Kamis, 28 Februari 2019

Siro Jumat, 01 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Bacaan Injil Mrk 10:1-12

Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan. di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, "Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?"Tetapi Yesus menjawab kepada mereka, "Apa perintah Musa kepada kamu?"Mereka menjawab, "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."

Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu.Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia."

Setelah mereka tiba di rumah, para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                
 Jumat, 01 Maret 2019                                                                                                                           
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Iman Akan Kristus Memampukan Kita Agar Tetap Setia Dalam Panggilan!
                                                                                                                                     
Markus 10: 1 - 12

Saudara-saudari... Beberapa hari lalu saya dapat kiriman satu lagu. Lagunya sungguh menggambarkan apa yang sedang terjadi di jaman kita. Satu ungkapan realita dalam kehidupan iman kita. Inilah lirik lagunya:
   
Kebaktian mulai jam sembilan;    Kamu selalu tlat setengah jam;     lalu kamu bilang yang terbaik sudah kau berikan; mikir – mikir.

Pas giliran kasih persembahan;     Kamu selalu kasih recehan Lalu kamu bilang, kamu selalu korban buat Tuhan; Mikir-mikir. Kok omongan gak sesuai kelakuan; Sama Tuhan jangan suka kasih sembarangan; Sama Tuhan jagalah kelakuan; Kalau gak namanya Kristen gadungan; Pendeta lagi sharing Firman; Kamu malah sibuk whatsappan; Lalu kamu bilang, kamu cinta banget kebenaran; Mikir- mikir
Setiap bubaran kebaktian; Kamu selalu ngacir duluan; Lalu kamu bilang, kamu cinta keluarga Tuhan
Mikir – mikir;  Kok ngomongan gak sesuai kelakuan.

Penyanyi lagu ini mengajak kita untuk merenungkan sikap dan tingkah laku kita terhadap Tuhan dan bagaimana penghayatan dan pengamalan iman kita.
Saudara-saudari... Injil hari ini mengundang kita untuk merenungkan panggilan hidup kita. Kita semua sudah dipanggil untuk menjalankan tugas tertentu sesuai dengan profesi kita masing-masing. Ada yang dipanggil untuk menjadi rohaniwan/wati dan yang lain dipanggil untuk menjadi keluarga untuk meneruskan karya ciptaan Tuhan, meneruskan keturunan.
Pertanyaannya adalah apakah kita tetap setia dan tetap bertanggungjawab akan panggilan kita? Apakah kehendak Dia, yang memanggil kita tetap dan selalu diprioritaskan atau kita prioritaskan kehendak diri kita sendiri?

Dalam menjalankan panggilan Tuhan, pasti kita selalu menghadapi  macam-macam situasi, ada yang menyenangkan dan ada yang menyakitkan. Di saat kita berhadapan dengan situasi yang menyakitkan ke manakah kita mencari bantuan? Apakah kita meminta bantuan sesama? Apakah kita kembali kepada Dia yang memanggil kita?

Saudara-saudari....  Tuhan memanggil kita karena Ia membutuhkan kita. Di saat Dia memanggil dan mengutus kita, Dia juga selalu mendapingi kita. Dia sendiri sudah berjanji bahwa Dia selalu menyertai kita untuk selama-lamanya. Tantangan dalam tugas itu biasa. Tetapi bagaimana sikap kita menghadapi tantangan itu yang mungkin perlu dipertanyaankan. Seorang kristen sejati berkata: dalam menghadapi tantangan manfaatkanlah iman dan pikiran. Manfaatkanlah pengetahuan yang sudah kita pelajari dan selebihnya undanglah Tuhan untuk membereskannya. Bukankah Tuhan adalah sumber segala sesuatu?
Kesetiaan kita pada Tuhan pasti akan selalu bersemi, kalau iman dan harapan kita tetap kita jaga dengan baik.
Kita berdoa semoga Tuhan senantiasa menguatkan iman kita agar kita tetap setia pada panggilan-Nya.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Rabu, 27 Februari 2019

Siro Kamis, 28 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Bacaan Injil
Mrk 9:41-50

Lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan kedua belah tangan masuk dalam api yang tak terpadamkan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir oleh karena kalian adalah pengikut Kristus,  ia tidak akan kehilangan ganjarannya.

Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya  lalu ia dibuang ke dalam laut.

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan utuh kedua belah tangan masuk dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kaki menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tak pernah padam.

Sebab setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik! Tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kalian akan mengasinkannya? Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Kamis, 28 Februari 2019                                                                                                                   
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Siapa Yang Membantu Pelayan Tuhan, Ia Tidak Akan Kehilangan Upahnya!
                                                                                                                                    
Markus 9: 41 - 50

Saudara-saudari... Seorang teman dengan polos katakan: “Tuhan itu selalu baik. Setiap kali saya memberi bantuan untuk Gereja, sesudahnya saya selalu mendapat berkat. Saya tidak pernah merasa kehilangan karena memberi, tetapi sebaliknya pemberian saya selalu dibalasnya dengan berlipat ganda.”  Satu kali, sewaktu teman ini mau bepergian jauh, tiba-tiba dia disapa oleh dua tamu di depan rumahnya. Kedua tamu ini memperkenalkan diri mereka. Mereka membutuh dana untuk pembangunan gedung gereja. Bathin teman saya sungguh sangat terganggu. Selagi dia galau tiba-tiba ada suara yang sangat kuat dari dalam dirinya: “Bantulah mereka!” Kemudian dia berkata kepada  mereka, katanya: “Sesudah dua minggu kamu datang lagi  ya. Saya lagi buru-buru ke Bandara, mau bepergian jauh.” Sesudah dua minggu mereka datang lagi dan teman saya memberikan bantuan sesuai dengan permintaan mereka. Dan apa yang terjadi sebulan kemudian? Dia mendapat berkat yang sungguh diluar dugaannya. Tuhan itu sungguh baik. Tuhan selalu memperhatikan mereka yang murah hati dan berbelaskasihan kepada sesama yang membutuhkan.

Saudara-saudari... Hari ini, Yesus berkata: “Barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.” Tuhan sungguh sangat menghargai bantuan kita untuk para pelayanan-Nya. Barangsiapa membantu para pelayan Gereja, itu berarti mereka turut bekerjasama dengan para pelayannya dalam karya Misi Kristus. Secangkir air yang diberikan kepada pelayan Kristus, sudah diperhitungkan oleh Yesus Kristus. Bagi Yesus, segala perbuatan baik kita patut mendapat upahnya.

Saudara-saudari...sekedar membagi pengalaman hidup. Setiap kali kami, biarawan dan biarawati mendapat intensi doa dari siapa saja, kami selalu membawanya dalam doa komunitas atau doa pribadi, intensi itu juga dipersembahkan dalam misa, entah secara komunitas atau secara ribadi. Saya selalu percaya bahwa doa dan korban Kristus yang kita persembahkan dalam Misa selalu dikabulkan Tuhan.  Tuhan selalu mengabulkan doa umat-Nya yang dengan setia menjalankan misi-Nya. Tanpa misonaris atau pelayan Sabda siapakah yang melanjutkan karya misi-Nya?

Marilah saudara-saudari... kita bergandengan tangan membantu sesama, secara khusus para misionaris atau hamba-hamba Tuhan di mana saja mereka bekerja. Bantuan-mu selalu diperhitungkan Tuhan.

Kita berdoa semoga Tuhan senantiasa memberkati saudara-saudari yang selalu murah hati kepada sesama dan kepada para pelayan Tuhan.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita semua. Amen!

