daud bersama prajuridnya yang kelaparan. Bagi Yesus, pengecualian selalu saja bisa dibuat yang terpenting punya alasan yang sangat mendasar. Yesus selalu prioritaskan kebutuhan fisik manusia. Yesus utamakan belaskasihan bukan hukum yang sangat mendetail dengan segala aturannya; Yesus utamakan keselamatan jiwa raga bukan tuntutan-tuntutan hukum yang mematikan jiwa raga manusia. Kurban dan peraturan gereja semuanya baik, tetapi jangan menjadikan kurban dan peraturan itu sebagai penghalang keselamatan manusia. Kebutuhan hakiki manusia harus selalu diprioritaskan. Belaskasihan harus dinomor satukan sementara hukum dan peraturan perlu disesuaikan dengan keadaan manusia.

Saudara-saudari... Yesus sudah memberi kita contoh hidup. Kita ingat hukum dan aturan agama Yahudi, bahwa kalau ada yang sakit kusta harus dikucilkan, tetapi Yesus merangkul mereka itu dan memberi mereka kesembuhan. Wanita yang ditangkap basah dibawa ke depan Yesus agar dihukum, tetapi Yesus sama sekali tidak menghukumnya, ia mengampuni dia. Itulah Yesus, Ia sangat murah hati dan berbelaskasihan kepada manusia.

Bagaimana sikap kita terhadap hukum dan peraturan? Apa yang selalu menjadi prioritas kita? Hukum atau kebutuhan manusia? Belaskasihan atau peraturan?

Marilah saudara-saudari... ikutilah contoh hidup Yesus Kristus. Utamakan belaskasihan dari pada peraturan. Di saat kita mati, bukan soal pelaksanaan hukum dan aturan yang akan dipertanyakan tetapi soal belaskasihan. Soal memberi makan, memberi minum, melayani sesama dll.

Kita berdoa semoga Tuhan selalu sadarkan kita akan pentingnya melayani sesame dan prioritaskan kebutuhan pokok manusia.

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amin.