Sabtu, 30 Maret 2019

Siro Minggu, 31 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Minggu Prapaskah IV

Bacaan Injil
Luk 15:1-3.11-32

Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa
biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
katanya, "Ia menerima orang-orang berdosa
dan makan bersama-sama dengan mereka."

Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka,
"Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
Kata yang bungsu kepada ayahnya,
'Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita
yang menjadi hakku. '
Lalu ayahnya membagi-bagi harta kekayaan itu di antara mereka.

Beberapa hari kemudian
anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu
lalu pergi ke negeri yang jauh.
Di sana ia memboroskan harta miliknya itu
dengan hidup berfoya-foya.
Setelah dihabiskannya harta miliknya,
timbullah bencana kelaparan di negeri itu,
dan ia pun mulai melarat.
Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu.
Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi.
Lalu ia ingin mengisi perutnya
dengan ampas yang menjadi makanan babi itu,
tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya,
'Betapa banyak orang upahan bapaku
yang berlimpah-limpah makanannya,
tetapi aku di sini mati kelaparan.
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku
dan berkata kepadanya,
'Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.'

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia,
lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ayahnya itu berlari mendapatkan dia
lalu merangkul dan mencium dia.
Kata anak itu kepadanya,
'Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.'
Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya,
'Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik,
kenakanlah kepadanya;
pasanglah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.
Dan ambillah anak lembu tambun itu,
sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapat kembali.
Maka mulailah mereka bersukaria.

Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang.
Ketika pulang dan dekat ke rumah,
ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Lalu ia memanggil salah seorang hamba
dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
Jawab hamba itu,
'Adikmu telah kembali,
dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun,
karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan selamat.'

Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk.
Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya,
'Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa,
dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa,
tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun
untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Tetapi baru saja anak Bapa
yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa
bersama dengan pelacur-pelacur,
maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.'

Kata ayahnya kepadanya,
'Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku,
dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Kita patut bersukacita dan bergembira
karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapat kembali."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
Siraman Rohani                                                                                                                   
Minggu, 31 Maret 2019                                                                                                                  
RP Fredy  Jehadin, SVD

Tema: Tuhan Sangat Berbelaskasihan Kepada Kita!                                                            
Lukas 15:1-3.11-32

Saudara-saudari... Ada seorang pastor merasa sangat kecewa dengan seorang ibu, tetangga dekatnya. Setiap sore Pastor ini selalu memperhatikan ada laki-laki yang selalu keluar dari rumah ibu ini. Untuk melempiaskan kekecewaannya, pastor ini menyimpan satu batu di samping rumahnya. Setiap kali ia melihat seorang laki-laki keluar dari rumah ibu ini Pastor menyimpan satu batu. Sesudah bertahun-tahun batu yang terkumpul itu menjadi bukit batu. Pada satu hari meninggalah ibu ini. Sesudah beberapa bulan kemudian, Pastor ini juga meninggal dunia. Begitu tiba di pintu gerbang surga, pastor ini sangat kaget melihat ibu ini duduk di samping Bapa Abraham. Sewaktu mendekati St. Petrus, Pastor ini mengharapkan pintu gerbang dibukakan baginya agar ia masuk. Dengan sangat sedih St. Petrus katakan: “Maaf, tempatmu bukan di sini. Engkau di Neraka.”  Pastor ngomel: “Mengapa saya harus ke Neraka?” Petrus menjawab: “Engkau sudah membangun bukit batu dalam hatimu. Engkau sama sekali tidak merasa kasihan dengan ibu di samping rumahmu. Engkau sama sekali tidak mengunjungi dia. Engkau tidak berbelaskasihan kepadanya. Ia sakit bertahun-tahun, tetapi engkau tidak mengunjungi dia, sebaliknya engkau sudah menghakiminya dengan pikiranmu yang sangat buruk. Sekarang hatimu yang sudah membatu menghantarmu ke neraka.”

Saudara-saudari... Betapa sering kita punya sikap seperti pastor ini. Kita merasa diri kudus, sementara pikiran dan hati kita cepat sekali menghakimi sesama tanpa mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi dalam diri orang lain.
Ceritera Injil hari ini sesungguhnya mau menggambarkan belaskasihan Tuhan kepada umat manusia yang kadang hilang dan kembali lagi kepada Tuhan. Bapa dalam ceritera mau menggambarkan betapa besarnya cinta Tuhan kepada manusia berdosa yang bertobat.
Sikap anak sulung yang dilukiskan dalam Injil pun, juga mau melukiskan sikap manusia yang kadang sangat merasa dekat dengan Tuhan, tetapi hatinya tetap merasa tidak bahagia. Hatinya penuh kejengkelan dan kecemburuan. 

Marilah saudara-saudari... kita bertanya diri, dengan siapakah kita samakan diri kita? Apakah kita seperti anak bungsu yang bertobat, yang selalu merasa tak berdaya di saat kita jatuh dan kembali sadar akan kebaikan Bapa atau Tuhan dan kembali memohon pengampunan atas dosa dan kesalahan kita? Atau mungkin kadang kita seperti anak sulung dan Pastor dalam ceritera tadi, yang selalu merasa dekat dengan Tuhan, tetapi hati kita tetap merasa jengkel dan membatu terhadap orang lain dan tidak mau mengampuni sesama kita?

Marilah saudara-saudari... Manfaatkanlah masa Prapaska ini untuk kembali merenungkan kebaikan Tuhan dan melihat bagaimana tanggapan kita akan kebaikan Tuhan. Kalau kita jatuh dalam dosa, marilah kita mohon pengampuanNya.

Bersama Bunda Maria, kita berdoa semoga Tuhan senantiasa menguatkan iman dan cinta kita agar kita lebih semangat lagi mewujudkan cinta dan belaskasihan Tuhan kepada sesama kita dan karena berkat dan bantuanNya kita pun bisa menjadi penyalur kerahiman dan cinta Tuhan kepada orang lain. Amen!

Siro Sabtu, 30 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Bacaan Injil
Luk 18:9-14

Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain:"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang  satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata, Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Sabtu, 30 Maret 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Tuhan Selalu Memberkati Orang Yang Rendah Hati Dan Jujur!                      
Lukas 18:9-14

Saudara-saudari... Saya mengenal dua teman yang sikapnya sangat bertentangan. Yang seorang selalu menganggap dirinya hebat, tahu segala, sementara yang seorang sangat rendah hati dan sangat polos. Teman yang sombong ini lama-kelamaan dijauhi oleh banyak orang karena ketahuan bahwa ia tidak jujur. Sebaliknya teman yang rendah hati dan jujur disenangi banyak orang dan malah diminta untuk membawakan ceramah untuk anak-anak sekolah. Kerendahan hati dan kejujurannya mendatangkan berkat baginya. Sementara teman yang sombong, karena kesombongan dan ketidak jujurannya, ia mengalami banyak penolakan.

Hari ini Yesus memberikan satu perumpaan yang sangat menarik untuk melukiskan sikap – sikap manusia di hadapan Tuhan. Seorang Farisi berdiri dan berdoa: Ya Tuhan, aku bersyukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Cara berdoa orang Farisi tidak berkenan kepada Allah karena ia menunjukkan kehebatannya di hadapan Allah. Ia membanding-bandingan dirinya dengan orang lain. Ia melaporkan kepada Tuhan segala kesuksesannya. Dalam kesuksesannya ia mau mengangkat dirinya lebih tinggi dari orang lain. Ia tidak lagi melihat kunci kesuksesannya karena berkat bantuan Tuhan, tetapi pada dirinya sendiri. Ia tidak sadar bahwa kesombonganj diri ini adalah dosa besar di hadapan Allah!
Doa yang benar adalah pernyataan syukur dari hati yang tulus karena Tuhan selalu membantu dan melindungi kita dari segala godaan setan sehingga kita tidak jatuh dalam dosa; Ucapan syukur karena Tuhan selalu memberkati segala usaha kita; Ucapan syukur karena Tuhan selalu menuntun gerak gerik kita. Singkatnya Tuhan yang menjadi kunci dari segala kesuksesan dan keselamatan kita. Kesalahan dari orang farisi ini adalah ia berpikir bahwa keberhasilannya karena usahanya sendiri, bukan karena berkat bantuan Tuhan. 