Selasa, 26 Februari 2019

Siro Rabu, Rabu 27 Feb 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Bacaan Injil
Mrk 9:38-40

Barangsiapa tidak menentang kalian, memihak kalian.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita,  mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi Yesus berkata,  "Jangan kalian cegah dia!  Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita."

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Rabu, 27 Februari 2019                                                                                                                     
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Barangsiapa Tidak Melawan Kita, Ia Di pihak Kita!
                                                                                                                                
Markus 9: 38 - 40

Saudara-saudari...  Kristus datang untuk menyelamatkan semua orang, bukan hanya untuk sekelompok orang. Semua bangsa diharapkan menerima Dia. Tetapi pada kenyataannya ada yang menerima Dia dan ada yang menolak Dia. Mereka yang menerima Dia juga bermacam-macam: ada yang menganggap diri bahwa hanya mereka adalah kelompok yang paling benar di hadapan Yesus, sementara kelompok lain tidak benar. Praktek kehidupan ini bukan hanya terjadi di jaman kita sekarang tetapi sesungguhnya sudah ada di jaman Yesus.
Waktu Yesus datang ke dunia ini, di saat ia lahir di tengah dunia sudah ada orang yang menolak-Nya dan mau membunuh-Nya, tetapi ada juga yang menerima Dia. Di saat Ia tampil di depan umum, ada yang dengan penuh entusias menyambutnya dan mengikuti Dia, tetapi ada juga yang menolak Dia sampai pada akhirnya membunuh Dia.

Hari ini, Injil menceriterakan kepada kita bahwa para murid Yesus, yang selalu bersama Dia, menyaksikan bahwa ada orang yang mengusir setan demi nama Kristus. Mereka cegah orang itu, karena orang itu bukan pengikut Yesus. Para murid Yesus menganggap diri bahwa hanya merekalah orang kepunyaan Yesus, sementara di luar mereka adalah bukan kepunyaan Yesus. Konsep pemikiran ini sungguh salah menurut Yesus. Karena itu Yesus berkata kepada mereka: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita!”

Saudara-saudari...sesungguhnya kasih Allah itu bersifat universal. Kasih Allah itu terbuka kepada semua umat manusia di dunia ini. Barangsiapa selalu mengasihi sesama dan menghormati sesama, orang itu sesungguhnya diinspirasi oleh Roh Tuhan. Roh Tuhan pada dasarnya selalu membimbing seseorang pada jalan yang benar dan selalu mendorong orang untuk melakukan yang benar.

Sebelum konsili Vatikan kedua, dalam gereja ada pernyataan: Di luar Gereja tidak ada keselamatan. Itu berarti hanya anggota Gereja saja yang alami keselamatan. Pendapat ini sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Sesudah Konisli Vatikan kedua konsep lama ini diganti dengan satu pernyataan baru, bahwa dalam diri seseorang bibit keselamatan sudah ada karena setiap manusia diciptakan oleh Allah yang sama. Bagaimana bibit keselamatan ini bertumbuh dan berkembang  itu tergantung dari usaha setiap pribadi. Kalau orang selalu memperomosikan kebaikan, kasih dan perdamaian itu berarti bibit keselamatan itu berkembang baik dalam dirinya. Tetapi sebaliknya kalau bibit keselamatan ini tidak tumbuh dan berkembang sesuai dengan hakekatnya itu berarti jiwa orangnya sudah ditindas dan dikuasai setan. Pekerjaan Setan adalah selalu mau mengalihkan perhatian orang kepada dia, bukannya kepada Tuhan. 

Marilah saudara-saudari.... Sebagai pengikut Kristus kita sudah seharusnya selalu rendah hati dan siap bekerja sama dengan sesama yang selalu promosikan kebaikan, kasih dan perdamaian dalam hidup bersama. Perbuatan baik mereka sesungguhnya berakar pada kehendak Tuhan. Jadi mereka selalu ada di pihak kita.

Berdoalah bagi mereka yang selalu promosikan kejahatan, perpecahan dan kematian. Perbuatan orang-orang ini sesungguhnya datang dari Setan.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Senin, 25 Februari 2019

Siro, Selasa, 226 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Bacaan Injil
Mrk 9:30-37

Barangsiapa ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea.Yesus tidak mau hal itu diketahui orang,  sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit." Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus.Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Ketika sudah berada di rumahYesus bertanya kepada para murid itu, "Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?" Tetapi mereka diam saja, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya."

Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, "Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Selasa, 26 Februari 2019                                                                                                                         
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Pemimpin Yang Rendah Hati Dan Siap Melayani!
                                                                                                                                  
Markus 9: 30 - 37

Saudara-saudari... Pemimpin yang rendah hati dan selalu siap melayani masyarakat selalu dipandang sebagai pemimpin yang sangat efektip dalam masyarakat. Di jaman sekarang, masyarakat sangat jeli melihat siapa pemimpin yang rendah hati dan siap melayani, dan siapa pemimpin yang sombong dan yang lebih senang ngomong daripada bekerja melayani masyarakat yang dipimpinnya. Pada umumnya masyarakat sangat senang mendengarkan pemimpin yang rendah hati dan suka melayani daripada pemimpin yang mengambil jarak, mengumbar janji palsu dan senang berbicara. Betapa sering terjadi dalam masayarkat, bahwa karena kecemburuan sosial, maka di antara para pemimpin ada yang saling potong dan mewartakan berita buruk akan pemimpin yang rendah hati dan yang suka melayani, agar dibenci oleh masayarakat. Kadang pemimpin yang rakus akan harta ini dengan segala cara mau menjatuhkan pemimpin yang baik hati dan disenangi oleh banyak masyarakat. Kadang mereka menyewa orang lain untuk menjatuhkan pemimpin yang baik. Dengan bertingkah seperti ini, sesungguhnya mereka menelanjangkan diri bahwa mereka bukanlah pemimpin yang efektip.

Pemimpin yang efektip adalah pemimpin yang selalu menjadi panutan masayarakat; pemimpin yang selalu ada di tengah, di belakang dan di depan masayarakat. Orang yang selalu menjadi pendorong dan pemberi inspirasi. Pemipin seperti inilah yang selalu didambakan oleh Yesus Kristus.

Saudara-saudari... Hari ini Yesus berkata: “Jika seorang ingin menjadi terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”  Secara tidak langsung Yesus mau mengajarkan, bahwa dengan menunjukkan sikap seperti ini, maka kepribadian pemimpin ini akan cepat dikenal dan disayangi oleh masayarkat. Semakin dikenal dan disenangi banyak orang, maka dengan sendirinya orangnya akan selalu dijadikan tokoh teladan bagi banyak orang. Kalau sudah menjadi tokoh teladan, maka ia dengan sendirinya menjadi orang nomor satu, orang yang terdahulu. Menurut Yesus, itulah buah dari sikap rendah hati dan siap melayani dari seorang pemimpin yang efektip.

Marilah saudara-saudari...promosikanlah selalu sikap rendah hati dan siap melayani, entah sebagai pemimpin atau sebagai masyarakat biasa.

Di negara kita saat ini pasti kita bisa lihat siapa-siapa saja yang tergolong pemimpin yang rendah hati dan siap melayani dan siapa-siapa saja pemimpin yang tong kosong nyaring bunyinya, tetapi selalu menyebarkan berita palsu tentang kepemimpinan dari pemimpin yang baik. 