Sementara doa dari pemungut cukai dianggap benar oleh Yesus Kristus. Pemungut cukai berdiri jauh-jauh dan tidak berani melihat ke atas. Sambil memukul diri, ia berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Pemungut cukai menganggap dirinya sebagai orang berdosa. Ia menyesal karena ia sudah berbuat salah di hadapan Tuhan dan sesama. Ia merasa tidak berarti di depan Tuhan. Karena itu ia memohon ampun. Doa memohon ampun dan berbalik kepada Tuhan adalah satu sikap yang selalu dipuji Tuhan. Doa seperti ini sungguh mendatangkan berkat bagi pendoa.

Saudara-saudari... Bagaimana cara kita berdoa? Apakah dalam berdoa kita selalu menempatkan Tuhan sebagai pribadi yang harus dipuji dan pribadi yang selalu dicintai? Apakah dalam berdoa kita selalu mendambakan belaskasihan Tuhan untuk mengampuni dosa kita dan menerima kita kembali sebagai anakNya?  Atau kita bersikap seperti orang Farisi, yang sangat mencintai diri sendiri dan menempatkan orang lain tidak punya arti di depan Tuhan? Apakah dalam berdoa kita selalu menempatkan diri kita sebagai nomor satu dan membiarkan Tuhan mendengarkan litany kesuksesan kita karena kehebatan pribadi kita?

Marilah kita ikuti nasihat Yesus hari ini. Dalam berdoa kita harus selalu menempatkan diri kita sebagai pribadi yang selalu merasa bergantung pada Tuhan. Kalau toh kita berhasil dalam usaha dan bebas dari segala godaan setan, kita harus ucapkan syukur kepada Tuhan karena kita percaya bahwa Tuhanlah yang selalu memberkati usaha kita dan melindungi kita sehingga kita boleh alami kesuksesan dan keselamatan itu. Kita percaya bahwa Tuhan selalu bekerja bersama kita, jadi bukan karena usaha kita semata tanpa campur tangan Tuhan. Tuhanlah yang memungkinkan semuanya itu terjadi. Tuhan selalu bekerja dalam diri kita.

Bersama Bunda Maria kita berdoa, semoga Tuhan senantiasa menggerakkan hati kita agar selalu rendah hati dan jujur dalam bertingkah baik terhadap Tuhan dan sesama kita. Amen.

Siro Jumat, 29 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Bacaan Injil
Mrk 12:28b-34

Tuhan Allahmu itu Tuhan yang esa,
kasihilah Dia dengan segenap jiwamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus
dan bertanya kepada-Nya,
"Perintah manakah yang paling utama?"
Jawab Yesus, "Perintah yang paling utama ialah:
Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Allah kita itu Tuhan yang esa.
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati,
dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi,
dan dengan segenap kekuatanmu.
Dan perintah yang kedua ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada perintah lain yang lebih utama
daripada kedua hukum ini."

Berkatalah ahli Taurat itu kepada Yesus,
"Guru, tepat sekali apa yang Kaukatakan,
bahwa Dia itu esa, dan bahwa tidak ada allah lain kecuali Dia.
Memang mengasihi Dia dengan segenap hati,
dengan segenap pengertian, dan dengan segenap kekuatan,
serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri
jauh lebih utama dari pada semua kurban bakar dan persembahan."

Yesus melihat betapa bijaksana jawaban orang itu.
Maka Ia berkata kepadanya,
"Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"
Dan tak seorang pun berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Jumat, 29 Maret 2019
                                                                                                                                
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Wujudnyatakan Cinta Kita Dalam Karya Nyata                                                     
Markus 12:28-34

Saudara-saudari... Betapa sering kita mendengar Yesus Kristus ngomong tentang cinta. Hari ini Ia didekati oleh seorang ahli Taurat dan bertanya kepadaNya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: Hukum yang paling utama adalah kasihilah Tuhan AllahMu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Hukum yang kedua adalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Mengapa Yesus memberi dua hukum padahal yang dipertanyakan oleh ahli Taurat hanya hukum yang paling utama. Ia tidak bertanya tentang hukum yang kedua. Yesus dengan sengaja memberi penjelasan tentang hukum yang paling utama dan kedua itu sekaligus karena Tuhan dan manusia keduanya dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.  Hanya yang perlu diperhatikan adalah skala prioritas. Tuhan yang pertama dan manusia yang kedua.
Sesungguhnya prioritas cinta ini sudah ditulis dalam 10 perintah Tuhan yang diberikan Tuhan kepada Musa di gunung Sinai di mana perintah pertama sampai ke tiga berhubungan dengan Tuhan. Itu berarti hukum yang paling utama adalah hukum yang berhubungan dengan Tuhan. Mencintai Tuhan adalah hukum utama. Sementara perintah selanjutnya dari perintah keempat sampai kesepuluh berhubungan dengan manusia. Itu berarti hukum kedua adalah dalam hubungan dengan manusia. Tetapi rupanya manusia, yang diwakili oleh ahli Taurat ini lupa akan hukum yang paling utama ini.  Penjelasan Yesus tentang kedua hukum itu sepertinya sangat bagus dan sungguh dipahami dengan baik oleh ahli Taurat yang mempertanyakan soal itu.

Mengapa mencintai Tuhan menjadi hukum yang paling utama? Mencintai Tuhan menjadi hukum yang paling utama karena Tuhan merupakan sumber dari segalanya. Ia-lah yang memberi kita hidup. Kita berasal dari padanya dan kita pun akan kembali kepadanya. Tidak bisa dibayangkan kalau Tuhan melupakan kita, apa yang akan terjadi ke atas kita. Kalau saja Ia lupa memberi kita oxygen/ udara, atau secara tiba-tiba Ia mengeringkan air, menggelapkan dunia ini? Atau secara tiba-tiba Ia meniup bumi ini dengan tiupan yang mematikan? Apa yang akan terjadi ke atas kita?  Yesus Kristus yang adalah Putera Allah sendiri mengingatkan kita supaya selalu mencintai Tuhan pada tempat yang pertama. Karena tanpa Dia kita tidak mungkin bisa berdaya dan hidup di dunia ini. Cinta yang kita berikan kepadaNya harus diberikan dengan tulus, bukan asal-asal. Itu berarti kita sungguh sadar akan cinta yang kita berikan kepadanya.  Pikiran kita pun harus sejalan dengan perasaan yang kita berikan kepada Tuhan. Singkatnya cinta kita kepada Tuhan harus penuh, dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan kita.
Lalu Yesus juga singgung tentang hukum yang kedua, yaitu mencintai sesama seperti dirimu sendiri. Kita lahir ke dunia ini lewat orang tua kita. Sebelum kita dilahirkan sesungguhnya kita sudah hidup bergantung pada ibu kita dalam kandungannya. Seandainya ibu kita tidak mau supaya kita hidup, ia pasti dengan gampang saja menghancurkan kita dalam kandungannya. Sewaktu kita dalam masa bayi, kita juga sangat bergantung pada orang lain. Sebagai mahluk social kita selalu dalam relasi dengan orang lain. Karena itu Yesus ingatkan ahli Taurat dan kita semua supaya kita harus mencintai sesama kita seperti diri kita sendiri. Mencintai sesama dengan segenap hati kita, pikiran kita, jiwa kita dan kekuatan kita. Yesus sendiri sudah menjalankan semuanya itu. Lewat peristiwa di kalvari, Yesus Kristus sudah wujudkan cintaNya kepada kita. Hari ini Yesus ingatkan kita lagi supaya wujudnyatakan cinta kita kepada Tuhan dan sesama kita. Kalau kita tidak wujudnyatakan cinta itu berarti cinta kita pada Tuhan dan sesame cuma pada batas bunyi. Gong yang berbunyi tapi tidak punya isinya.

Marilah saudara saudari, selama masa Prapaska ini kita kembali bertanya diri: Apa perbuatan konkrit yang sudah kita lakukan kepada Tuhan dan sesama sebagai perwujudan cinta kita kepadaNya? Pernahkah kita merasa lapar dan haus demi kepuasan sesama kita yang selalu lapar dan haus? Pernahkah kita merasa sakit karena membantu mereka yang selalu mengalami banyak penderitaan?

Bersama Bunda Maria kita berdoa, Tuhan berilah kami kekuatan dan kesabaran agar kami sanggup mewujudkan Perintah-Mu, yaitu mencintai Tuhan dan sesama dalam hidup harian kami. Amen.

Rabu, 27 Maret 2019

Siro Kamis, 28 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Bacaan Injil
Luk 11:14-23

Siapa tidak bersama aku, ia melawan Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak.

Tetapi ada di antara mereka yang berkata, "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan."Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia.

Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi, jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang bersenjata lengkap menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                      Kamis, 28 Maret 2019                                                                                                                          
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kenakanlah Kaca Mata Bening Untuk Melihat Tuhan Dan Sesama?                             
Lukas 11:14-23

Saudara-saudari... Setiap hari kamis sore, jam 2 – 4, kami berolahraga, main Bola Basket atau Bola Volly. Kadang ada frater, yang mengenakan sunglasses/riben gelap untuk menghindari silau mata hari. Dengan menggunakan kaca mata gelap, apa yang dilihat berubah warna, yang sangat cerah di luar dilihat kelabu. Sementara mereka yang tanpa riben cerahnya mata hari sungguh menyilaukan mata. Kaca mata gelap merubah konsep dari pribadi yang memandang, tetapi tidak merubah hakekat dari apa yang dipandangnya. Baginya apa yang dilihatnya adalah kelabu, tetapi keasliannya bukanlah kelabu, tetapi cerah menderang.

Saudara-saudari... Dalam Injil hari ini diceriterakan bahwa Yesus Kristus mengusir Setan yang membisuhkan seseorang. Dengan kuasa keallahanNya, Yesus mengeluarkan Setan yang sudah membelengguh orang ini sehingga dia tidak bisa berbicara. Yesus Kristus membuatnya bisa berbicara kembali. Yesus Kristus menghalaui Setan keluar dari dalam diri manusia. Yesus Kristus tahu bahwa kehadiran Setan dalam diri manusia bisa menghancurkan manusia. Tetapi di antara manusia, yang hadir menyaksikan perbuatan Yesus Kristus, ada yang menganggap bahwa Yesus Kristus mengusir Setan dengan kuasa Beelzebul, pemimpin Setan.  Mereka, mereka ini sesungguhnya adalah orang yang menggunakan kacamata gelap, yang melihat perbuatan Yesus Kristus dari sudut negatip. Segala kebaikan yang dibuat Yesus, selalu dilihatnya sebagai sesuatu yang kelabu, sesuatu yang negatip. Yang suci, cerah menderang dilihatnya kelabu. Kebaikan Yesus dilihatnya sebagai sesuatu yang buruk.  Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.”
Mengapa Yesus berkata demikian? Karena kalau benar Yesus Kristus mengusir Setan dengan kuasa Belzebul, itu berarti misi kerajaan Setan sudah hancur. Misi kerajaan Setan tidak terwujud. Setan dan Tuhan adalah dua pribadi yang selalu bertentangan. Yesus selalu berusaha menyelamatkan manusia dari kuasa Setan, sementara Setan selalu berjuang menarik manusia untuk masuk dalam genggamannya. Pernyataan, bahwa Yesus Kristus mengusir setan dengan kuasa Belzebul sesungguhnya keluar dari satu konsep yang sangat salah. Mata hati mereka sudah dikelabui oleh kegelapan dosa. Karena kegelapan dosa, maka perbuatan baik yang dikerjakan Yesus, selalu dianggap gelap/buruk oleh orang yang bertentangan dengan Yesus. Tetapi pada kenyataannya, Yesus Kristus adalah baik. Ia adalah Allah, yang kuasanya jauh lebih hebat dari pada Setan.

Pertanyaan untuk kita: Kaca mata apa yang selalu kita gunakan setiap hari untuk melihat sesama dan Tuhan kita? Apakah kita juga menggunakan kaca mata gelap? Bagaimana pengalaman dan perasaan kita di saat kita tahu bahwa konsep kita salah? Bagaimana perasaan kita di saat kita selalu menggunakan mata hati yang jernih/bening melihat Tuhan dan sesama? Apakah ada rasa puas, bahagia dan damai?

Marilah saudara-saudari... Kenakanlah kaca mata bening pada mata hati kita agar kita selalu melihat keaslian Tuhan dan sesama sehingga dengan demikian rasa cinta dan kesetiaan kita pada mereka selalu baik dan kuat. 

Bersama Bunda Maria kita berdoa, Tuhan kuatkanlah iman dan cinta kami kepada-Mu dan semoga kami selalu merasa betah dan setia berada di pihak-Mu. Amen.

Selasa, 26 Maret 2019

Siro Rabu, 27 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Bacaan Injil
Mat 5:17-19

Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                     
Rabu, 27 Maret 2019                                                                                                                            
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Hukum Tuhan membebaskan dan menyelamatkan kita!                                           
Matius 5:17-19

Saudara-saudari... Banyak misionaris yang bekerja di Papua New Guinea sudah alami penodongan, entah dalam rumah atau dalam perjalanan. Ada banyak anak nakal yang tidak peduli dengan hukum dan peraturan pemerintah dan Gereja. Karena desakan ekonomi mereka mengambil jalan pintas, menodong sesama demi uang.
Pertanyaan kita, apakah perbuatan mereka membahagiakan hidupnya untuk selamanya? Yang pasti tidak. Keburukan tingkahlakunya akan selalu mengganggu ketenangan bathinnya. Melanggar peraturan dan hukum adalah salah. Kesalahan itu yang akan selalu mengganggu ketenangan jiwa dan pikirannya.
Seorang pemuda dengan polos menceriterakan pengalaman masa lalunya. Ia pernah mengikuti gang-gang, merampok dan mengepung mobil di jalan raya. Sesudah mendapat jarahan dari hasil rampokan, ia bersama temannya merasa senang karena berhasil mendapat apa yang mereka butuhkan, tetapi di saat ia masuk ke tempat umum dan bertemu polisi di jalan selalu muncul rasa takut. Kesalahan yang dibuatnya selalu menghantui dia. Dia selalu berpikir, bagaimana kalau Polisi tahu bahwa ia adalah salah satu dari anggota gang yang mengepung mobil di jalan. Benarlah yang terjadi, satu waktu polisi mencari anggota gang-gang perampok. Anak muda ini masuk dalam daftar anggota. Polisi datang ke rumahnya dan menemui dia. Ia dibawa ke kantor polisi untuk diintertview. Ia berkata jujur dan dipenjarahkan selama dua tahun. Selama dalam penjara ia merenungkan semua keburukan tingkahlakunya. Ia berjanji untuk membaharui hidupnya dan tidak mau kembali kepada hidup lamanya lagi. Dengan jujur ia katakan bahwa hidup mengikuti hukum dan peraturan selalu mendatangkan rasa nyaman dalam diri, sebaliknya melanggar hukum dan peraturan, kehidupan masa depan menjadi tidak menentu dan selalu dihantui oleh perasaan takut.

Saudara-saudari... Sesungguhnya hidup kita selalu dibimbing oleh hukum. Tanpa sadar kita sesungguhnya sudah dan selalu mengikuti hukum setiap hari. Kalau kita jalan, kita ikuti hukum jalan: kaki kiri dan kanan secara otomatis mengikuti hukum jalan; kalau kita bicara, kita mengikuti hukum bicara; kalau kita ikuti bermain bola kaki kita harus mengiktui tata aturan permainan bolakaki; Kita juga mengikuti aturan makan. Makan tanpa aturan akan mengakibatkan tubuh kita jadi sakit. Kita sudah pelajari hukum ini sejak masa kecil kita. Kita tahu bahwa kalau kita tidak mengikuti aturan itu, kita tidak mungkin tahu membaca, menulis, bermain. Sejak awal mungkin terasa berat, karena itu kita butuh disiplin diri agar dapat mengikutinya dengan baik. Sekarang aturan itu sudah menyatu dengan kita dan kita bahagia dengannya.
Hari ini Yesus Kristus ingatkan kita bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum, tetapi untuk menggenapinya. Ia tahu bahwa hukum itu selalu membantu manusia untuk hidup aman, bahagia dan harmonis dengan orang lain. Yesus sungguh sadar bahwa hukum Allah membebaskan dan menyelamatkan manusia. Yesus sendiri sudah menjadi hukum. Ia sendiri berkata: Aku adalah jalan. Siapa yang berjalan mengikuti Aku akan sampai ke tempat tujuan. Ia juga adalah kebenaran. Siapa yang selalu mengikuti ajaran-Nya maka ia pun akan memperoleh hidup yang kekal. Tuhan sudah menawarkan dan mengajar kita bagaimana bisa memperoleh keselamatan dan hidup bahagia bersama Bapa dalam kerajaan-Nya. Pilihan ada pada kita. Kita punya kebebasan untuk memilih. Memilih hukum Tuhan dengan segala aturannya dan dengan tekun, setia menjalankannya pasti akan memperoleh keselamatan. Tetapi kalau memilih hukum yang bertentangan dengan hukum Tuhan, maka pada akhirnya kita tidak akan hidup bersama Tuhan.