Kita berdoa semoga Tuhan selalu menggerakkan hati dan pikiran kita agar dalam Pemilu nanti kita memilih pemimpin yang jujur, rendah hati dan selalu mengutamakan kepentingan masayarakat.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Minggu, 24 Februari 2019

Siro Senin, 25 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VII

Bacaan Injil
Mrk 9:14-29

Aku percaya, ya Tuhan!  Tolonglah aku yang kurang percaya ini.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes,turun dari gunung, lalu kembali pada murid-murid lain. Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan  sesuatu dengan mereka. Ketika melihat Yesus, orang banyak itu tercengang-cengang semua dan bergegas menyambut Dia. Yesus lalu bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?" Kata seorang dari orang banyak itu, "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mukarena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah. Lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan, dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat."

Maka kata Yesus kepada mereka, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Lalu mereka membawanya kepada Yesus. Dan ketika roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.

Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu,"Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya, "Sejak masa kecilnya!Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api atau ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu, jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Jawab Yesus, "Katamu, 'jika Engkau dapat?' Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" Segera ayah anak itu berteriak. "Aku percaya! Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" Ketika Yesus melihat makin banyak orang yang datang berkerumun, Yesus menegur roh jahat itu dengan keras, kata-Nya, "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau:Keluarlah dari anak ini, dan jangan memasukinya lagi!" Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya  seperti orang mati, sehingga banyak orang mengatakan, "Ia sudah mati." Tetapi Yesus memegang tangannya dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.

Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?" Jawab Yesus, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                   
Senin, 25 Februari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Tidak Ada Yang Mustahil Bagi Orang Yang Percaya Pada Tuhan!
                                                                                                                                  
Markus 9: 14 - 29

Saudara-saudari....Kisah penyembuhan orang yang kerasukan setan hari ini sangat menarik. Orangtua dari anak yang kerasukan setan membawa anaknya, yang sakit kepada murid-murid Yesus tetapi mereka tidak bisa menyembuhkannya.
Pertanyaan kita: Mengapa para murid Yesus tidak bisa menyembuhkannya? Menurut Yesus, rahasianya ada pada ketergantungan dan keterbukaan manusia pada Tuhan. Apakah orangnya selalu menjalin relasi yang intim dengan Tuhan dan selalu bergantung pada-Nya? Karena kalau hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, maka usaha mengusir setan tidak mungkin akan terjadi.  Setan pada dasarnya tidak bisa dikalahkan oleh manusia. Tetapi berkat bantuan dan kekuatan kuasa Tuhan, setan bisa dikeluarkan dari diri manusia. Yesus dalam Injil hari ini katakan kepada para murid-Nya: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa!” 

Berdoa berarti berkomunikasi dengan Tuhan; mendekatkan diri dengan Tuhan; menyerahkan diri dan merasa bergantung pada Tuhan. Dalam berdoa kita menyampaikan apa saja kepada Tuhan dan meminta apa saja yang kita butuhkan. Doa orang benar, yang sangat percaya kepada kuasa Tuhan, pasti selalu didengarkan Tuhan. Kalau kita meminta Tuhan untuk mengusir roh jahat dari dalam diri seseorang, maka kuasa Tuhan, yang ada dalam diri orang yang mendoakan orang sakit, dapat mengusir dan menyembuhkan orang yang kerasukan setan itu.

Para murid Yesus tidak bisa mengusir setan itu, karena mereka tidak meminta bantuan Tuhan untuk mengusirnya. Mereka hanya mengandalkan kemampuan mereka sendiri. Mereka berpikir, bahwa dengan kemampuan diri sendiri mereka bisa mengusir setan. Sadar akan kesombongan dan kekurangan mereka, maka Yesus dengan tegas berkata kepada mereka: “Hai kamu yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu kemari!” Lewat pernyataan ini Yesus mau ingatkan para hadirin termasuk para murid-Nya, supaya selalu teguh dalam iman dan selalu memanggil dan melibatkan Tuhan dalam situasi apa saja, lebih khusus lagi dalam berhadapan dengan setan.

Setan pada dasarnya selalu takluk kepada Tuhan. Karena itu, manusia harus selalu kembali kepada Tuhan dan memohon bantuan Tuhan untuk mengusir setan. Hal itu hanya bisa terjadi kalau kita selalu rajin berdoa.

Saudara-saudari... Bagi orang yang percaya segala sesuatu selalu mungkin terjadi. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya pada Tuhan.

Kita berdoa, semoga Tuhan selalu menguatkan iman kita dan mendorong kita untuk selalu fokus pada-Nya dan selalu merasa bergantung pada-Nya.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Siro Minggu, 24 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Minggu Biasa VII

Bacaan Injil
Luk 6:27-38

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
 
Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
 
Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
 
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

Demikianlah Injil Tuhan
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                               
Minggu, 24 Februari 2019                                                                                                                   
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kasihilah Musuh-mu!
                                                                                                                                      
Lukas 6: 27 - 38

Saudara-saudari... Saya yakin kita semua tahu apa perbedaan orang kudus dan orang jahat. Orang kudus selama hidupnya selalu siap mengampuni orang yang bersalah kepadanya dan selalu siap melayani sesama; dia selalu mendoakan orang yang menyengsarakan dia. Sementara penjahat selalu menyakiti hati sesama dan malah membunuh orang yang tidak bersalah. Orang kudus selalu berbuat yang lebih positip, sementara penjahat selalu berbuat yang lebih negatip. Orang kudus sangat menghargai hak setiap orang dan menjunjung tinggi kepentingan umum, sementara penjahat sangat mementingkan kepentingan dirinya sendiri dan kelompoknya. Orang kudus selalu menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dengan sangat baik, sementara penjahat, kemauan dan kehendak diri sendiri selalu menjadi prioritas utama.

Saudara-saudari.... Hari ini  Yesus berkata kepada murid-Nya: “Dengarkanlah perkataan-Ku: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.” 

Bagi orang yang tidak mengakui Kristus, ajaran dan perintah ini mungkin dianggap sebagai satu ajaran yang bertentangan dengan hukum alam. Karena menurut hukum alam, setiap pribadi punya kecendrungan untuk membela diri, melawan atau menolak apa yang tidak dikehendakinya. Tetapi bagi orang Kristen, pengikut Kristus, justru ajaran ini selalu menjadi prioritas, inspirasi hidup, yang membuatnya menjadi pribadi yang unik.

Mengasihi musuh sesungguhnya bukanlah keluar dari satu kecendrungan alamiah manusia, tetapi satu perbuatan yang keluar dari satu kehendak, yang didorong oleh satu ajaran yang sangat mulia. Ajaran itu datangnya dari Tuhan sendiri, yaitu dari Yesus Kristus. Dia sendirilah yang mengajarkannya dan Dia sendiri sudah menjalankannya demi keselamatan manusia. Di mata dunia, perbuatan ini mungkin dianggap sebagai satu perbuatan bodoh, tetapi di mata Tuhan perbuatan ini justru mendatangkan kenyamanan dan menghasilkan buah berlimpah. Kejahatan melawan kejahatan selalu menghasikan lebih banyak kejahatan dan bencana buruk. Tetapi kasih sayang melawan kejahatan akan menghasilkan perdamaian. Sungguh satu tantangan bagi kita para pengikut Kristus. Tetapi selama kita bersama Kristus, maka kita pasti selalu bisa menjalankan perintah dan ajaran-Nya dengan baik.

Karena itu saya mengajak kita semua dan Bunda Maria untuk berdoa: Tuhan, jangan biarkan kami hidup dalam rasa dendam dan benci, tetapi sebaliknya selalu didorong untuk menaruh belaskasihan kepada orang yang melakukan kejahatan dan mendoakan mereka, karena kami sungguh percaya bahwa hidup kami bersumber pada kasih-Mu dan kasih itulah yang harus kami tunjukkan kepada mereka. Doa ini kami sampaikan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amen!

Jumat, 22 Februari 2019

Siro Sabtu, 23 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VI
PW S. Polikarpus, Uskup dan Martir

Bacaan Injil Mrk 9:2-13 
Yesus berubah rupa di depan para rasul.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja.  Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat.  Tidak ada seorang pun di dunia ini
yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus.

Lalu Petrus berkata kepada Yesus, "Rabi, betapa bahagianya kami berada di sini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.

Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara, "Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling mereka tidak lagi melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri.

Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan 'bangkit dari antara orang mati.' Lalu mereka bertanya kepada Yesus, "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?"

Yesus menjawab, "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Tetapi bagaimanakah halnya dengan Anak Manusia? Bagaimana tertulis bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu, Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang tertulis tentang dia."

Demikianlah Injil Tuhan.

=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                   
Sabtu, 23 Februari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Penderitaan Dan Kemuliaan Menyatu Dalam Diri Kristus!                                  
Markus 9: 2 - 13

Saudara-saudari.... Dua hari berturut- turut, hari Kamis dan Jumat, kita mendengar bahwa Yesus bertanya kepada para murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Para murid memberi jawaban: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, dan ada pula yang mengatakan Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Kemudian Ia bertanya kepada murid-Nya: “Apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Sungguh Yesus adalah Mesias, Kristus!

Dalam Injil Markus 8: 27 – 33, sesudah Petrus mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Yesus menceriterakan kepada para murid-Nya, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Dalam perikop yang sama, kita lihat situasi hidup Yesus. Yesus yang mulia dan yang menderita.

Injil hari ini menceriterakan kemuliaan Yesus. Kemuliaan Yesus disaksikan oleh para rasul di gunung yang tinggi. Bahwa Yesus berubah rupa di depan mata ketiga rasul, pakaiannya sangat putih berkilat-kilat. Nampak kepada mereka, Elia bersama Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Para murid sudah menyaksikan sendiri, bahwa Yesus adalah Mesias. Pernyataan Petrus sudah terbukti lewat penampakan yang terjadi di gunung dan diteguhkan lagi dengan suara yang keluar dari dalam awan, bunyinya: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”  Itulah kemuliaan Tuhan yang sudah secara langsung dialami oleh para Rasul.
Kemudian sewaktu mereka turun dari gunung Yesus mengingatkan supaya jangan menceriterakan kepada orang apa yang mereka lihat itu, sebelum Anak manusia bangkit dari antara orang mati. Peringatan ini secara tidak langsung Yesus mau ingatkan para Rasul, bahwa sebentar lagi Ia akan menghadapi penderitaan. Ia akan disengsarakan, disalibkan dan dibunuh lalu mati di kayu salib. Mesias harus menderita. Mesias menyelamatkan manusia lewat penderitaan. Jadi penderitaan dan kemuliaan menyatu dalam diri Yesus Kristus selama Dia hidup di dunia ini.

Saudara-saudari... Sebagai pengikut Kristus, kepada kita sudah diingatkan oleh Yesus. Kata-Nya: “Barangsiapa mau mengikuti Aku, dia harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya lalu mengikuti Aku.” Itu berarti kita juga harus selalu siap sedia untuk menderita demi Kristus. Yang pasti di balik penderitaan akan ada kebahagiaan kekal.

Marilah saudara-saudari...  Kita berdoa semoga Tuhan selalu memberi kita kekuatan dan kesabaran agar kita sanggup menerima apapun yang terjadi ke atas kita demi iman akan Kristus.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Kamis, 21 Februari 2019

Siro Jumat, 22 February 19


Bacaan Liturgi

Pesta Takhta S. Petrus, Rasul

Bacaan Injil
Mat 16:13-19

Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"Jawab mereka, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."

Lalu Yesus bertanya kepada mereka, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"Maka jawab Simon Petrus, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"Kata Yesus kepadanya, "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga.Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Jumat, 22 Februari 2019                                                                                                                     
RP Fredy Jehadin SVD

Tema: Menerima Tugas Berarti Siap Menjalankan Tanggungjawab!
                                                                                                                                      
Matius 16: 13 - 19

Saudara-saudari...  Hari ini kita merayakan Pesta Tahta St. Petrus. Santu Petrus dipuji oleh Yesus Kristus karena dia memberi satu jawaban yang tepat sewaktu Yesus bertanya: “Siapakah Anak Manusia menurut kamu?” Petrus, yang sudah dipenuhi oleh Roh Kudus menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Mendengar pernyataan Petrus, Yesus dengan senang hati berkata kepada-nya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu melainkan Bapa-Ku yang di Sorga.” Dari pernyataan Yesus ini kita bisa tahu akan keterbukaan Petrus kepada Roh Kudus. Dia membiarkan Roh Kudus berkata-kata lewat mulutnya.  Ia membiarkan mulutnya jadi saluran suara Roh Kudus. Dia tidak membiarkan Roh Kudus terperangkap dalam dirinya, tetapi membiarkan Roh Kudus bersuara lewat mulutnya. Karena iman dan keterbukaannya kepada Roh Kudus, maka selanjutnya Yesus berkata kepadanya: “Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Yesus sungguh percaya akan keteguhan iman Petrus. Yesus sungguh percaya, bahwa dibawa kepemimpian Petrus jemaat Yesus akan tetap berkembang, tidak akan binasa.  Karena keteguhan dan kekuatan iman Petrus, Yesus menyerahkan kunci Kerajaan Sorga kepadanya. Kepada Petrus, Yesus berkata: “Kepadamu akan kuberikan kunci Kerajaan Sorga: Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga!”
Memberi kunci berarti memberi otorita, kuasa penuh untuk menjaga dan melayani. Dari saat itu Petrus menjadi pemimpin para Rasul sampai dia mati di kayu salib. Kuasa dan tugas yang diterimanya dari Yesus bukanlah satu simbol kemegahan yang membuatnya sombong, tetapi satu tugas pelayanan yang sangat besar tanggungjawabnya. Kekuasaan yang diterima Petrus dari Yesus adalah sebuah perutusan. Karena sebuah perutusan, maka dia harus menjalankannya dengan penuh tanggungjawab sampai dia mati di salib.
Kini kekuasaan dan tanggungjawab mewartakan Kerajaan Allah itu diteruskan oleh pengganti Petrus, yaitu Paus, para uskup dan semua pengikut Kristus. Jadi kita semua, para pengikut Kristus dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di mana saja kita berada dan apa pun profesi kita.
Karena itu kita memohon bantuan St. Petrus untuk mendoakan kita, agar iman kita selalu diteguhkan dan jiwa kita selalu dipenuhi Roh Kudus.

Kita juga memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Rabu, 20 Februari 2019

Siro Kamis, 21 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VI
PF S. Petrus Damianus, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil Mrk 8:27-33
Engkaulah Kristus Anak Manusia harus menderita banyak.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hariYesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?"

Para murid menjawab, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."

Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?" Maka Petrus menjawab, "Engkaulah Mesias!"Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia.Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang.

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya.Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya, "Enyahlah Iblis! Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Kamis, 21 Februari 2019                                                                                                                     
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Siap Sedia Menerima Kehendak Tuhan Apapun Bentuknya!
                                                                                                                                  
Markus 8: 27 - 33

Saudara-saudari... Hari ini kita mendengar bahwa Yesus bertanya kepada para murid-Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.”  Mengapa orang memberi jawaban berbeda tentang Yesus? Alasannya karena mereka tidak mengenalnya secara mendalam. Mereka hanya bertemu dan melihat sebentar saja. Mereka memberi jawaban sesuai dengan kesan mereka. Mungkin ada yang pernah menyaksikan gaya hidup Yohanes Pembaptis? Mungkin ada yang pernah membaca tentang Nabi Elia, dan menyangka bahwa kini Elia hidup kembali.
Betapa sering kita juga bersikap seperti orang-orang ini. Tanpa mengetahui secara mendalam tentang seseorang, kita melebelnya sesuai dengan kesan dan prasangka kita. Dan betapa sering prasangka dan lebel kita melenceng dari kenyataan yang sesungguhnya.

Para Rasul, yang diwakili oleh Simon Petrus, memberi jawaban yang benar siapakah Yesus Kristus menurut mereka. Dia adalah Kristus, Mesias! Mereka tahu dengan baik, karena mereka selalu hidup bersama Dia, makan dan selalu mendengarkan Dia. Yesus bangga karena para Rasul-Nya memberi jawaban yang sangat tepat. Dia melarang mereka supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia.

Sewaktu Yesus menceriterakan bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepada dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari, Petrus langsung menarik-Nya kesamping dan mengor Dia. Mengapa Petrus bersikap demikian? Apa alasan Petrus sampai dia menarik Yesus dan menegornya? Petrus dan para Rasul sama-sekali tidak setuju dengan apa yang dikatakan Yesus. Bagi mereka, Mesias tidak mungkin mengalami perlakuan demikian. Mesias yang penuh kuasa tidak mungkin akan disengsarakan, dibunuh oleh siapa-siapa-pun di dunia ini. Petrus dan para Rasul tidak tahu apa kehendak dan rencana Tuhan atas Yesus Kristus. Dari sudut manusia, sepertinya perbuatan Petrus adalah benar, tetapi menurut kaca mata Tuhan, apa yang akan dilalui Yesus adalah benar sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Karena itu, Yesus marah dan berkata kepada Petrus, katanya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Yesus mau mengingatkan para Rasul-Nya, bahwa untuk menyelamatkan manusia, Anak Manusia harus menderita dan mati di kayu salib. Dan itulah kehendak dan rencana Bapa-Nya. Menghalangi kehendak Bapa adalah satu pelanggaran yang bertentangan dengan rencana Tuhan.
 Saudara-saudari.... Mungkin sikap Petrus kadang kita jalankan dalam hidup harian kita. Kita hanya melihat dari sudah kepentingan kita, tanpa melihat dari kepentingan Tuhan. Mungkin terkadang kita begitu cepat bereaksi mengikuti pikiran manusiawi kita, sementara kehendak dan rencana Tuhan tidak kita pikirkan.

Karena itu marilah kita berdoa, memohon bantuan Tuhan, semoga Dia selalu menerangi pikiran dan hati kita agar kita selalu siap sedia menerima kehendak dan rencana Tuhan apa pun bentuknya, dan memberi kita kekuatan dan kesabaraan untuk menanggung penderitaan yang kita lalui kalau memang itu adalah kehendak dan rencana Tuhan.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Siro Rabu, 20 Jan 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VI

Bacaan Injil Mrk 8:22-26

Si buta itu sembuh,  dan dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia.Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya.Ia bertanya, "Sudahkah kaulihat sesuatu?"Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, "Aku melihat orang! Kulihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan."Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu.Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.

Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya  dan berkata, "Jangan masuk ke kampung!"

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                   
Rabu, 20 Februari 2019                                                                                                                      
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Untuk Bisa Melihat Tuhan Butuh Proses!
                                                                                                                                   
Markus 8: 22 - 26

Saudara-saudari... Kisah Injil hari ini sangat menarik. Alur ceritera penyembuhan mata orang buta sama seperti kisah penyembuhan telinga orang tuli dan bisu. Bahwa orang buta ini dibawa oleh orang lain ke Yesus. Dia butuh bantuan sesama agar bisa bertemu Yesus. Orang yang membantunya memohon agar Yesus Kristus menjamah dia. Yesus menerimanya. Dia memegang tangan orang buta itu dan membawanya keluar dari kampung. Apa pesan di balik kisah sederhana ini?
Yesus mau mengajak kita agar kita yang sudah mengenal Kristus, sudah seharusnya membawa mereka yang “buta”, yang belum mengenal Kristus. Bawalah mereka kepada Kristus dan ajaklah Kristus, yang kita kenal, yang kita percaya akan kekuasaannya untuk menjamah mereka yang belum mengenal Kristus, atau mereka yang mata hatinya sudah buta karena dosa. Yesus mahacinta dan mahakasih selalu siap menyambut kedatangan kita dan selalu dengan tulus dan penuh cinta menjamah orang yang membutuhkan pertolongan. Dia akan langsung memegang tangan orang yang membutuhkan pertolongan, memberinya kekuatan. Memegang tangan seseorang berarti mau menyatu dan merasa solider dengan orang itu, sekaligus mentransfer energi kepada sesama. Yesus yang punya kuasa, di saat memegang tangan orang buta, pada saat itu juga, Ia mentransfer positip energi kepada orang buta. Itulah Yesus. Dia selalu mau menyatu dengan kita, orang berdosa.
Yesus membawa orang buta itu keluar kampung dan meludahi  matanya, meletakkan tangannya pada mata orang buta. Kemudian Yesus bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu menjawab: “Aku melihat orang, mereka berjalan, tetapi nampaknya seperti pohon-pohon.” Kemudian Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sunguh melihat dan telah sembuh.

Apa pesan dari kisah ini? Pertama-tama, untuk mendapat perubahan dalam hidup kita butuh jamahan Tuhan; kita butuh dipegang oleh Tuhan. Sekali kita dipegang oleh Tuhan maka kita beralih dari manusia lama kepada manusia baru atau hidup baru. Orang buta dipegang oleh Yesus dan membawanya keluar kampung, ketempat yang baru.  Satu proses perubahan dari hidup lama kepada hidup baru. Kemudian dalam menyembuhkan orang buta, Yesus tidak menggunakan obat-obat dokter atau dari tumbuh-tumbuhan, tetapi ludah-Nya sendiri. Satu kekuatan yang sudah ada dalam diri Yesus sendiri. Obat yang sudah diberikan Tuhan sejak manusia diciptakan. Saya sendiri sudah alami kasiat ludah itu. Luka baru berdarah akan kering seketika kalau diludahi. Yesus ingatkan kita untuk memanfaatkan apa yang sudah diberikan Tuhan, sejak kita diciptakan.

Mengapa orang buta tidak sembuh seketika? Mengapa Yesus harus menjamahnya lagi? Satu pesan untuk kita, bahwa untuk memperoleh perubahan dalam hidup butuh waktu dan kesabaran; untuk mengenal sesama dan Tuhan butuh proses; untuk menjadi orang baik butuh proses, untuk menjadi orang sukses butuh waktu, kesabaran dan kerja keras. Untuk jadi orang sukses yang sejati harus bekerja-sama dengan Tuhan. Bersama Tuhan segalanya baik. Sekali kita sukses, janganlah kembali ke kebiasaan lama. Kalau kita kembali, maka kita akan buta kembali. Itulah pesan Yesus kepada orang buta. “Jangan masuk ke kampung!” artinya jangan masuk ke kebiasaan buruk yang bisa membutakan mata-hati kita sehingga mata hati kita tidak bisa melihat Tuhan dan sesama lagi.

Marilah saudara-saudari... kita berdoa mohon bantuan Tuhan agar kita selalu kuat sehingga mata hati kita tetap bisa melihat wajah Tuhan dan sesama.

Kita mohon bantuan Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Senin, 18 Februari 2019

Siro Selasa, 19 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VI

Bacaan Injil  Mrk 8:14-21
Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu.Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya,  "Berjaga-jagalah dan awaslah  terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti."

Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan,  Ia berkata, "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti?  Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan Kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka, "Dua belas bakul."

"Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka, "Tujuh bakul."Lalu kata Yesus kepada mereka, "Masihkah kalian belum mengerti?"

Demikianlah Injil Tuhan.

=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Selasa, 19 Februari 2019                                                                                                                     
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Berjaga-jagalah Terhadap Pengaruh Buruk Orang Lain!
                                                                                                                                      
Markus 8: 14 - 21

Saudara-saudari... Saya mengenal satu keluarga yang sangat setia akan kehidupan agama dan sangat memperhatikan nilai-nilai moral. Anak-anak dididik dengan sangat baik. Satu dari anak mereka, anak perempuan (Maria) melanjutkan sekolahnya di SMA yang sangat terkenal. Di sekolah itu kebanyakan anak-anak pintar. Guru-guru mendidik siswa-siswi di situ untuk bertanggungjawab akan kehidupan sekarang dan masa depan. Selalu diingatkan supaya jangan berpacaran selama di SMA. Kalau ditemukan ada yang berpacaran di sekolah, maka  mereka akan diberi peringatan, tetapi kalau diteruskan maka mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Di wilayah itu banyak orang secara gelap menjual marjuwana. Tidak sedikit siswa dan siswi ikut terpengaruh oleh temannya, mengisap marjuwana. Maria pun dipengaruhi oleh temannya turut mengisap. Karena ketagihan, maka sulit baginya untuk berhenti. Dengan demikian, pendidikannya tidak bisa diteruskan. Gadis pintar dan cantik harus kembali ke rumah orangtua. Harus ikut pembinaan khusus. Sesudah satu tahun, ia melanjutkan sekolahnya di tempat lain. Sungguh satu pengalaman nyata, bahwa pengaruh orang lain bisa menjerat seseorang, walaupun orangtua sudah mendidiknya dengan sangat baik di dalam keluarga.

Saudara-saudari... Hari ini Yesus memperingati para murid-Nya, kataNya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan raja Herodes.” Mengapa Yesus ingatkan para murid-Nya supaya berjaga-jaga terhadap pengaruh orang Farisi dan raja Herodes? Ada apa dengan dua kelompok ini?
Orang Farisi adalah orang yang sangat memperhatikan kehidupan agama Yahudi. Mereka sangat fanatik akan kehidupan agama. Mereka sangat menjunjung tinggi acara-acara keagamaan. Acara keagamaan harus dijalankan dengan baik. Peraturan agama harus dijalankan dengan baik. Barangsiapa tidak menjalankan peraturan agama dengan baik, maka akan dihukum. Untuk orang Farisi peraturan agama adalah nomor satu, sementara yang lain-lain kemudian. Menurut Yesus, orang Farisi sangat senang mengajarkan orang tentang ajaran agama, tetapi mereka sendiri tidak menghayati apa yang diajarkannya. Sikap pura-pura seperti inilah yang tidak disenangi oleh Yesus. Karena itu Yesus ingatkan para murid-Nya supaya jangan terpengaruh oleh cara hidup orang Farisi. Para murid Yesus harus hidup sepadan dengan apa yang diajarkan dan promosikan hukum cinta kasih kepada siapa saja dalam hidup.
Sementara raja Herodes, ia sangat berkuasa pada zaman Yesus. Ia memanfaatkan statusnya sebagai raja sesuka  hatinya. Ia seorang yang tidak mau dilawan oleh siapa-siapa. Dia adalah raja, yang seharusnya mengayomi warganya, mempromosikan kedamaian dan kesejahteraan rakyat, tetapi yang dilakukannya justru bertentangan. Sewaktu Yesus lahir, Ia menyangka bahwa Yesus akan menggantikan kedudukannya sebagai raja, karena itu dia menyuruh tentaranya membunuh semua anak laki-laki dibawa umur dua tahun. Dia mengawini Hirodias, istri Philipus saudaranya. Karena Yohanes mengeritiknya, maka dia masukan Yohanes Pemandi ke dalam penjara, yang kemudian kepalanya dipenggal. Yesus mengingatkan para murid-Nya supaya jangan mengikuti sikap seperti itu. Kalau jadi pemimpin, pimpinlah masyarakat dengan baik. Jangan salahgunakan jabatan.

Bagaimana penghayatan kehidupan agama dan politik kita di zaman sekarang? Apakah masih ada yang mengikuti gaya orang Farisi dan raja Herodes?

Kita berdoa, semoga hanya gaya hidup Yesus Kristus sajalah yang harus kita ikuti. Dialah contoh hidup kita. Dia selalu mengikuti kehendak Bapa dan memimpin para pengikutnya atas dasar cinta.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Siro Senin, 18 Feb 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa VI

Bacaan Injil
Mrk 8:11-13

Mengapa angkatan ini meminta tanda?

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata, "Mengapa angkatan ini meminta tanda?  Aku berkata kepadamu, Sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda."Lalu Yesus meninggalkan mereka. Ia naik ke perahu dan bertolak ke seberang.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Senin, 18 Februari 2019                                                                                                                       
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Apakah Kita Selalu Meminta Tanda Pada Kristus? 
                                                                                                                                    
Markus 8: 14 - 21

Saudara-saudari... Kemarin sore, Minggu, 17 Februari, saya merayakan Misa Syukur di satu keluarga, karena anak mereka yang hilang, selama 14 hari, kembali lagi ke rumah. Dia adalah murid kelas 9 di salah satu sekolah Katolik di Port Moresby. Sewaktu dia berjalan menuju ke sekolah ada satu mobil berkaca gelap stop di sampingnya. Kemudian dia diciduk masuk mobil dan dibawa lari ketempat yang sangat jauh.

Pada hari Minggu pagi, 3 Februari, selagi saya berarak masuk ke Gereja. Tiba-tiba saya dipanggil oleh seorang Bapa, Hilarius namanya. Dia mendekati saya. Katanya: “Pater anak saya hilang. Namanya Theo Hilarius. Tolong doakan.” Saya jawab singkat: “Ya...saya akan doakan.” Waktu Misa saya sebut nama anak itu dengan benar dan lengkap: Theo Hilarius!. Sewaktu Bapa Hilarius mendengar saya menyebut nama anaknya dengan lengkap dan benar, dia percaya, bahwa anaknya akan ditemukan kembali. Dia betul percaya akan hal itu. Getaran hatinya sangat kuat, bahwa apa yang saya lakukan menurut Bapa Hilarius adalah satu tanda, bahwa lewat doa anaknya akan kembali. Sepulang ke rumahnya, dia mengajak keluarga untuk berdoa, berdoa sampai anak Theo kembali. Dia betul percaya, bahwa hanya dengan doa, Theo akan kembali.

Kemarin, sebelum Misa Syukur, bapa Hilarius datang mendekati saya, katanya: “Pater, sewaktu Pater menyebut nama anak saya, sewaktu misa hari Minggu, 3 Februari, dengan lengkap dan benar, padahal Pater tidak menulisnya di kertas, karena pada waktu itu Pater sudah sibuk mau memulai Misa, saya melihat hal itu sebagai satu tanda positip untuk kami. Saya percaya bahwa Theo akan selamat dan akan pulang. Selama ini kami selalu berdoa Pater. Dan saya percaya, Pater juga berdoa. Inilah buah doa kita Pater. Theo kembali dengan selamat!”  Mendengar ungkapan perasaan dan keteguhan iman Bapa Hilarius, saya langsung tepuk-tepuk bahunya. Saya katakan kepadanya: “Tuhan selalu mendengar doa dari orang yang teguh dalam iman dan menangis meminta belaskasihan Tuhan. Terpujilah Tuhan.”

Saudara-saudari... Apakah sikap Bapa Hilarius tidak benar di hadapan Tuhan?
Apakah sikap Bapa Hilarius sama dengan sikap orang Farisi? Di hadapan Allah Bapa Hilarius samasekali tidak salah! Bapa Hilarius tidak meminta tanda dari Tuhan, tetapi dia merasakan bahwa apa yang terjadi pada hari Minggu, 3 Februari waktu Misa adalah satu tanda positip baginya. Dia tidak meminta tanda, tetapi tanda itu sendiri datang ke hatinya. Karena tanda itu, maka dia bersama keluarganya selalu berdoa dan berdoa setiap hari sampai pesan tanda itu terpenuhi. Sangat berbeda dengan sikap orang Farisi. Orang Farisi meminta tanda pada Yesus Kristus. Meminta tanda berarti mau mencoba Yesus Kristus, apakah Dia betul Mesias? Yesus sudah membuat begitu banyak tanda, tetapi mereka tetap tidak mau percaya. Itu berarti pada dasarnya mereka sangat menolak Yesus sebagai Mesias.

Bapa Hilarius sudah merasakan ada getaran dalam bathinnya, bahwa apa yang terjadi di pagi itu dilihatnya dengan kaca-mata iman. Itu adalah tanda baginya. Karena tanda itu, maka ia bersama keluarga selalu tekun berdoa sempai pesan tanda itu terwujud pada hari Kamis, 14 Februari, bahwa anak yang hilang datang kembali ke tengah keluarga. Sementara orang Farisi, pada dasarnya mereka tidak punya iman sedikitpun akan Kristus. Mereka hanya mau mencoba dan mencoba. Karena sikap mereka yang selalu mau mencobai Yesus, maka Yesus tidak membuat mujizat untuk mereka.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sering meminta tanda? Atau kita sering melihat kehadiran Kristus lewat tanda-tanda yang kita lihat setiap hari?

Marilah saudara-saudari... Tuhan adalah tanda.  Ia selalu hadir di tengah kita. Ia selalu menampakan dirinya lewat tanda-tanda.

Kita berdoa, semoga kita selalu sensitip melihat Kristus lewat tanda-tanda lahiriah atau tanda-tanda spiritual.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Siro Minggu 17 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Minggu Biasa VI
PF Ketujuh Saudara Suci, Pendiri Ordo Hamba-Hamba Maria

Bacaan Injil
Luk 6:17.20-26

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
 
Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Demikian Injil Tuhan.

=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Minggu, 17 Februari 2019                                                                                                                    
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Hidup Bahagia Bergantung Pada Relasi Kita Dengan Tuhan Dan Sesama!
                                                                                                                                    
Lukas 6: 17.20-26

Saudara-saudari.... Sabda bahagia yang diwartakan Yesus hari ini adalah berbahagialah mereka yang miskin dan sengsara karena merekalah yang empunya kerajaan Allah. Mengapa yang miskin dan sengsara harus berbahagia dan empunya kerajaan Allah?
Pada suatu sore, saya dikunjungi oleh seorang anak muda. Dia kelihatan sangat lapar. Dia meminta air minum. Saya beri dia air. Dia habiskan satu liter air di depan saya. Saya amati mukanya. Dari mukanya bisa diketahui bahwa ia sangat lapar. Saya tanya padanya, “Apakah engkau baik-baik saja?” Dengan polos ia katakan: “Saya lapar dan sakit!” Saya langsung buatkan dia teh dan beri dia biskuit. Kemudian saya tanya dari mana asalnya dan tinggal di mana? Dia berasal dari satu wilayah yang cukup jauh. Pada awalnya dia tinggal di rumah teman tetapi karena kesulitan ekonomi ia disuruh keluar dari rumah. Sejak saat itu hidupnya hanya dari meminta-minta. Saya tanya beliau, bagaimana pengalaman dan perasaannya selama hidup hanya dari meminta-minta? Katanya, kadang ia bahagia di saat orang memberinya uang atau makanan, tetapi kadang rasa sedih di saat lapar dan orang tidak peduli. Apakah marah di saat orang tidak memberi uang dan makanan? Jawabnya: “Saya tidak pernah marah, karena kalau saya marah nanti orang tidak akan kasihan dengan saya! Saya harus selalu rendah hati dan terima apa adanya! Saya tetap percaya bahwa ada orang yang memberi saya makanan.”  Kemudian saya tanya: “Engkau tidur di mana pada malam hari? Jawabnya: “Kadang tidur di samping gedung gereja, kadang di samping pertokohan, kadang di bawa kolong jembatan!”  Saya juga tanya tentang agamanya. Dengan jujur dia katakan bahwa dia punya agama, tetapi tidak ke gereja karena tidak punya pakaian yang layak dan badannya kotor. Mendengar kisahnya saya sungguh merasa sedih. Itulah kepolosan orang miskin. Dia selalu merasa bergantung pada sesama; ia harus selalu bertingkah-laku baik agar dikasihani oleh orang lain; tidak boleh marah; menerima hidup apa adanya.

Sikap seperti inilah yang diharapkan Yesus dari kita-kita para pengikut-Nya. Pasrah total pada Tuhan; walaupun secara ekonomi kita mapan, tetapi harus tetap merasa bergantung pada Tuhan. Kekayaan duniawi kita hanya bersifat sementara, tetapi kekayaan rohani, relasi baik kita dengan Tuhan mendatangkan kebahagiaan yang bersifat abadi.
Mungkin terkadang kita dikecewakan dan diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain karena iman kita akan Kristus.   Kalau kita alami perlakuan demikian, pandanglah Yesus kristus di salib. Ia sudah mengalami-Nya. Penderitaannya sudah menyelamatkan banyak orang. Pengampunan selalu mendatangkan rasa damai dalam hati, ketimbang marah, jengkel dan keinginan untuk membalas dendam. Memberi pengampunan kepada orang yang bersalah kepada kita bisa membuahkan pertobatan.

Saudara-saudari... kebahgiaan hidup kita sangat bergantung pada relasi kita dengan Tuhan dan sesama.  Kalau kita selalu ciptakan relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama, maka hati dan pikiran kita akan selalu nyaman dan damai.

Kita berdoa, semoga Tuhan selalu menuntun kita dan meneguhkan iman kita agar selalu pasrah pada-Nya dan setia pada perintah-perintah-Nya. 

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Kamis, 14 Februari 2019

Siro, Jumat 15 Feb 19


Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa V

Bacaan Injil Mrk 7:31-37
Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya bicara.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Tirus,dan lewat Sidon pergi ke Danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang tuli dan gagap dan memohon supaya Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Maka Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian.Kemudian Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya, "Effata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga.  Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata, "Ia menjadikan segala-galanya baik! Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                           Jumat, 15 Februari 2019                                                                                                                 
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Dosa Membuat Mata dan Telinga Hati Kita Buta Akan Tuhan!
Markus 7: 24- 30

Saudara-saudari... Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Kejadiaan: 3: 1 – 8, menceriterakan kisah kejatuhan manusia ke tangan Setan. Manusia dengan sadar memberi dirinya ketangan Setan dengan mengikuti godaannya. Setan berkata: “Sekali-kali kamu tidak akan mati! Tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakan buah terlarang, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Dan apa yang terjadi sesudah buah terlarang itu dimakan? Mereka sembunyi terhadap Tuhan; mata dan telinga hati mereka buta akan Tuhan; mereka menjauh dari Tuhan.
Dosa pada dasarnya keluar dari keinginan manusia untuk mengikuti kemauan sendiri dan dengan sadar melanggar kehendak Tuhan. Setan tahu akan hal ini. Karena itu setan mendekati manusia dan berusaha untuk yakinkan manusia bahwa melanggar perintah Tuhan sesungguhnya baik, dan bisa menguntungkan manusia. Tetapi hasilnya justru sangat menyengsarakan manusia.
Saya yakin kita semua sering mengalaminya. Betapa sering mata dan telinga hati kita buta akan Allah, karena dosa. Kita lebih senang mendengar suara manusiawi kita yang memberi kita kesenangan sementara; kita lebih senang melihat apa yang membuat hati kita puas, tetapi kita sering lupa bahwa konsekwensi dari apa yang kita lihat dan dengar sesungguhnya menyengsarakan jiwa kita.

Hari ini Injil menceriterakan bahwa ada orang yang membawa seorang tuli dan gagap kepada Yesus. Orang Tuli dan gagap ini tidak bisa menolong dirinya sendiri. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Dia tidak mendengar Yesus, karena telinganya tuli; dia tidak bisa berkata-kata tentang Yesus karena lidahnya tidak normal. Syukur ada orang yang berkemauan baik dan merasa kasihan dengan dia. Orang yang percaya akan Yesus membawanya kepada Yesus. Mereka percaya bahwa Yesus akan menyembuhkan dia. Yesus akan membuka telinga dan lidahnya agar bisa mendengar dan berkata-kata lagi. Hanya orang yang punya kehendak baik, yang bisa menolong sesama; hanya orang yang percaya akan Tuhan, yang bisa membawa sesama kepada Tuhan. Itulah yang terjadi pada orang yang tuli dan gagap ini. Mereka punya kehendak baik agar dia sembuh dan normal. Yesus yang murah hati selalu menerima orang yang membutuhkan bantuan. Yesus datang untuk menyelamatkan manusia. Dia datang untuk menjalin kembali relasi manusia dengan Tuhan. Ia membuka telinga orang yang tuli agar bisa mendengar dan membuka lidah mereka yang gagap agar bisa berkata-kata.

Marilah saudara-saudari.... Jalinlah relasi yang baik dengan Tuhan setiap saat agar telinga hati kita tetap mendengar suaranya; berkomunikasilah dengan Tuhan setiap saat agar lidah hati kita selalu bisa berkata-kata tentang Dia.

Kita berdoa semoga Tuhan jangan biarkan kita tenggelam dalam kesenangan dan kesibukan duniawi yang bisa mengancurkan jiwa kita, sebaliknya selalu terbuka mendengarkan Dia dan selalu berkata-kata tentang Dia.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Rabu, 13 Februari 2019

Siro Kamis, 14 Feb 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa V
PW S. Sirilus, Rahib, dan Metodius, Uskup

Bacaan Injil
Mrk 7:24-30

Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya. Tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan.Malah di situ ada seorang ibu, yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Begitu mendengar tentang Yesus,Ibu itu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Ibu itu seorang Yunani berkebangsaan Siro-Fenisia. Ia mohon kepada Yesus supaya mengusir setan dari anaknya.

Yesus berkata kepadanya, "Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak  dan melemparkannya kepada anjing."

Tetapi ibu itu menjawab, "Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."Lalu Yesus berkata kepada ibu itu, "Karena kata-katamu itu, pulanglah,sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."Ibu itu pulang ke rumahdan mendapati anaknya terbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                            
Kamis, 14 Februari 2019                                                                                                                  
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Kasih Tuhan Bekerja Untuk Semua!                                                                   
Markus 7: 24- 30

Saudara-saudari.... Kisah Injil hari ini sungguh meneguhkan kita semua. Bahwa Yesus datang ke dunia ini bukan hanya untuk keselamatan satu bangsa saja, tetapi untuk semua. Seorang ibu Yunani datang kepada Yesus, meminta Yesus untuk mengusir setan yang merasuki anak prempuannya. Walaupun ia ditantang oleh Yesus, tetapi dia tetap menjawab Yesus dengan penuh iman. Karena imannya akan Yesus sangat kuat, maka setan yang merasuki anak perempuannya keluar. Lewat kisah ini kita tahu bahwa kasih Yesus tidak terbatas pada kelompok tertentu, tetapi untuk sesmua bangsa. Dia datang untuk menyelamatkan semua bangsa.
Yang menarik dari kisah Injil hari ini adalah bahwa ibu Yunani ini sungguh percaya akan Yesus Kristus, bahwa Ia bisa menyembuhkan anak perempuannya; walaupun ia ditantang, tetapi ia tetap rendah hati dan pasrah pada Yesus; ia tidak merasa terpukul atau kecewa walaupun Yesus menggunakan satu analogi, bahwa sapaan untuk orang Yahudi adalah anak-anak, sementara mereka yang bukan orang Yahudi adalah anjing. Dengan sopan Ibu Yunani ini membenarkan apa yang dikatakan Yesus, tetapi ia juga menyadarkan Yesus bahwa ‘anjing’ di bawa meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. Karena jawabannya ini, maka Yesus menghadiahkan dia dengan hadiah yang luar biasa, yaitu anak perempuannya kembali bebas dari renggutan setan.

Saudara-saudari... Sadar akan misi Tuhan ini, yaitu menyelamatkan semua bangsa di bawa kolong langit, maka muncullah semangat misioner di dalam Gereja kita. Gereja mengirim misionaris ke mana saja untuk mewartakan kabar gembira. Mewartakan kasih Tuhan kepada siapa saja. Pewartaan kasih Tuhan itu bukan saja lewat kata-kata, tetapi lebih dari pada itu, yaitu lewat tingkah-laku, kesaksian hidup. Banyak orang memberi diri untuk dibaptis, bukan hanya karena lulus ujian agama, tetapi karena kesaksian hidup dari mereka yang mewartakan ajaran Kristus.
Saya ingat bapa mama dari orangtua saya. Mereka semua masuk Katolik karena kesaksian hidup para misionaris. Para misonaris yang datang dari Eropah mengunjungi kampung-kampung. Kesaksian hidup mereka sangat mempengaruhi hidup mereka. Pada awal  mula mereka membiarkan anak-anak mereka dipermandikan. Selanjutnya mereka sendiri memberi diri untuk dipermandikan.

Marilah saudara-saudari... sebagai pengikut Kristus kita harus tunjukkan kasih Kristus kepada sesama kita. Semoga berkat kesaksian hidup kita banyak orang merasa tertarik dan memberi diri kepada Kristus. Selain itu, rendah-hatilah selalu di hadapan Tuhan, bawalah mereka yang sangat membutuhkan pertolongan kepada Tuhan, semoga berkat bantuan kita, mereka yang mengalami kesulitan dan menderita mendapat berkat Tuhan.

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!