Marilah saudara-saudari... Tanamkanlah kesadaran dalam diri bahwa hukum Tuhan sangat-sangat penting karena dengan mengikuti hukum Tuhan kita akan bebas dari kematian dan bisa menyelamatkan kita.

Bersama Bunda Maria kita berdoa, semoga Tuhan selalu membantu kita dan menggerakkan hati kita untuk selalu mencintai Hukum Tuhan sehingga kita pun selalu alami kebebasan dan keselamatan dalam hidup. Amin.

Senin, 25 Maret 2019

Siro Selasa, 26 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah III

Bacaan Injil
Mat 18:21-35

Jika kamu tidak mau mengampuni saudaramu, Bapa pun tidak akan mengampuni kamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa, Petrus datang kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku  jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu memerintahkan  supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya  untuk membayar hutangnya.

Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara  sampai dilunaskan segala hutang itu.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihi engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                          Selasa, 26 Maret 2019                                                                                                                           RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Dengan Mengampuni Kita Bisa Alami Kesembuhan!                                               
Matius 18:21-35

Saudara-saudari... Setiap kali saya mengajar psikologi perkembangan untuk para frater tingkat dua, saya selalu mengajak mereka untuk buat refleksi tentang perkembangan dirinya dari tahap ke tahap, sampai pada tahap dewasa: dari masa selama di kandungan ibu, sewaktu dilahirkan, di masa bayi dst. Karena apa yang terjadi di masa-masa itu akan sangat mempengaruhi perkembangan psikologis sesorang, di masa mendatang, malah sampai menjelang kematian, kalau masalah itu tidak diproseskan. Saya juga meminta mereka untuk melihat, apa isu pribadi yang selalu membuatnya bertanya-tanya: “Mengapa saya seperti ini?”  Seorang frater, secara terbuka menyampaikan apa yang selalu dialaminya dan tidak mengerti mengapa ia demikian. Katanya: “Di saat saya sangat marah, badanku jadi kaku dan tidak bisa expresikan kemarahan. Saya tidak tahu mengapa saya seperti itu?” Lalu saya bertanya kepadanya: “Apakah engkau ingat, mungkin ada orang yang memukul engkau sewaktu kecil?”  Dia menjawab: “Tidak pernah ingat.”  “Bagaimana relasimu dengan mama, bapa dan saudara/i dalam keluarga?” Ia menjawab: “Pada umumnya baik, tetapi saya tidak terlalu merasa bebas dengan bapa saya.” “Ada apa dengan bapamu? Pernahkah ia memukul engkau?” tanya-ku. Ia menjawab: “Tidak pernah!”  “Bagaimana pengalaman mama sewaktu kamu dalam kandungan? Pernahkah ia menceriterakan kepadamu? Bagaimana kehidupanmu semasa bayi?”  Dia menjawab: “Saya belum tanya mama.”
Ok. Saya anjurkan, tolong tanya mama sewaktu kamu masih dalam kandungan dan sewaktu kamu berumur di bawa dua atau tiga tahun.

Sesudah ia bertanya kepada mamanya, sekarang ia sadar apa yang menjadi alasan mengapa ia merasa tidak bebas dengan bapanya. Sewaktu masih bayi, ia selalu menangis di malam hari. Hari-hari awal, bapanya masih sabar, tetapi pada satu malam, sekitar jam 11, ia menangis begitu lama dan bapanya tidak sabar lagi. Ia mengangkat si bayi dan masukan dia ke dalam ember air. Si bayi langsung diam, sepertinya beku dan tidak menangis lagi. Sejak waktu itulah ia jarang sekali menangis. Itulah akar masalahnya, mengapa di saat ia sangat marah, tubuhnya jadi kaku.
Saya menganjurkan kepadanya untuk adakan rekonsiliasi dengan bapanya. Pada waktu libur ia mengadakan rekonsiliasi dengan bapanya dan bapanya membunuh satu ekor babi dan memohon maaf. Frater menerimanya dengan tulus hati dan mengampuni bapanya dengan sepenuh hati. Sekarang frater ini sudah ditahbiskan imam. Sejak terjadinya rekonsiliasi ini, ia merasa bahwa ada banyak sekali perubahan yang sangat positip yang terjadi ke atas dirinnya termasuk bisa expresikan kemarahan kalau ia marah. Perasaan kedekatan dengan bapanya juga sudah semakin baik. Ia juga bisa ngomong secara bebas dengan bapanya. Sungguh, memberi pengampunan dengan sepenuh hati bisa menyembuhkan luka bathin.

Saudara-saudari... Hari ini Petrus bertanya kepada Yesus: “Sampai berapa kali harus saya mengampuni saudaraku yang berdosa kepadaku, sampai tujuh kali?”  Yesus Kristus menjawab: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh.”  Itu berarti sepanjang kita masih hidup di dunia ini. Yesus menyebut angka 70. Mengapa angka 70? Angka 70 ada kaitannya dengan umur manusia. Menurut kitab Mazmur: 90:10, di sana tertulis: “Masa hidup kami 70 tahun, dan jika kami kuat, 80 tahun.” Yesus Kristus menghendaki agar setiap kali ada perselisihan atau salah paham dengan sesama, sebaiknya secepatnya kita saling mengampuni. Menyimpan kemarahan atau dendam akan membuat kita sakit. Jiwa dan tubuh kita akan turut dipengaruhi oleh perasaan itu. Semakin kita pendamkan, semakin kita akan merasa tidak nyaman, sebaliknya kalau kita langsung membereskan kesalah-pahaman kita dengan cepat, kita akan merasa bebas, dan luka bathin kita pun akan cepat sembuh.

Mari kita bertanya diri: apakah kita selalu siap mengampuni sesama?  Kalau sekarang kita masih menyimpan kemarahan terhadap sesama, bagaimana perasaan bathin kita saat ini sewaktu mendengar permintaan Yesus untuk mengampuni orang yang bersalah? Apakah ada niat yang baik dalam masa Prapaskah ini untuk mengampuni? Tuhan selalu siap mengampuni kita. Ia juga menghendaki agar di saat Tuhan mengampuni kita, kita pun langsung mengampuni sesama kita.

Bersama Bunda Maria, kita berdoa memohon bantuan Tuhan, agar kita diberi hati yang penuh belaskasihan sehingga kita sanggup mengampuni sesama dan pada saat yang sama kita pun akan alami kesembuhan bathin. Amin.

Minggu, 24 Maret 2019

Siro Senin, 25 March 19

Bacaan Liturgi

HR Kabar Sukacita

Bacaan Injil
Luk 1:26-38

Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.

Inilah Injil Yesus Kristus Menurut Lukas:

Dalam bulan yang keenam Allah mengutus malaikat Gabriel  ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang  bernama Yusuf dari keluarga Daud;  nama perawan itu Maria.

Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata,  "Salam, hai engkau yang dikaruniai,  Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah  engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya  takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu,  "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
 
Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."Maka kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                             
Senin, 25 Maret 2019                                                                                                                          
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Terjadilah Padaku Menurut Perkataan-Mu!                                                                          Lukas 1: 26 - 38

Saudara-saudari... Hari ini kita merayakan Hari Raya Kabar Sukacita. Malaikat Gabriel menyampaikan Kabar Sukacita dari Tuhan, bahwa Bunda Maria akan menjadi Bunda Putera Allah. Sewaktu Ia mendengar permintaan Tuhan, dia menerima permintaan itu dengan tulus hati. Dia tidak meminta persyaratan; dia tidak menggembar-gemborkan berita itu; ia tidak memaksakan rencananya sendiri; dia tidak menganggap dirinya hebat karena dia akan menjadi Bunda Putera Allah; dia diamkan berita gembira itu dalam hatinya. Karena kediamannya, hampir-hampir dia diceraikan oleh Yusuf secara diam-diam. Sebaliknya, ia menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan. Dengan penuh iman dan rendah hati, ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan, katanya: “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu!” Satu model ketaatan yang luar biasa dari seorang gadis muda di jaman itu.

Apakah di jaman kita ada gadis atau laki-laki muda yang punya sifat seperti Maria, di mana dia memberi diri secara total dan melakukan kehendak Tuhan tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri? Saya yakin ada. Kita harus mengangkat jempol buat mereka dan mendoakan agar rencana Tuhan sungguh bekerja dalam diri mereka sehingga kehendak Tuhan sungguh terjadi dalam hidup dan pelayanan mereka. Kalau Bunda Maria sudah menjadi alat, penyalur keselamatan Tuhan untuk manusia, semoga mereka-mereka yang sudah dipercayakan Tuhan juga selalu menjadi alat dan penyalur keselamatan Tuhan ke atas kita semua. 

Saudara-saudari... Sembari kita merayakan hari raya Kabar Sukacita hari ini, kita juga diajak untuk mengandung dan melahirkan Yesus Kristus dalam tutur kata dan perbuatan kita sehari-hari. Seperti Maria, kita pun dipanggil untuk menjadi pribadi yang taat di hadapan Tuhan. Juruselamat jadinya hadir di dalam diri Maria sesudah ia mengatakan: “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”  Itu berarti keterbukaan yang tulus menerima tawaran Tuhan dan kesediaan menjalankan rencana Tuhan dengan penuh tanggung jawab sudah harus menjadi bagian dari cara hidup kita setiap hari. Demikian pun dengan keselamatan. Keselamatan bisa terjadi atas kita kalau kita sanggup menghayati dan mewujudkan ‘YA” kita dalam hidup harian kita. Keselamatan tidak akan terjadi kalau ucapan YA, yang kita ucapkan tidak diwujud-nyatakan dalam kehidupan harian kita.

Semoga dengan perayaan Kabar Sukacita hari ini, kita semakin berani untuk mewartakan sukacita Tuhan  dan komitment kita pun turut diperbarui.

Bersama Bunda Maria kita berdoa, Tuhan, sucikanlah kami dan gerakkanlah hati kami untuk selalu pasrah pada kehendakMu. Semoga kehendakMulah yang selalu kami kerjakan setiap hari. Amen!

Siro Minggu, 24 March 19

Bacaan Injil
Luk 13:1-9

Jikalau kamu  semua tidak bertobat,
kamu pun akan binasa dengan cara demikian.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa datanglah beberapa orang kepada Yesus dan membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang dibunuh Pilatus dengan darahnya dicampurkan dengan darah kurban  yang mereka persembahkan. Maka berkatalah Yesus kepada mereka, "Sangkamu orang-orang Galilea itu lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain,  karena mereka mengalami nasib demikian?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapan-belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua pun akan binasa dengan cara demikian."

Kemudian Yesus mengatakan perumpamaan ini, "Ada seorang mempunyai sebatang pohon ara, yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu,  'Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini,  namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini!  Untuk apa pohon ini hidup di tanah ini dengan percuma!'  Pengurus kebun itu menjawab, "Tuan, biarkanlah dia tumbuh setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.  Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!"

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                   Minggu, 24 Maret 2019                                                                                                                         RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Bertobatlah, Janganlah Ditunda-tunda!                                                                          
Lukas 13:1-9

Saudara-saudari... Lewat Injil hari ini, Tuhan ingin menyampaikan satu dua pesan untuk kita.

Pertama tentang darah orang Galilea yang dicampurkan Pilatus dengan darah kurban yang mau dipersembahkan. Menurut Yesus, dosa orang Galilea yang dibunuh itu sama sekali tidak mempengaruhi bahan persembahan. Menurut Yesus, yang paling penting adalah pertobatan dari dalam diri sendiri. Semua persembahan kita baru punya arti kalau dipersembahan dengan tulus dan dipersembahkan sebagai ungkapan rekonsiliasi dengan Tuhan dan sebagai bentuk ungkapan syukur atas kebaikan yang kita terima dari padaNya.  Lewat Injil hari ini beberapa kali Yesus Kristus berkata: “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa.” Pertobatan itu janganlah ditunda-tunda. Hari ini juga kita harus bertobat, janganlah menanti hari esok. Kita tidak tahu apakah kita masih hidup esok pagi?

Saya ingat teman saya, Pastor Michael. Pada hari Kamis pagi kami masih bercakap-cakap. Dia kelihatannya sehat. Tetapi pada Kamis malamnya ia dibawa lari ke RS. Sebelum tiba di RS dia sudah menghembuskan nafasnya dalam perjalanan. Satu peringatan untuk kita semua supaya selalu siap sedia menantikan kedatangan Tuhan. Berdoalah setiap hari dan mohon ampun kalau melakukan kesalahan.

Kedua, Injil juga mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu mengharapkan agar kita menghasilkan buah.  Injil katakan bahwa tuan kebun selalu datang ke kebun mencari buah pada pohon ara yang sudah ditanamnya. Tetapi ia tidak menemukannya.  Katanya: “Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma? Tetapi penjaga kebun katakan: “Tuan, biarkalah dia tumbuh tahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.”
Saudara-saudari... Kita adalah pohon ara dalam ceritera ini. Sejak kita diciptakan bibit pohon ara itu sudah ditanamkan Tuhan dalam diri kita masing-masing. Tuhan mengharapkan agar bibit pohon ara itu bertumbuh dan menghasilkan buah.
Kita juga adalah pengurus kebun anggur dan pohon ara dalam ceritera ini. Tuhan mengharapkan agar kita memelihara, menjaga, memberi pupuk dan menyirami pohon ara ini dengan baik agar bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah. Pupuk dan air yang kita berikan pada pohon ara ini adalah doa, membaca kitab Suci, aktip partisipatip dalam kegiatan gereja dan karya amal. Kalau semua kegiatan ini kita jalankan dengan penuh kesadaran dan iman yang teguh, pasti pohon ara kita akan menghasilkan buah berlimpah. Tuhan, yang adalah pemilik pohon ara, pasti akan sangat bahagia menikmati buah-buahnya.
Kalau selama ini kita kurang memperhatikan pertumbuhan pohon ara, tidak memberinya pupuk dan menyiraminya dengan baik sehingga tidak menghasilkan buah, marilah saudara-saudari.... inilah kesempatan yang baik. Masa Prapaska ini adalah kesempatan yang baik untuk kembali memperbaharui semangat kita. Kita masih diberi kesempatan untuk hidup hari ini.  Tuhan selalu sabar menantikan buah dari kehidupan kita.

Bersama pengurus kebun anggur dan pohon ara dalam Injil hari ini, kita meminta kepada tuan kebun yaitu Tuhan: “Tuan, biarkanlah pohon ara tumbuh tahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.” Semoga permintaan kita hari ini kita jalankan dengan penuh tanggungjawab. Marilah kita bertobat sekarang juga, janganlah ditunda-tunda.

Bersama Bunda Maria, kita berdoa semoga Tuhan selalu menguatkan niat kita dan mendorong kita untuk merealisasikan niat kita hari ini, semasih kita diberi kesempatan hidup pada hari ini. Amin.

Siro Sabtu, 23 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah II
PF S. Turibius dari Mongrovejo, Uskup

Bacaan Injil
Luk 15:1-3.11-32

Saudaramu telah mati dan kini hidup kembali.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa  biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, "Ia menerima orang-orang berdosa  dan makan bersama-sama dengan mereka."

Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, 'Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita  yang menjadi hakku.' Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.

Beberapa hari kemudian  anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu  lalu pergi ke negeri yang jauh.  Di sana ia memboroskan harta miliknya itu  dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu   dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu.  Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi. Lalu ia ingin mengisi perutnya  dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: 'Betapa banyak orang upahan bapaku  yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku  dan berkata kepadanya:  Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa; aku tidak layak lagi disebutkan anak Bapa;  jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.'

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.  Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia,  lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.  Ayah itu berlari mendapatkan dia  lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya:  Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak Bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, 'Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, dan pakaikanlah kepadanya; kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu,  sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali,  ia telah hilang dan didapat kembali.

Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika ia pulang dan dekat ke rumah,  ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba  dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu, 'Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali anak itu dengan selamat.'

Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk.  Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, 'Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku  belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.' Kata ayahnya kepadanya, 'Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali,  ia telah hilang dan didapat kembali."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                     
Sabtu, 23 Maret 2019                                                                                                                           
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Tuhan Tidak Membiarkan Kita Merana!                                                            
Lukas 15: 1-3.11-32

Saudara-saudari...Injil hari ini mengingatkan kita akan kemurahan hati Tuhan. Sejak Anak Bungsu tinggalkan rumah dan orangtuanya, Bapanya selalu merindukan agar dia kembali lagi ke rumah. Hari-hari Bapa-nya selalu menantikan kedatangannya. Bapa tidak memikirkan apa yang dibuatnya di luar sana, tetapi yang dipikirkannya adalah anaknya kembali dalam keadaan selamat dan tinggal bersama Bapa di rumahnya untuk selama-lamanya. Bapa sama sekali tidak memarahinya; tidak bertanya apa yang di buatnya di luar sana; tidak bertanya dan meminta mempertanggungjawabkan  harta kekayaan yang sudah dihabiskannya. Yang bapa rindukan hanyalah satu, yaitu Anaknya kembali dalam keadaan selamat dan tinggal bersama Bapa untuk selamanya.

Kerinduan Bapa terlihat dari sikapnya. Injil katakan: ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belaskasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Bapa tidak tegah membiarkan anaknya hidup sengsara di luar sana. Bapa tidak membiarkan anaknya merana. Rupanya kekuatan dari kerinduan dan doa seorang bapa turut mempengaruhi bathin dan pikiran anaknya. Getaran bathin dari kedua insan saling mempengaruhi. Di saat Bapa mendoakan dan merindukan ke hadiran anaknya di tengah keluarga, pada saat yang sama anak mulai memikirkan kebahagiaan orangtua dan para pekerja di rumah. Katanya: “Betapa banyaknya orang upahan di rumah bapaku dan berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa. Aku tidak layak lagi disebut anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.” Sesudah itu bangkitlah dia dan pergi kepada bapa.

Si Bungsu bangkit berdiri sesudah bulatkan tekadnya untuk kembali kepada Bapanya. Kekuatan itu sesungguhnya buah dari pertobatannya, yang sudah diexpresikannya lewat kata-kata yang keluar dari mulutnya: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap Bapa. Aku tidak layak lagi disebut anak bapa.” Itulah pengakuan tulus dari seorang berdosa yang bertobat. Di saat dia ungkapkan dosanya secara tulus dan berdiri menuju tempat atau orang untuk berekonsiliasi sesungguhnya proses pengampunan sudah terjadi. Apa yang keluar dari hati itulah yang diungkapkannya di saat bertemu bapanya. Di saat ia dirangkul bapanya, ia berkata kepada bapanya: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap Bapa. Aku tidak layak lagi disebut anak bapa.” Tetapi bapanya berkata keada hamba-hambanya: “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Ambilah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”  Bapa tidak lagi mendengar pengakuan anaknya. Pengakuan dan pengampunan sudah terjadi di saat si bungsu expresikan dirinya bahwa ia sudah berdosa dan pengampunan sudah terjadi pada saat itu. Di saat mereka berjumpa, di saat itulah mereka merayakan buah pertobatan, yaitu bersukacita.

Itulah Bapa kita, Tuhan kita. Dia selalu merindukan kehadiran kita di rumahnya. Ia tidak mau membiarkan kita merana. Kerinduannya kadang turut menggetarkan hati kita sehingga kita memberi diri untuk mengakui dosa dan bertobat. Tetapi kadang getaran kerinduannya secara sadar ditolak. Karena ditolak maka pengampunan pun tidak terjadi. Tetapi pada dasarnya Tuhan selalu merindukan kita kembali kepadaNya.

Marilah saudara-saudari...di masa Prapaskah ini kita kembali melihat diri. Apakah ada getaran dalam bathin kita yang mendorong kita untuk mengakui dosa dan mau bertobat? Kalau ada...bangunlah! Berilah diri kita kepadanya. Berlututlah di hadapan imamnya, akuilah dosa kita dan jalankanlah penitensi kita dengan penuh tanggungjawab. Tuhan selalu merindukan kita dan Dia tidak membiarkan kita merana!

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Kamis, 21 Maret 2019

Siro Jumat, 22 March 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah II

Bacaan Injil
Mat 21:33-43.45-46

Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwaYesus berkata kepada imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi,"Dengarkanlah perumpamaan ini, Seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.

Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu  untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi para penggarap menangkap hamba-hambanya itu: yang seorang mereka pukul, yang lain mereka bunuh, dan yang lain lagi mereka lempari dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak daripada yang semula. Tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.

Akhirnya tuan itu menyuruh anaknya kepada mereka, pikirnya, 'Anakku pasti mereka segani.' Tetapi ketika para penggarap melihat anak itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris! Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Maka mereka menangkap dia, dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?"

Kata imam-imam kepala dan tua-tua itu kepada Yesus,"Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu,dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain yang akan menyerahkan hasil kepadanya pada waktunya."Kata Yesus kepada mereka, "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu Aku berkata kepadamu, Kerajaan Allah akan diambil dari padamu, dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu."

Mendengar perumpamaan Yesus itu,imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mengerti  bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Maka mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak,  karena orang banyak itu menganggap Yesus nabi.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                
Jumat, 22 Maret 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Sebagai Penggarap Kebun Anggur Kita Harus Setia Dan Taat! 

Matius 21:33-43.45-46
Saudara-saudari... Kedua bacaan hari ini sangat membantu kita untuk kembali merenungkan sikap hidup kita, apakah kita selalu setia dan taat kepada Tuhan atau kita selalu melanggar perintahNya dan secara sadar menolak Dia?

Bacaan Pertama yang diambil dari kitab Kejadian 37:3-4.12-13.17-28, berceritera tentang Yusuf, putera Yakup, yang sangat dicintai oleh bapanya,  tetapi dibenci oleh saudara-saudaranya. Ia dibuang ke dalam sumur kering lalu dijual kepada saudagar dari Midian dengan harga 20 keping perak dan dibawa ke Mesir. Karena kesuksesan dan kehebatannya, Yusuf diangkat menjadi penguasa di Mesir. Pada waktu musim kelaparan, saudara-saudaranya datang membeli makanan di Mesir. Pada waktu itulah Yusuf bertemu kembali dengan saudara-saudaranya. Ia tidak memanfaatkan kuasanya untuk membalas kejahatan yang dibuat saudara-saudaranya, tetapi memaafkan mereka. Ia meminta mereka dan Bapanya untuk pindah dan tinggal di Mesir. Bersama Yusuf, mereka semua alami kebahagiaan. Mimpi Yusuf menjadi kenyataan, bahwa berkas-berkas gandum dari kesebelas saudaranya mengelilingi berkas gandum Yusuf dan semuanya sujud menyembah berkas gandumnya. Atau menurut bahasa Kitab Suci Perjanjian Baru: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan kini sudah menjadi batu penjuru. Yusuf sudah menjadi batu penjuru bagi keluarganya.

Ceritera serupa kita dengar lewat Injil hari ini.  Para penggarap menangkap dan membunuh hamba-hamba dari Tuan kebun, termasuk anak kesayangannya.
Kalau kita merenungkan sikap dari para penggarap ini, sesungguhnya mereka adalah manusia yang tidak tahu berterima kasih. Mereka adalah penggarap, yang punya hak untuk menggarap, tetapi tidak punya hak untuk memiliki kebun itu.  Mereka berpikir, bahwa dengan membunuh para hamba dan anak kesayangan pemilik kebun, mereka akan memiliki kebun anggur itu. Mereka sama sekali keliru. Pikiran mereka sesungguhnya sudah dirusaki oleh kerakusan dan ambisi negatip. Kesombongan dan kerakusan akan kehendak diri sendiri sudah merusaki dirinya. Injil katakan bahwa pada akhirnya mereka dibinasakan. 

Saudara-saudari... Perumpamaan tentang penggarap ini mengingatkan kita bahwa kita pun adalah penggarap-penggarap kebun anggur Allah. Bibit anggur itu sesungguhnya sudah ditanamkan Tuhan dalam diri kita masing-masing. Tugas kita adalah menjaga dan memelihara Benih Sabda Allah, yang sudah ada dalam diri kita, agar bertumbuh dan menghasilkan buah. Hamba-hamba Allah adalah orang-orang yang datang mau membantu kita, mengajar kita agar kita selalu memperhatikan Benih Sabda Tuhan supaya bertumbuh dengan baik dan menghasilkan buah. Tetapi mungkin terkadang kita menolak mereka dan tidak menerima kehadiran mereka. Kita lebih senang mau mengikuti kehendak kita sendiri dan secara bebas mau mengatur diri sendiri. Mungkin terkadang secara sadar kita menolak kehadiran Yesus Kristus dalam diri kita, dan secara sadar pula mengangkat diri sendiri sebagai tuan akan diri sendiri.

Injil mengingatkan kita bahwa apa pun perbuatan kita di dunia ini, selalu diamati Tuhan. Dan akan tiba saatnya, Tuhan akan tunjukkan kuasa-Nya, bahwa Ia adalah penguasa tunggal akan hidup kita. Kejahatan yang kita buat terhadap para hamba dan Anak yang dikasihiNya akan mendatangkan malapetaka bagi kita. Kesombongan kita akan menghancurkan jiwa kita.

Marilah saudara-saudari... Dalam masa prapaska ini kita kembali bertanya diri, apakah kita selalu menjalankan tugas kita sebagai penggarap kebun anggur Tuhan dengan penuh tanggungjawab atau kita sering mengikuti kemauan kita sendiri? Kalau kita kadang melanggar perintah-Nya, marilah kita bertobat.

Bersama Bunda Maria kita berdoa, semoga Tuhan memberkati dan menyadarkan kita agar kita selalu menghayati dan mengamalkan tugas kita sebagai penggarap kebun anggur yang setia dan bertanggungjawab, sehingga pada akhirnya Tuhan boleh berbahagia memetik buah anggur yang berlimpah dari hasil kerja keras kita.  Amin.

Rabu, 20 Maret 2019

Siro Kamis, 21 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah II

Bacaan Injil
Luk 16:19-31

Engkau telah menerima segala yang baik, sedangkan Lazarus segala yang buruk.  Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,"Ada seorang kaya  yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok. Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya  dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.

Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara menderita sengsara di alam maut, ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dengan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air  dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini!"
 
Tetapi Abraham berkata, "Anakku, ingatlah! Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu,  sedangkan Lazarus segala yang buruk.  Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi,  sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami  tidak dapat menyeberang!"
 
Kata orang itu, 'Kalau demikian, aku minta kepadamu Bapa,  supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan itu.' Tetapi kata Abraham,'Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.'Jawab orang itu, 'Tidak, Bapa Abraham!Tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka,  mereka akan bertobat.' Kata Abraham kepadanya, 'Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                              Kamis, 21 Maret 2019                                                                                                                          
RP Fredy Jehadin SVD

Tema: Bukalah Mata Hati Kita Dan Layanilah Sesama Yang Menderita!                                 
Lukas 16:19-31

Saudara-saudari... Dalam masa Prapaska ini, sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk merenungkan Kisah Sengsara dan Wafat Kristus untuk kita; juga diajak untuk memanfaatkan banyak waktu untuk berdoa, berpuasa dan memberi sedekah.

Injil hari ini mengundang kita untuk merenungkan bagaimana sikap kita terhadap sesama yang menderita. Kalau kita amati sikap orang kaya dalam Injil hari ini, secara sepintas saya boleh katakan bahwa ia sepertinya baik-baik saja. Ia punya hak memanfaatkan kekayaannya untuk bersenang-senang dengan keluarga dan dirinya sendiri. Ia sudah bekerja keras mengumpulkan harta dan kini tibalah saatnya untuk bersenang-senang. Ia juga tidak melarang dan mengusir Lazarus dari pintu rumahnya. Ia biarkan Lazarus duduk di sana, malah biarkan anjingnya menjilat boroknya. Dari sudut pandangan manusia, sejauh ia tidak apa-apakan Lazarus, saya kira, ia baik- baik.

Sementara si Lazarus, ia tidak bisa berbuat- apa-apa karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk bekerja keras. Hidupnya hanya bergantung pada belaskasihan orang lain. Ia datang dan berbaring di depan pintu rumah si kaya. Ia makan apa yang jatuh dari meja si kaya. Ia tidak membuka mulut, sepertinya tidak punya hak untuk berbicara, tetapi punya harapan bahwa si kaya akan berbelaskasihan padanya. Ia mengharapkan belaskasihan dari si kaya, tetapi sayang, si kaya tidak memberinya apa-apa. Si kaya tidak menghiraukan dia. Ia tidak peduli dengan keadaan si Lazarus.

Saudara-saudari... Ketidakpedulian inilah yang menjadi kekurangan si kaya. Ia memiliki banyak harta tetapi tidak punya perhatian akan orang yang menderita. Ia sudah diberkati Tuhan, diberi kesehatan dan mendapat rejeki yang baik. Sudah seharusnya ia membagi sedikit dari kebahagiannya dengan sesama sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan. Itulah dosa si kaya di mata Tuhan. Tidak membagi rejeki dengan orang sakit. Si kaya lupa akan tanggungjawabnya sebagai mahluk social. Sebagai mahluk sosial sudah seharusnya ia membantu. Dari segi ajaran agama, semua mahluk entah kaya atau miskin, adalah anak Allah. Sebagai anak-anak Allah si kaya juga punya kewajiban iman untuk membantu sesama yang menderita dan miskin.

Saudara-saudari... Si kaya sudah dikuasai oleh kekayaannya dan lupa bahwa Tuhan yang menciptakan dia tetap mengamati gerak gerik hidupnya. Rupanya sudah lama ia tidak mendengarkan ajaran para nabi dan para imam tentang tujuan hidup manusia di dunia ini dan ke mana manusia pergi sesudah kematian. Kekayaan duniawinya sudah menggelapi pikiran dan hatinya.
Di saat mengalami penderitaan dalam api neraka, barulah ia sadar akan kekurangannya. Karena itu ia meminta Bapa Abraham: “Suruhlah Lazarus ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” Tetapi kata Abraham: “Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi, baiklah mereka mendengarkan kesaksian mereka itu.” Jawab orang kaya: “Tidak Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.” Kata Abraham: “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit  dari antara orang mati.”

Saudara-saudari... Mungkin kadang kita berprilaku seperti orang kaya, yang tidak peduli dengan orang yang menderita dan merasa tidak bersalah sedikit pun. Mungkin kita merasa, bahwa kita tidak bersalah di saat kita berfoya-foya dengan hasil kerja keras kita, sementara di depan mata kita berbaring orang yang menderita, sakit dan tak berdaya. 

Hari ini Yesus mengingatkan kita, bahwa ketidak-pedulian kita akan kesengsaraan hidup sesame akan menghancurkan kehidupan jiwa kita di akhirat.

Marilah saudara-saudari... Hayatilah dan amalkan apa yang diajarkan Kristus hari ini. Bukalah mata hati iman kita dan layanilah sesama yang menderita, yang ada di depan mata fisik kita. Kekayaan kita adalah rejeki yang kita terima dari Tuhan. Bagikanlah sedikit rejeki itu dengan mereka yang sangat menderita. Dengan demikian jiwa kita pun akan bahagia dan selamat.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin.

Selasa, 19 Maret 2019

Siro Rabu, 20 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa Pekan Prapaskah II

Bacaan Injil
Mat 20:17-28

Yesus akan dijatuhi hukuman mati.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada waktu yesus akan pergi ke Yerusalem,
Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri
dan berkata kepada mereka,
"Sekarang kita pergi ke Yerusalem
dan Anak Manusia akan diserahkan
kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah,
supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan,
tetapi pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."

Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus
beserta anak-anaknya kepada Yesus,
lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.
Kata Yesus, "Apa yang kaukehendaki?"
Jawab ibu anak itu,
"Berilah perintah, supaya kedua anakku ini
kelak boleh duduk di dalam Kerajaan-Mu,
yang seorang di sebelah kanan-Mu
dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
Tetapi Yesus menjawab,
"Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta.
Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?"
Kata mereka kepada-Nya, "Kami dapat."
Yesus berkata kepada mereka,
"Cawan-Ku memang akan kamu minum,
tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku,
Aku tidak berhak memberikannya.
Itu akan diberikan kepada orang-orang
bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."

Mendengar itu,
marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata,
"Kamu tahu, bahwa pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi
dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya
dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu!
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hambamu.
Sama seperti Anak Manusia:
Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani,
dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                         
Rabu, 20 Maret 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Mengikuti Kristus Berarti Siap Menjadi Pelayan Sesama!                                           
Matius 20:17-28

Saudara-saudari ... Injil hari ini sangat menantang kita. Apa yang dibuat oleh ibu Yohanes dan Yakobus sesungguhnya mengingatkan kita akan kecendrungan manusiawi kita. Betapa sering pikiran dan perasaan kita melekat pada sesama yang sering kita layani. Kecendrungan manusiawi kita adalah kalau kita sudah berbuat baik kepada sesama, maka secara otomatis kita akan diperlakukan secara baik juga. Itulah kerangka pemikiran dan perasaan manusiawi kita.
Tetapi kerangka pemikiran Yesus Kristus sama sekali lain. Bagi-Nya tidak ada yang secara otomatis. Menurut Yesus Kristus, orang yang menentukan kedudukan manusia di saat kematian adalah Tuhan sendiri. Lewat Injil-Nya hari ini, Yesus berkata: “Hal duduk di sebelah kanan-Ku atau sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”
Siapakah orang-orang, yang baginya tempat itu sudah disiapkan oleh Bapa? Apakah itu termasuk kita-kita, para pengikut Yesus Kristus? Itu semua adalah rahasia Tuhan. Tetapi tugas kita adalah setia dan taat menjalankan tugas-Nya. Yang pasti bahwa Tuhan tetap membuka mata-Nya memandang kita. Dengan caranya, Ia akan mengganjari perbuatan baik kita.

Saudara-saudari... Apa sebenarnya yang mau disampaikan Yesus Kristus dalam hubungan dengan reaksi-Nya terhadap permintaan dari ibu Yohanes dan Yakobus? Yang mau disampaikan Yesus adalah soal motivasi dan tujuan pelayanan kita. Yesus Kristus mau mengingatkan para Rasul dan kita semua, bahwa apa pun bentuk atau seberapa pun kecilnya pelayanan kita kepada sesama kita, pelayanan kita harus selalu berorientasi pada kebaikan dan keselamatan orang lain. Motivasi pelayanan kita sesungguhnya adalah kebahagiaan dan keselamatan sesama, bukan keselamatan dan kebahagiaan diri sendiri.
Ibu Yohanes dan Yakobus meminta pada Yesus untuk memberi tempat yang layak kepada kedua anaknya sebagai imbalan karena mereka sudah mengikuti Yesus Kristus. Bagi Yesus, motivasi pelayanan seperti ini tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Pelayan yang baik menurut Yesus Kristus adalah orang yang memikirkan kebahagiaan dan keselamatan orang lain; orang yang mendahulukan orang lain dari pada dirinya sendiri.

Hari ini secara tegas Yesus Kristus ingatkan para murid-Nya dengan berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberi nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Mrilah kita bertanya diri: sebagai pengikut Kristus, apakah kita selalu siap menjadi pelayan untuk sesama kita? Apa motivasi pelayanan kita? Apakah pelayanan kita karena didorong oleh cinta agape yaitu melayani karena mau membuat sesama bahagia dan selamat atau melayani agar kita dilayani?

Bersama Bunda Maria kita berdoa memohon belaskasihan Tuhan, semoga motivasi pelayanan Kristus selalu menjadi inspirasi pelayanan kita dalam hidup harian kita. Amin.

Senin, 18 Maret 2019

Siro Selasa, 19 March 19


Bacaan Liturgi

HR S. Yusuf, Suami S.P. Maria

Bacaan Injil
Mat 1:16.18-21.24a

Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf, suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Sebelum Kristus lahir, Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf. sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.

Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati,dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maria akan melahirkan anak laki-laki, dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu  kepadanya.

Demikianlah Injil Tuhan.

======================
SIRAMAN ROHANI
Selasa, 19 Maret 2019                                                                                                                              RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Setia Dan Taat Pada Perintah Tuhan!                                                                              
Matius 1:16. 18-21.24a

Saudara-saudari.... Hari ini kita merayakan Pesta Santo Yusuf, Suami Maria. Santo Yosef berasal dari keturunan Daud, anak Abraham. Injil katakan bahwa ia adalah seorang yang tulus hatinya dan selalu sensitip mendengarkan suara Tuhan. Bukti dari ketulusan hati dan kesetiaannya dapat kita simak dari beberapa pernyataan Kitab Suci: 1) Sewaktu ia menemukan Maria sudah mengandung, ia tidak menggembar-gemborkan keadaan Maria kepada orang lain; Ia tidak mau mencemarkan nama Maria di depan umum. Ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam, tetapi maksudnya ini dipertimbangkannya dengan matang. (Mt 1:19). 2) Kesetiaannya mendengarkan bisikan Tuhan dan menjalankan perintah Tuhan. Injil katakan bahwa Malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.”  Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. (Mt 1:20) 3) Kita ingat waktu orang-orang majus berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfiman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” Yusuf bangun, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir. (Mt 2:13) 4) Kemudian waktu Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir katanya: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibunya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.”  Yusuf  bangun, diambilnya Anak itu serta ibunya dan pergi ke tanak Israel. (Mt 2: 20-21)

Sebagai warga masyarakat, Yusuf taat pada hukum dan tradisi agama Yahudi. Ia pergi ke Betlehem ketika kaisar Agustus mengumumkan sensus. Ia beserta keluarganya juga rutin berziarah tahunan ke Yerusalem.
Yusuf  sangat tabah menghadapi kesulitan. Ketika Maria mau melahirkan dan tidak mendapat tempat yang layak, Yusuf tetap menjadi pendamping yang setia bagi Maria. Begitu pula sewaktu Yesus hilang di Yerusalem, Yusuf dengan setia dan penuh tanggungjawab mencarinya selama tiga hari sampai diketemukannya dalam Bait Suci di Yerusalem. Ia seorang bapa yang sangat bertanggungjawab akan kehidupan keluarganya. Dengan talenta khusus sebagai Tukang kayu, ia bekerja keras dari usahanya agar bisa menghidupi Yesus dan Maria.
Dari kesaksian hidup dan kesetiaannya kepada Tuhan layaklah Santo Yusuf diangkat sebagai pelindung Gereja serta teladan para bapa keluarga dan para pekerja.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita selalu taat dan setia pada perintah Tuhan? Apakah kita selalu menjaga tradisi Gereja dan ajaran Agama kita?

Marilah saudara-saudari.... Belajarlah dari St. Yusuf untuk selalu sensitip mendengarkan bisikan suara Tuhan dan tekunlah melaksanakan perintahNya; hargailah adat istiadat dan budaya kita masing-masing, dan tabahlah selalu dalam menghadapi kesulitan. Ketaatan dan kesetiaan St. Yusuf sudah mendatangkan kedamaian dan ketentraman dalam hatinya.

Kita memohon St. Yusuf untuk mendoakan kita agar kita pun selalu taat dan setia pada perintah Tuhan agar dengan demikian kita pun boleh mengalami kedamaian dan ketentraman dalam hidup kita.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen.