Senin, 30 September 2019

Siro Selasa, 1 October 19

Bacaan Liturgi 

Pesta S. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi

Bacaan Injil
Mat 18:1-5

Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata, "Aku berkata kepadamu: Sungguh, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Selasa, 01 Oktober 2019                                                                                                                       
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema:  Bergaullah Selalu Dengan Yesus Kristus!                                                                      
Matius 18: 1-5

Saudara-saudari... Hari ini kita memasuki bulan baru, yaitu Oktober. Mengawali bulan baru ini kita diajak oleh Gereja untuk merayakan pesta St. Teresia dari kanak-kanak Yesus. Mengapa St. Teresia dijuluki dari kanak-kanak Yesus? Karena pada masa kecilnya ia selalu berdoa dan bergaul dengan kanak-kanak Yesus. Dalam rumah keluarganya ada patung kanak-kanak Yesus. Pernah ia berdoa di depan patung kanak-kanak Yesus. Katanya: “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu, Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan kau angkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kau sepak kian kemari, silahkan! Dan kalau hendak kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Namun kalau hendak kautusuk bola-Mu, ...o Yesus, tentu itu sakit sekali, tetapi terjadilah kehendakMu.”  Dari percakapan ini, kita bisa rasakan kedekatan Teresia dengan Yesus. Kita bisa bayangkan disposisi bathin dari Teresia, sangat dekat dengan Yesus. Dalam percakapannya dengan Yesus, ia sudah bisa membayangkan bagaimana Yesus memanfaatkan dia sebagai bola permainan Yesus. Ia menyerahkan dirinya sebagai sarana mainan Yesus. Satu penyerahan diri secara total dan siap menerima resiko apapun yang terjadi. Walapun terasa sakit, ia tetap katakan: terjadilah kehendakMu.

Pada perayaan St. Teresia hari ini, Yesus mengajak kita, para murid-Nya, untuk memiliki sikap seperti St Teresia dari kanak-kanak Yesus, yang begitu dekat dengan Yesus. Selalu bermain dengan Yesus. Teresia walaupun alami sakit paru-paru yang hebat, tetapi tetap merasa dekat dengan Yesus dan tidak mengeluh sedikitpun, sebaliknya mengangkat Pujian memuliakan Yesus dan bercakap-cakap dengan Yesus yang di salib. St. Teresia merasa bahwa Yesus sangat dekat dengannya dan dengan bebas ia ungkapkan isi hatinya kepada Yesus.

Hari ini Yesus juga mengajak kita untuk menjadi seperti anak kecil, maksudnya adalah sikap terbuka dan selalu merasa bergantung pada Tuhan; membutuhkan Tuhan;  dekat dengan Tuhan dan selalu bergaul dengan Tuhan kapan dan dalam situasi apa saja. Kisah Injil hari ini sungguh dihayati dan diamalkan dengan sangat baik oleh Teresia. Yesus mengharapkan agar kita pun memiliki sikap seperti St. Teresia.

Marilah saudara-saudari... Dalam bulan Oktober ini, bersama St. Teresia dan Bunda Maria kita berdoa memohon bantuan Tuhan agar cinta dan iman kita diperkuat sehingga rasa kedekatan kita dengan Yesus Kristus semakin mendalam. 

St. Teresia dan Bunda Maria doakan kami. Amen!

Minggu, 29 September 2019

Siro Senin, 30 Sept 19

Bacaan Liturgi 

Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

PW S. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Bacaan Injil
Luk 9:46-50

Yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa timbullah pertengkaran di antara murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan Ia berkata kepada mereka, "Barangsiapa menerima anak ini demi nama-Ku, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku. Sebab yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar."

Pada kesempatan lain Yohanes berkata, "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, dan kami telah mencegahnya, karena ia bukan pengikut kita."Tetapi Yesus menjawab, "Jangan kalian cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kalian, ia memihak kalian."

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                
Senin, 30 September 2019                                                                                                                                   
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Pelayan Kristus Harus Rendah Hati Dan Siap Melayani!
Lukas 9: 46 - 50

Saudara-saudari... Di tahun 1975, sewaktu saya duduk di bangku SMP, Bupati kami datang mengunjungi wilayah kami. Beberapa hari sebelum dia datang, kami sibuk rapihkan jalan, siap atraksi, bersihkan pakaian seragam, praktisnya kami tidak ada kelas selama beberapa hari. Masyarakat Desa juga siapkan beberapa ekor babi, ayam dan kambing untuk menjamu Bapa Bupati dan rombongan. Dia harus dilayani dengan baik. Di saat dia tiba, kami teriak-teriak… “hidup bapa Bupati! Hidup Bapa Bupati!” Kami berbaris di pinggir jalan dan Bapa Bupati bersama rombongan berjalan di tengah jalan sambil senyum-senyum kepada kami. Semua aparat desa sibuk melayani Bapa Bupati. Ada kesan bahwa Bapa Bupati datang bukan untuk melayani masyarakat sederhana di kampung-kampung tetapi kelihatannya sangat bahagia dilayani oleh masyarakat.  Siapa yang salah: Bapa Bupati atau budaya kita yang salah? Mari kita merenungkan hal itu.   
Kalau kita melihat tingkah-laku Yesus? Konsep kepemimpin Yesus sungguh berbeda dengan konsep kepemimpin duniawi. Bagi Yesus, barangsiapa yang mau menjadi pemimpin atau terbesar, ia harus rendah hati dan siap melayani. 

Hari ini, Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingnya dan berkata: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa yang menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”
Menurut adat orang Yahudi, anak kecil belum punya hak dan kuasa, belum punya kedudukan, belum punya pengaruh dalam masyarakat.  Anak kecil dalam konteks percakapan Yesus hari ini adalah mereka yang tidak punya hak dan wewenang, mereka yang tidak punya status dan pengaruh dalam masyarakat. Mereka adalah orang miskin, orang yang dikucilkan dari masyarakat, dan para pendosa. 
Menurut Yesus, kalau mau menjadi orang besar dalam masyarakat, dia harus melayani orang-orang seperti ini. Dia harus rendah hati dan siap melayani, memperjuangkan dan menjadi suara dari mereka yang haknya diperkosa oleh orang yang berkuasa dan berduit; mengangkat orang yang harga dirinya diperkosa oleh orang lain dan menjadi perangkul dan pengayom orang yang dicerai-beraikan oleh mereka yang punya kuasa. Kalau kita sanggup menjadi suara dari mereka yang ditindas dan menjadi pembela orang yang tak bersalah, maka kita sudah menjadi pemimpin yang sesuai dengan konsep Kristus. Melayani mereka yang tertindas atau melayani orang-orang kecil berarti melayani Yesus Kristus sendiri.

Marilah saudara saudari… promosikanlah semangat rendah hati dan siap sedialah untuk selalu  melayani orang-orang kecil. Sikap dan semangat hidup seperti inilah yang selalu diharapkan oleh Kristus dari kita, para pengikutNya.
Kita berdoa semoga Tuhan selalu memampukan kita untuk selalu promosikan semangat hidup rendah hati dan siap melayani mereka yang kecil.

Kita memohon St. Hironimus dan Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen.

Siro Minggu, 29 Sept 19

Bacaan Liturgi

Hari Minggu Biasa XXVIÊ

Bacaan Injil
Luk 16:19-31

Engkau telah menerima segala yang baik, sedangkan Lazarus segala yang buruk.  Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dari kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok. Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilati boroknya.

Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara menderita sengsara di alam maut, ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, 'Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.'

Tetapi Abraham berkata, 'Anakku, ingatlah! Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita. Selain daripada itu, di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang!' Kata orang itu, 'Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan ini.' Tetapi kata Abraham, 'Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu!'Jawab orang itu, 'Tidak, Bapa Abraham! Tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.' Kata Abraham kepadanya, 'Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati'."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                                Minggu, 29 September 2019                                                                                                              
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Sikap Ingat Diri Akan Menghantar Jiwa Kita Ke Neraka!                                                      Lukas 16: 19 - 31

Saudara-saudari… Kalau kita ikuti secara sepintas kehidupan orang kaya dan Lazarus yang miskin dalam ceritera Injil hari ini, ada kesan bahwa si kaya ini baik-baik saja. Dia tidak pernah marah atau mengusir Lazarus dari pintu rumahnya. Dia membiarkan Lazarus baring di pintu rumahnya. Dari sudut agama, dia pun tetap menghayati hukum agamanya, yaitu menjauhkan diri dari orang miskin dan sakit parah, apalagi kalau badannya penuh borok dan berbau agar jangan tercemar oleh dosa. Karena menurut konsep dan tradisi agama Yahudi, bahwa mereka yang sakit dan miskin dikutuk Allah karena dosa yang dibuatnya. Jadi orang kaya ini tidak mau berkomunikasi dan membantu Lazarus karena takut akan tercemar oleh dosanya. Tetapi Injil berkata lain. Pada pengadilan terakhir, orang kaya ini dibuang ke dalam Neraka. 
Apa sesungguhnya dosa yang sudah dibuat oleh orang kaya ini, sampai ia dibuang ke dalam Neraka di hari akhirat? Dosa yang dibuatnya adalah dosa ingat diri dan tidak peduli dengan penderitaan orang lain. Injil katakan bahwa dia selalu berpakaian ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan, sementara Lazarus yang miskin itu menderita kelaparan dan kesakitan. Ketidak pedulian terhadap sesama adalah dosa. Itulah dosa orang kaya menurut Yesus.  

Satu ajaran untuk kita semua, supaya selalu sensitip terhadap orang yang menderita. Kalau ada orang sakit di depan mata kita, jangan biarkan orang itu menderita sendirian, tetapi coba dekatilah dia dan berilah dia sedikit bantuan. Ingat St. Theresia dari Kalkuta, ia selalu memungut orang yang menderita di jalan dan membawanya ke rumah dan merawatnya sampai sembuh atau menguburnya kalau orangnya mati. 

Pada suatu waktu saya mendapat satu video clip, yang dikirim oleh teman. Dalam video clip itu seorang pemuda duduk makan di dalam restoran. Selagi ia makan, terlihat seorang ibu miskin dengan anaknya berjalan mendekati restoran itu. Mereka berjalan pelan-pelan mendekati restoran itu. Pemuda itu memandang mereka dengan penuh perhatian. Wajah kedua insan miskin ini pucat dan kurus. Ada kesan, bahwa keduanya sangat lapar. Sang pemuda langsung memesan dua piring makanan dan menyimpan dua piring itu di meja makanya. Kemudian dia keluar, mengajak keduanya masuk dan persilahkan duduk di kursi satu meja makan dengannya. Kedua insan ini terheran-heran dan saling memandang. Selagi mereka makan, sang pemuda meminta diri pamit karena jam kantor sudah semakin dekat. Keduanya ucapkan terima kasih sambil gugurkan air mata sebagai tanda sukacita. Mereka diperhatikan dan dilayani dengan penuh kasih. 

Marilah saudara saudari, hayatilah apa yang sudah diajarkan Kristus kepada kita. “Sewaktu Aku lapar, kamu beri Aku makan; sewaktu Aku sakit, kamu melawati Aku dst.” Pada pengadilan terakhir karya amal kita akan diputar ulang. Kalau kita rajin menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan, pasti kita akan disambutNya dengan penuh sukacita dan mempersilahkan kita masuk ke dalam RumahNya. Tetapi kalau kita selalu mengingat diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain, walaupun kita tidak marah atau mencaci maki mereka, kita akan diarahkanNya ke Neraka, ke tempat yang penuh dukacita untuk selamanya. Sikap ingat diri kita akan menghantar jiwa kita ke Neraka.

Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan sadarkanlah kami selalu, bahwa dengan membantu yang lemah secara tidak langsung kami menyelamatkan jiwa dari api Neraka untuk selamanya. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amen.

Jumat, 27 September 2019

Siro Sabtu, 28 Sept 19

Bacaan Liturgi 

Hari Biasa, Pekan Biasa XXV
PF S. Wenseslaus, Martir
PF S. Laurensius Ruiz dkk. Martir

Bacaan Injil
Luk 9:43b-45

Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.  Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."

Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                          Sabtu, 28 September 2019                                                                                                                  
RP Fredy Jehadin SVD

Tema: Dengarkanlah Dan Camkanlah!                                                                                     
Lukas 9: 43-45

Saudara-saudari... Injil hari ini mengingatkan saya akan pengalaman yang sering terjadi antara guru dan murid. Guru dengan penuh semangat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada anak muridnya. Para murid coba berusaha mendengarkan penjelasan gurunya tetapi sering penjelasan gurunya tidak dipahaminya dengan baik. Para murid bingung, tetapi tidak ada usaha untuk bertanya dan meminta penjelasan. Kalau saja mereka meminta penjelasan pasti mereka akan keluar dari kebingungan mereka. Tetapi selama mereka tidak bertanya, mereka tetap tinggal dalam kebingungan.
Pengalaman manusia zaman ini juga dialami oleh para murid Yesus. Rupanya sikap malu bertanya ini termasuk salah satu kelemahan manusia dari zaman ke zaman. 

Lewat Injil hari ini, Yesus mengingatkan para murid-Nya, bahwa Ia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Sebelum ia menyampaikan berita penting ini, ia mengajak para muridnya, katanya: “Dengarkan dan camkanlah segala perkataanKu ini.” Itu berarti apa yang mau dikatakannya adalah sesuatu yang sangat-sangat penting dan mereka harus pasang telinga dan harus ingat baik-baik apa yang dikatakannya. Katanya: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia!  Sesudah mendengar perkataan Yesus ini, mereka semua bingung. 
Apa yang membuat mereka bingung? Mereka sama sekali tidak bisa mengerti bahwa Mesias, Putra Allah akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan disengsarakan. Apa yang disampaikan Yesus ini sungguh di luar konsep pemikiran mereka. Bagi mereka, Mesias adalah utusan Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia dengan penuh kuasa. Mesias tidak mungkin mengalami kesengsaraan. Mesias punya kuasa dan dengan kuasanya mengalahkan segala kekuatan duniawi. Tetapi menurut konsep Tuhan, Mesias datang untuk menyelamatan manusia lewat penderitaan. Ia harus mati, dan dalam kematiaannya Ia bergulat melawan kekuatan maut. Sesudah tiga hari Ia bangkit memproklamirkan kemenangannya atas maut. Itulah Mesias, sang penyelamat. Apa yang terjadi di saat Mesias alami kesengsaraan? Kebanyakan para murid lari ketakutan. Dan di saat kabar kebangkitan datang sesudah hari ketiga, para murid bingung dan ada yang tidak percaya. Itu berarti peringatan Yesus:  Dengarkan dan camkanlah segala perkataanKu ini sudah tidak diingat kembali. Ketakutan membuat semua perkataan Yesus hilang dari ingatan mereka. 

Saudara-saudari... Betapa sering pengalaman para murid Yesus, juga terjadi dalam hidup kita. Di saat kita dalam situasi aman dan damai, pikiran kita aman-aman saja. Tetapi di saat kita dirundung duka dan alami rasa takut karena kita ditantang, maka pikiran kita terkocar-kacir. Betapa sering ketakutan dan kekawatiran kita bisa menghalau pikiran sehat kita; apa yang kita pelajari sepertinya buyar dari ingatan kita. 

Apa yang harus kita buat di kala kita ditantang atau kita alami rasa takut dan cemas? Ingatlah apa yang dibuat Yesus sewaktu Dia menampakkan dirinya kepada para rasul. Katanya: Damai sejahtera bagi kamu. Terimalah Roh Kudus! Yesus sungguh sadar bahwa para Rasul masih dalam keadaan takut dan cemas. Pikiran mereka kacau balau. Karena itu Dia berikan kedamaian kepada mereka. Hanya dalam keadaan damai mereka bisa berpikir dengan baik. Demikian pun kita. Kalau kita alami rasa takut dan cemas, mintalah Roh Kudus agar bisa tenangkan pikiran dan hati kita dan selanjutnya berkat bantuan Roh Kudus kita dimampukan untuk menghadapi apa yang lagi kita lalui. Roh Kudus selalu menguatkan dan memampukan kita untuk melakukan apa yang seharusnya kita buat. 

Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan bantulah kami, semoga di saat kami bingung dan kalut Engkau segera mencurahkan Roh KudusMu ke atas kami agar dengan bantuannya, kami boleh alami rasa damai dan memampukan kami berpikir dengan baik sehingga kami pun bebas dari rasa takut dan cemas. Dalam Kristus, kami berdoa. Amen!

Kamis, 26 September 2019

Siro Jumat 27 Sept 19

Bacaan Liturgi 

Hari Biasa, Pekan Biasa XXV
PW S. Vinsensius a Paulo, Imam

Bacaan Injil
Luk 9:19-22

Engkaulah Kristus dari Allah. Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu ketika Yesus sedang berdoa seorang diri. Maka datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Yesus lalu bertanya kepada mereka, "Kata orang banyak siapakah Aku ini?"Mereka menjawab, "Yohanes Pembaptis; ada juga yang mengatakan: Elia; ada pula yang mengatakan: salah seorang nabi dari zaman dulu telah bangkit."

Yesus bertanya lagi, "Menurut kalian, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus, "Engkaulah Kristus dari Allah."Dengan keras Yesus melarang mereka memberitakan hal itu kepada siapa pun.Ia lalu berkata, "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan  dan ditolak oleh para tua-tua, oleh para imam kepala dan para ahli Taurat,  lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                     
Jumat, 27 September 2019                                                                                                                
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Yesus Kristus Menurut Pengalaman Imanku!                                                             
Lukas 9: 19 – 22

Saudara-saudari... kemarin saya mendapat berita yang sungguh menggembirakan hatiku dari satu keluarga. Keluarga ini adalah anggota Siraman Rohani. Isi berita gembiranya adalah orang sakit yang selalu didoakan selama ini sudah mengalaman perubahan yang sangat positip. Sewaktu saya mendengar kabar baik ini, saya langsung katakan: “Terpujilah Tuhan, Tuhan selalu mendengarkan doa kami.” Kepada keluarga, saya katakan: “Pasti Tuhan punya rencana yang baik bagi keluarga.  Mari kita satu dalam doa, semoga kehendak dan rencana Tuhan terwujud dalam diri bapa, yang kini sudah sembuh kembali.” 
Lewat pengalaman iman yang sangat membahagiakan ini, pasti keluarga ini sungguh merasakan, bahwa Tuhan sungguh baik. Ia memberi kebahagiaan kepada keluarga sesuai dengan rencana dan waktunya sendiri. Sudah lama keluarga ini mendambakan situasi seperti ini. Ketekunan dalam berdoa, kesabaran menanti jawaban Tuhan, hasilnya selalu mendatangkan kebahagiaan. Waktu kita bukanlah waktunya Tuhan; Kita tidak punya kuasa dan hak untuk menentukan kapan Tuhan memberi kita jawaban atas permohonan kita. Tugas kita adalah: berdoa dengan penuh iman dan memohon belaskasihan Tuhan. Semoga permohonan kita dikabulkan, tetapi bukan menurut kehendak kita melainkan kehendak Dia yang adalah sumber segalanya. Jawaban atas permohonan kita ada dalam tangan Tuhan. 
Karena itu, saudara-saudari dan anak-anak yang terkasih, teguhlah dalam iman, berdoalah selalu dengan tekun memohon belaskasihan Tuhan.

Saudara-saudari... Hari ini Yesus bertanya kepada para muridNya: “Kata orang banyak: siapakah Aku ini?” Mereka menjawab: “Yohanes Pembaptis; ada juga yang katakan Elia; ada pula yang katakan salah seorang nabi dari zaman dulu yang telah bangkit.”  Semua jawaban itu datang dari orang yang tidak tinggal bersama Yesus Kristus. Mereka cuma amati gerak gerik Yesus tetapi tidak pernah mengalami Yesus dari dekat. Yesus tidak mempersalahkan mereka dan juga tidak mau repot banyak dengan pendapat dan kesan mereka tentang Dia. Yang menjadi fokus perhatian Yesus adalah kesan dan pendapat dari para murid-Nya, yang selalu tinggal bersama Dia dan mendapat pengajaran-Nya setiap hari. Petrus mewakili para murid Yesus memberi jawaban dan jawabannya sangat membahagiakan Yesus. Kita tidak bisa bayangkan kalau jawaban Petrus tidak berkenan di hati Yesus, mungkin Yesus sangat merasa kecewa.  Puji Tuhan, mereka sungguh mengenal Yesus sebagai Mesias, Putra Allah. 

Bagaimana dengan kita? Sejak kita dipermandikan sampai saat ini, kita dipanggil murid Kristus. Siapakah Kristus menurut pengalaman pribadi kita? Saya yakin kita semua punya pengalaman pribadi dengan Yesus Kristus. Keluarga yang mengalaman kesembuhan dari sakit tadi, pasti kini punya kesan tersendiri tentang Kristus. Mungkin sekali mereka melihat Yesus sebagai Dokter utama, karena berkat kuasaNya, Ia sudah menyembuhkan orang yang sakit. 

Marilah saudara-saudari ... Teguhlah dalam iman dan berdoalah dengan tekun. Tuhan pasti mengganjari kita dengan berkatnya sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Dia tahu lebih baik apa yang terbaik bagi kita dan tahu dengan pasti kapan waktu yang tampan menjawabi doa kita. 
Semoga pengalaman iman kita akan Kristus, selalu menjadi inspirasi hidup kita dalam berelasi dengan Tuhan. 

Semoga Bunda Maria dan St. Vinsensius a Paulo selalu mendoakan kita.  Amin

Siro Kamis 26 Sept 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXV
PF S. Kosmas dan S. Damianus, Martir

Bacaan Injil
Luk 9:7-9

Yohanes kan telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika Herodes, raja wilayah Galilea, mendengar segala yang terjadi, ia merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit.Tetapi Herodes berkata, "Yohanes kan telah kupen ggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Kamis, 26 September 2019                                                                                                                  
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Temuilah Kristus!
Lukas 9: 7 – 9

Saudara-saudari… Ada seorang pastor misionaris merasa takut ditempatkan di satu paroki di keuskupan baru, karena ia mendengar bahwa pastor yang pernah berselisih dengan dia beberapa tahun sebelumnya, juga bekerja di wilayah yang sama. Dia cemas, jangan-jangan pastor itu akan apa-apakan dia lagi. Sesudah dicari tahu, ternyata pastor itu sudah meninggal karena kecelakaan.

Saudara-saudari... Herodes, lewat Injil hari ini, merasa cemas, karena ada orang yang mengatakan bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Walaupun ada orang lain mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, atau seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes tetap merasa takut dan cemas. Karena itu ia berkata: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapakah gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus, yang dianggap Yohanes, yang bangkit kembali dari mati. 

Pertanyaan kita: Apa sesungguhnya motivasi Herodes mau bertemu dengan Yesus? Apakah karena didorong oleh satu motivasi luhur untuk mendengarkan ajaran Yesus Kristus? Apakah dia mau memohon ampun dari Yesus Kristus? Atau karena ia didorong oleh perasaan takut dan cemas akan Yohanes dan kini mencari tahu kebenaran, siapakah Yesus sesungguhnya: Apakah dia adalah Yohanes, yang bangkit kembali atau orang baru sama sekali, yang namanya adalah Yesus? Kalau dia hanya mau mencari tahu kebenaran, itu berarti Yesus bukanlah siapa-siapa baginya. Dia hanya takut dan cemas kalau orang itu adalah Yohanes, yang mungkin sekali akan membalas dendam.  

Lalu bagaimana dengan kita: Apakah kita juga selalu mau menemui Yesus. Apa motiviasi kita mau bertemu Yesus Kristus? Apakah kita mau mendengarkan Dia dan ungkapkan isi hati kita kepada-Nya? 

Saudara-saudari... Tingkah laku Herodes sesungguhnya masih hidup di antara kita. Di antara kita, mungkin ada pribadi yang selalu dihantui oleh pengalaman masa lampau, atau kesalahan yang pernah dibuatnya. Walaupun kesalahan masa lampau itu sudah diampuni tetapi tetap saja dipikirkan sehingga membuat anda takut dan cemas. Kalau ada di antara kita yang mengalami hal itu, apa yang anda harus lakukan saat ini agar bisa keluar dari perasaana takut yang berlebihan? Kalau seandainya ada di antara kita yang tahu bahwa ada teman kita yang punya pengalaman seperti itu, sebagai pengikut Kristus, apa yang harus kita lakukan untuk teman kita ini, agar dia bisa keluar dari perasaan takut itu? 

Saudara-saudari… Kalau di antara kita ada yang masih dihantui oleh perasaan takut karena kesalahan masa lampau, tetapi sesungguhnya kesalahan itu sudah diampuni, entah lewat acara adat atau hukum dan juga sudah diampuni lewat Sakramen Pengampunan, maka lihatlah perasaan takut itu sebagai gangguan Setan, yang selalu mau mengingatkan anda akan masa lampau supaya anda selalu merasa bersalah. Ada yang mengatakan, bahwa ketakutan yang berlebihan adalah salah satu bentuk dari kekurangan iman akan Allah. 

 Marilah saudara-saudari... Teguhlah dalam iman akan Allah dan temuilah Tuhan dengan satu motivasi yang luhur. Jangan takut...Tuhan yang mahakuasa selalu menyertai kita.

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen.

Senin, 23 September 2019

Siro Selasa, 24 Sept 19

SELASA, 24 SEPTEMBER 2019

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXV

Bacaan Injil
Luk 8:19-21

Ibu dan saudara-saudara-Ku ialah mereka  yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu hari datanglah Ibu dan saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan Dia. Tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Maka diberitahukan kepada Yesus, "Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Dikau." Tetapi Yesus menjawab, "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya."

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                      Selasa, 24 September 2019                                                                                                                  
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Apakah Kita Ibu dan Saudara-Saudari Yesus Kristus?                                                 
Lukas 8:19-21

Saudara-saudari…  Dalam kehidupan bermasyarakat kita mengenal sapaan: saudara-saudari. Sapaan itu bisa berarti saudara-saudari kandung atau saudara-saudari angkat, entah diangkat secara resmi, diakui oleh Negara lewat proses hukum atau diangkat secara adat; atau saudara-saudari karena dari suku yang sama entah anak om atau tanta; atau saudara-saudari seasal; atau saudara-saudari seiman, yang mengiman Tuhan yang sama.

Dalam Injil Kristus hari ini, kita mendengar orang memberitahukan kepada Yesus, katanya: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemua dengan Engkau.” Saudara-saudara-Mu yang dimaksudkan di sini adalah bukan saudara-saudara kandung, tetapi saudara-saudara sepupuh. Menanggapi pemberitahuan itu, Yesus menjawab: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”
Di sini Yesus mau memperkenalkan satu jenis persaudaraan, yaitu persaudaraan rohani. Persaudaraan atas dasar iman, yang punya tugas untuk meneruskan ajaranNya. Yesus menganggap bahwa mereka yang mendengarkan Dia dan menjalankan apa yang ditugaskan kepada mereka adalah saudara-saudariNya. Barangsiapa yang mendengarkan FirmanNya dan melakukanNya, dia adalah saudara-saudari Yesus Kristus. 
Pernyataan Yesus ini, kalau direfleksikan secara mendalam mungkin kita bisa merasakan dan memahami makna dari pernyataan itu.

Mendengarkan seseorang dan melakukan apa yang diperintahkan-nya, secara tidak langsung kita membiarkan diri kita dikuasai oleh orang itu. Pikiran dan ajakan dari orang itu sudah menguasai pikiran dan kehendak pribadi kita. Kepribadian orang itu sudah menyatu dengan kita. Kepribadiannya sudah menjadi inspirasi hidup kita; energy orang itu sudah menyatu dengan darah kita; sudah menjadi per-sau-darah-an, atau persatuaan darah.   Dalam hal ini, kita ingat kehidupan para martir dan para kudus. Darah Kristus sepertinya sudah menyatu dengan darah mereka. Ada persaudaraan, ada persatuan darah. Mereka tidak melihat Yesus Kristus ada di luar diri mereka, tetapi selalu dirasakan bahwa Yesus Kristus sudah ada dalam diri mereka. Yesus sungguh menyatu dan hidup dalam diri mereka. Mereka sudah menjadi saudara-saudari Kristus. 

St. Paulus sendiri pernah berkata: “Bukan aku yang hidup, melainkan Kristus hidup dalam diri-Ku.”  Sadar akan kehidupan para martir dan para kudus yang sungguh dikuasai oleh semangat hidup Yesus, maka kita boleh katakan bahwa benarlah apa yang dikatakan Yesus: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Dia sungguh merasakan bahwa mereka sudah menjadi ibu dan saudara-saudariNya, karena Ia sendiri sudah hidup dalam diri mereka, sudah menjadi penggerak, penghidup, sudah menjadi darah yang memberi mereka hidup. 

Pertanyaan untuk kita: bolehkah kita juga menyebut diri kita sebagai saudara-saudari Yesus Kristus? Benarkah bahwa Ia selalu menjadi inspirasi hidup kita? Benarkah bahwa Yesus Kristus selalu menjadi nomor satu dalam hidup kita? Benarkah bahwa Yesus Kristus sungguh menyatu, dan menghidupkan kita setiap hari? 

Saudara-saudari… Oleh Sakramen permandian kita sudah secara resmi menjadi anggota Gereja Kristus. Oleh Sakramen Mahakudus, Yesus Kristus sudah masuk dan menyatu dalam diri kita dan Ia sudah menjadi makanan jasmani dan rohani kita; Ia sudah hidup dalam diri kita.

Kita berdoa, semoga dengan sakramen-sakramen yang sudah kita terima dan oleh firmanNya yang sudah kita dengar setiap hari, kita pun selalu dikuatkan dan diteguhkan sehingga kita selalu sanggup menjalankan tugasNya, dengan demikian kita pun sungguh layak disebut sebagai saudara dan saudari Yesus Kristus.

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen.

Siro Jumat, 13 Sept 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII
PW S. Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil
Luk 6:39-42

Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta?
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, akan menjadi sama dengan gurunya.

Mengapakah engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu,' padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? 

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Demikianlah Injil Tuhan.

======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Jumat, 13 September 2019                                                                                                                   
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Hidup Jujur Selalu Membuahkan Kedamaian Dalam Bathin dan Pikiran!                          (Lukas 6:39-42)

Saudara-saudari… Seorang frater atau Seminari selama 4 tahun hidup dalam situasi tidak menentu: perasaan bathinnya selalu tidak nyaman. Sewaktu masuk Novisiat, saya amati bahwa setiap pagi waktu berdoa, ia selalu mengipas dirinya dengan kipas angin, sementara kami yang lain merasa udara pagi itu sangat sejuk. Pada suatu sore, Saya memanggil dia ke kantor. Saya bertanya kepadanya kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan perasaannya. Dengan spontan dia menjawab, bahwa ia baik-baik saja. Kemudian saya menanyakan, apa yang membuat dia selalu mengipas dirinya di pagi hari pada waktu doa pagi? Dia menjawab, bahwa dia merasa panas. Kemudian saya bertanya: “Apakah kepanasan itu dari luar atau dari dalam dirimu? Dia menjawab, “Dari luar.” Sewaktu dia menjawab, “dari luar”, saya menantangnya, karena selama beberapa hari itu hanya dia saja yang mengalami rasa panas. Saya meminta dia supaya ngomong secara jujur, demi kebaikannya. Dia menundukkan kepalanya dan dengan suara tersendat-sendat meminta maaf. Kemudian ia memandang saya dengan mata berkaca-kaca. Kemudian dengan jujur ia katakan bahwa sudah 4 tahun dia hidup tidak jujur terhadap teman dan pembinanya. Selama 4 tahun hidupnya samasekali tidak nyaman, tetapi dia sembunyikan hal itu. Dia juga sadar, bahwa cepat atau lambat ia akan terjebak juga. Dengan jujur, ia juga berkata, bahwa semakin ia menutupi kekurangannya, dadanya terasa sangat panas. Karena itu ia selalu mengipas tubuhnya entah siang atau malam. Di saat diminta untuk ngomong secara terbuka, ia merasa gugup dan takut. Pada waktu ia putuskan untuk ngomong, ia merasa sangat malu. Tetapi di saat ia ungkapkan semuanya secara terbuka dan jujur, maka ia merasa sangat legah dan pada saat yang sama bathin dan pikirannya terasa relax. Itulah buah kejujuran: bathin dan pikiran alami rasa damai. 
Pernahkah saudara-saudari merasa terbelenggu karena anda menyembunyikan kesalahan? Bagaimana perasaan anda sewaktu kesalahan anda dibongkar dan dibahas secara terbuka?  

Saudara-saudari... Hari ini Yesus dengan tegas menegur mereka yang hidup munafik, yang cepat sekali menghakimi orang lain, sementara diri sendiri memikiki banyak kekurangan. Kepada mereka Yesus berkata: “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas selumbar dari mata saudaramu.”  Yesus Kristus sangat tidak senang dengan sikap munafik. Dia meminta kita untuk hilangkan sikap munafik itu dari dalam diri kita, lalu pupuki dan perkuatkan kejujuran. Kejujuran akan membuat kita merasa bebas dan alami rasa damai. 

Marilah saudara-saudari….Pomosikanlah kejujuran dalam hidup kita demi ketenangan bathin dan pikiran kita sendiri. Kalau kita jujur terhadap diri sendiri, maka sudah dengan sendirinya kita sudah jujur kepada Tuhan dan sesama. Sebaliknya kalau kita tidak jujur kepada diri sendiri, maka pada saat yang sama kita pun sudah tidak jujur kepada Tuhan dan sesama. 

Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan sadarkanlah kami agar selalu hidup jujur demi kedamaian hidup kami sendiri. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amen!

Siro Kamis, 12 Septembar 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII
PF Nama SP Maria yang Tersuci

Bacaan Injil
Luk 6:27-38

Hendaknya kalian murah hati se bagaimana Bapamu murah hati adanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Dengarkanlah perkataan-Ku ini: 
Kasihilah musuhmu. 
Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kalian.
Mintalah berkat bagi mereka yang mengutuk kalian. 
Berdoalah bagi orang yang mencaci kalian.
Bila orang menampar pipimu yang satu, 
berikanlah pipimu yang lain. 
Bila orang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.

Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, 
dan janganlah meminta kembali 
dari orang yang mengambil kepunyaanmu.
Dan sebagaimana kalian kehendaki orang perbuat kepada kalian, 
demikian pula hendaknya kalian berbuat kepada mereka.
Kalau kalian mengasihi orang-orang yang mengasihi kalian, apakah jasamu? 
Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
Lagi pula kalau kalian memberikan pinjaman kepada orang 
dengan harapan akan memperoleh sesuatu dari padanya, 
apakah jasamu? 
Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, 
supaya mereka menerima kembali sama banyaknya.

Tetapi kalian, 
kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka 
dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan, 
maka ganjaranmu akan besar 
dan kalian akan menjadi anak Allah Yang Mahatinggi. 
Sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih 
dan orang-orang jahat.
Hendaklah kalian murah hati 
sebagaimana Bapamu murah hati adanya.
Janganlah menghakimi orang, maka kalian pun tidak akan dihakimi. 
Dan janganlah menghukum orang, 
maka kalian pun tidak akan dihukum. 
Ampunilah, maka kalian pun akan diampuni.
Berilah, dan kalian akan diberi. 
Suatu takaran yang baik, 
yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar 
akan dicurahkan ke pangkuanmu. 
Sebab ukuran yang kalian pakai, akan diukurkan pula kepadamu."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Kamis, 12 September 2019                                                                                                                   
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Pilihlah Kasih Daripada Kebencian!                                                                                      Lukas 6: 27-38

Saudara-saudari... Pada suatu hari seorang bapa datang kepadaku dengan satu pertanyaan. “Pastor, mengapa saya merasa tidak senang dengan pribadi-pribadi yang sombong, kasar dan cepat marah?” Mendengar pertanyaan itu saya langsung bertanya balik, “Menurut bapa mengapa tidak senang dengan pribadi macam itu? Saya yakin bapa punya alasan mengapa bapa tidak senang dengan orang sombong, kasar dan cepat marah!” “Pastor, saya tidak tahu alasannya! makanya saya tanya Pastor”  jawabnya.  Kemudian saya tanya lagi: “Pernahkan bapa sendiri alami perbuatan dari pribadi yang sombong itu? Pernahkah bapa diperlakukan secara kasar oleh orang lain? Pernahkah bapa dimarahi oleh orang lain?”  Ia menjawab: Iya! Ok. Sombong menurut bapa itu apa? Jawabnya: “Sombong menurut saya adalah orang menganggap dirinya lebih tinggi dari pada orang lain; menganggap dirinya sangat hebat dari orang lain.” 
Jawabanya ini mngingatkan saya akan isi pencobaan setan lewat mulut ular kepada Hawa. Kata Ular kepada Hawa: “Kalau saja engkau memakan buah terlarang ini pasti engkau akan menyamai Allah dan engkau akan mengetahui segala sesuatu.” Hawa sangat tergiur dengan perkataan Ular ini. Karena itu munculah kerinduan dalam hati Hawa untuk menjadi seperti Allah, agar bisa menyamai Allah. Dengan itu ia mengiyakan tawaran Ular. Ia memakan buah terlarang. Kemudian ia memberikan buah terlarang itu kepada Adam dengan pikiran bahwa mereka akan segera menyamai Allah. Kasihan, konsekwensi dari perbuatan mereka adalah kejatuhan.  Bukan berdiri sama tinggi dengan Allah, tetapi kejatuhan, merayap seperti ular. Mereka telanjang dan merasa malu. Martabat mereka menjadi sangat rendah. Pengalaman firdaus yang penuh sukacita kini berubah menjadi pengalaman dukacita penuh penderitaan. Itulah konsekwensi dari kesombongan!

Selanjutnya saya katakan kepada si bapa tadi: pengalaman kejatuhan Adam dan Hawa ini sebenarnya sudah menjadi peringatan bagi mereka yang sombong. Mereka yang sombong terhadap sesama entah cepat atau lambat tetap akan alami kejatuhan. 
Apakah bapa tidak merasa kasihan dengan orang yang sombong yang tidak tahu akan apa akibat dari perbuatan dan tingkah lakunya yg sombong? Kasihankan...karena kesombongannya atau kekerasannya atau cepat marahnya ia jatuh terperosok. Mana yang baik: memupuk perasaan jengkel kepada mereka yang sombong atau merasa kasihan dengan mereka dan mendoakan mereka agar mereka bertobat? 

Saudara-saudari... Itulah ajakan Yesus untuk kita semua pada hari ini untuk memilih kasih daripada kebencian; mendoakan musuh daripada membenci mereka; mengampuni orang berdosa daripada mencaci maki mereka.

Marilah saudara-saudari...  Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan gerakanlah hati dan pikiran kami agar selalu memilih kasih dari pada kebencian dan kami juga berdoa bagi mereka yang selalu membenci orang lain agar bertobat dan berbalik promosikan kasih. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Jumat, 06 September 2019

Siro Sabtu, 7 Sept 19

Bacaan Liturgi 

Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

Bacaan Injil
Luk 6:1-5

Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum. Para murid memetik bulir-bulir gandum, menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata, "Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"Maka Yesus menjawab, "Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam rumah Allah dan mengambil roti sajian. itu dimakannya dan diberikannya kepada para pengikut-Nya. Padahal roti itu tidak boleh dimakan, kecuali oleh para imam."

Dan Yesus berkata lagi, 
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Sabtu, 07 September 2019                                                                                                                       
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Yesus Kristus Selalu Membela Orang Kecil!                                                    
(Lukas 6: 1 - 5)

Sauadara - saudari…. Hari ini, kita mendengar bagaimana Yesus membela para muridNya sewaktu para muridNya dimarahi oleh orang Farisi. Orang Farisi berkata kepada para murid Yesus: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Para murid tidak menjawab. Yang menjawab pertanyaan orang Farisi ini adalah Guru para murid itu sendiri, yaitu Yesus Kristus.  Yesus berkata: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar? Bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Secara tidak langsung Yesus mau ingatkan orang Farisi bahwa selalu ada pengecualian. Hukum dibuat oleh manusia untuk kebaikan manusia, tetapi bukan untuk menyengsarakan manusia. Kebutuhan dasar manusia tidak boleh diabaikan hanya karena mau menjaga keutuhan hukum. Kemudian Yesus menegaskan kembali kepada orang Farisi tentang siapakah Dia sesungguhnya. Katanya: “Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”  Itu berarti apa yang dikehendaki Tuhan harus selalu menjadi prioritas. 

Saudara-saudari... Apa yang dibuat Yesus sesungguhnya sudah menjadi inspirasi yang sangat baik bagi kita semua, yaitu supaya selalu berpihak kepada masyarakat yang lemah dan tak berdaya. Kita harus selalu siap membela mereka yang kelaparan, bukannya membebani mereka dengan hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang kaku. 

Marilah saudara-saudari, kita berdoa semoga Tuhan selalu menyadarkan kita agar kita selalu prioritaskan kebutuhan dasar manusia dari pada hukum dan peraturan yang kaku.

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen!

Rabu, 04 September 2019

Siro Jumat, 5 September 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

Bacaan Injil
Luk 5:1-11

Mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu ketika Yesus berdiri di pantai danau Genesaret. Orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan sabda Allah. Yesus melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahu itu sedikit jauh dari pantai. Lalu Yesus duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Setelah berbicara, Ia berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu aku akan menebarkan jala juga."

Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap ikan dalam jumlah besar, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain, supaya mereka datang membantu. Maka mereka itu datang, lalu mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Melihat hal itu Simon tersungkur di depan Yesus dan berkata, "Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa."Sebab Simon dan teman-temannya takjub karena banyaknya ikan yang mereka tangkap. Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Yesus lalu berkata kepada Simon, "Jangan takut. Mulai sekarang engkau akan menjala manusia."

Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                 
Kamis, 05 September 2019                                                                                                                        RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Biarkanlah Tuhan Memanfaatkan Apa Yang Kita Miliki!                                                      (Lukas 5: 1 - 11)

Saudara-saudari… Injil hari ini mengingatkan kita akan beberapa hal penting:                                                     
1) Dalam karya keselamatan manusia, Tuhan menggunakan hasil usaha manusia untuk keselamatan manusia itu sendiri. Injil hari ini katakan: “Yesus naik ke dalam perahu milik Simon dan menyuruh Simon supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Kemudian Yesus duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.”  Yesus memanfaatkan kekayaan Simon sebagai sarana pembantu dalam karya pewartaan-Nya. Satu pesan yang sangat menarik untuk kita supaya selalu murah hati dan biarkan harta kekayaan kita digunakan Tuhan demi kelancaran pewartaan kerajaan Allah. 
2) Setia dan taat mengikuti perintah Tuhan selalu mendatangkan berkat berlimpah. Injil katakan bahwa sesudah selesai mengajar, Yesus berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Perintah Yesus ini ditanggapi oleh Simon dengan satu keluhan, katanya: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Pernyataan Simon ini bisa ditafsiran:  pertama sebagai penolakan secara halus akan perintah Yesus. Dia, sebagai pelaut, tahu dengan baik kapan waktu terbaik untuk menangkap ikan. Membuang jala di siang hari bukanlah waktu yang tepat untuk menangkap ikan. Sepertinya dia mengikuti perintah Yesus sekedar mau menyenangkan Dia. Penafsiran kedua, Simon tetap percaya kepada Yesus Kristus. Katanya: “Karena Engkau menyuruhnya, aku akan melakukannya.” Dari pernyataan ini tersirat satu pesan bahwa Simon tetap melihat Yesus sebagai orang yang harus dihormati, walaupun dari segi pengetahuan, Yesus bukanlah Nelayan. Di sini, Simon mengesampingkan kemapuannya, tetapi taat mengikuti perintah Yesus. Kesetiaan dan ketaatan-nya sudah mendatangkan berkat bagi Simon. Dalam sekejap mereka menangkap begitu banyak ikan. 
3) Walaupun hasil tangkapannya sangat banyak, tetapi jala mereka tidak koyak. Itu berarti mujizat Tuhan selalu mendatangkan kebahagiaan, bukannya kerusakan. Dari pengalaman Simon ini, kita juga bisa belajar, bahwa kemampuan manusiawi kita tidak bisa melampau kehebatan Tuhan. Karena itu, sikap yang harus selalu kita pupuki dalam hidup sebagai umat beriman adalah biarkan kuasa Tuhan bekerja dalam diri kita. Kuasanya akan memperkaya kemampuan kita. Kita boleh manfaatkan kemampuan kita sesuai dengan profesi kita, tetapi kita juga harus selalu terbuka, membiarkan dan malah mengajak Tuhan untuk selalu bekerja sama dengan kita. 
4) Pengalaman akan kuasa Allah selalu menyadarkan kita betapa besarnya kuasa Tuhan dan betapa tak-berdayanya kita umat manusia. Simon, sesudah menyaksikan penangkapan ikan yang begitu banyak, tersyungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Mungkin tadinya Simon mengikuti perintah Yesus tidak sepenuh hati. Mungkin dia menganggap remeh Yesus Kristus sebagai anak tukang kayu yang tidak punya pengetahuan akan kelautan. Tetapi kini ia sadar. Pengalaman akan kuasa Allah sudah merubah konsepnya. Ia percaya betapa besarnya Tuhan, dan betapa tak-berartinya dia di hadapan Tuhan. 

Marilah saudara-saudari, berilah diri kita, milik kita kepada Tuhan dan biarkan Dia memanfaatkannya demi kemuliaan namaNya. Sekali Dia menggunakan diri atau milik kita maka berkat berlimpah akan dicurahkanNya kepada kita.
  
Bersama St. Theresa dari Kalkuta dan Bunda Maria kita berdoa: Tuhan manfaatkanlah diri dan apa yang kami miliki demi kemuliaan nama-Mu. Semoga berkat kuasa-Mu kemampuan dan apa yang kami miliki menjadi berkat bagi orang lain.  Amen!

Selasa, 03 September 2019

Siro Rabu, 4 September 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

Bacaan Injil
Luk 4:38-44

Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil, sebab untuk itulah Aku diutus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Setelah meninggalkan rumah ibadat di Kapernaum, Yesus pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon sakit deman keras,  dan mereka minta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Yesus berdiri di sisi wanita itu, lalu menghardik demamnya. Segera penyakit itu meninggalkan dia. Wanita itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kerabatnya yang sakit kepada Yesus. Ia meletakkan tangan atas mereka masing-masing  dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak, "Engkaulah Anak Allah." Tetapi dengan keras Yesus melarang mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia Mesias.

Ketika hari siang Yesus berangkat ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia. Ketika menemukan-Nya, mereka berusaha menahan Dia, supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Allah sebab untuk itulah Aku diutus."Dan Ia mewartakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                      
Rabu, 04 September 2019                                                                                                                
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Melayani Sesama Sebagai Ungkapan Syukur!                                                                          (Lukas 4: 38 - 44)

Saudara-saudari... Bacaan Pertama dan Injil hari ini mengingatkan kita untuk selalu tahu bersyukur kepada Tuhan lewat perbuatan nyata, yaitu lewat melayani sesama. 
Paulus, dalam Suratnya kepada Jemaat di Kolose, mengucap syukur kepada Tuhan karena jemaat di Kolose menanggapi dengan baik apa yang sudah diajarkan Paulus kepada mereka dan kini iman  mereka semakin berkembang dan diamalkannya lewat perbuatan konkrit. Paulus berkata: “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus.” Kolose 1:3-4. Paulus bahagia menyaksikan buah pewartaannya. Dia percaya bahwa Tuhan selalu bekerja bersama dia dan jemaatnya di Kolose. Doa dan ucapan syukur bagi Paulus tidaklah cukup, ucapan syukur itu juga diwujudkannya lewat melayani dan mewartakan Kristus ke mana saja. 

Hari ini hal yang sama dilakukan oleh ibu mertua Petrus.  Setelah disembuhkan oleh Yesus Kristus, ia tidak berhenti menikmati kebahagiaan karena kini demamnya sudah hilang, tetapi ia bangkit dan melayani Yesus dan mereka yang datang bersama Yesus. Dia melayani mereka dengan penuh sukacita karena ia sendiri sudah mengalami sentuhan tangan kasih Allah. Ia yang tadinya terperangkap oleh demam yang membuat tubuh dan perasaannya tidak bisa berdaya, tetapi kini ia sudah menjadi manusia bebas. Ia bisa bergerak leluasa dan bisa melakukan apa yang mau dikerjakannya. Melayani Yesus dan sesama adalah satu bentuk ungkapan syukurnya kepada Tuhan. Melayani Tuhan dan sesama adalah satu bentuk expresi hati yang penuh sukacita.

Bagaimana dengan kita? Di saat kita alami kesuksesan dan kita sungguh percaya bahwa kesuksesan kita adalah berkat Tuhan. Apa yang kita buat pada saat itu? Apakah kita berdoa dan menyampaikan syukur kepada Tuhan? Apakah hanya itu saja yang kita buat? Atau lebih dari itu? 

Marilah saudara-saudari...jadikanlah sikap St. Paulus dan ibu Mertua Simon Petrus sebagai inspirasi hidup kita. Expresikan rasa syukur kita bukan hanya lewat doa tetapi lebih dari itu, yaitu melayani Tuhan dan sesama dalam perbuatan konkrit.
Kita berdoa semoga Tuhan senantiasa menyadarkan kita untuk selalu tahu bersyukur lewat perbuatan nyata, yaitu melayani Tuhan lewat melayani sesama di sekitar kita.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Senin, 02 September 2019

Siro Selasa, 3 September 19

Bacaan Liturgi 

Hari Biasa, Pekan Biasa XXII
PW S. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil
Luk 4:31-37

Aku tahu siapa Engkau: Engkaulah Yang Kudus dari Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwaYesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea. Di situ Ia mengajar pada hari-hari Sabat. Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan. Ia berteriak dengan suara keras,"Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Engkaulah Yang Kudus dari Allah."

Tetapi Yesus menghardik dia, kata-Nya, "Diam, keluarlah dari padanya!" Maka setan menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya, dan sama sekali tidak menyakitinya.

Semua orang takjub, lalu berkata satu sama lain, "Alangkah hebatnya perkataan ini! Dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat, dan mereka pun keluar."

Maka tersiarlah berita tentang Yesus ke mana-mana di daerah itu.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                      Selasa, 03 September 2019                                                                                                               
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Manfaatkan Status Kita Untuk Melayani Dan Membebaskan Sesama!                                (Lukas 4: 31 - 37)

Saudara-saudari.... Hari ini kita merayakan Pesta Peringatan St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja. Gregorius lahir di Roma pada tahun 540. Ibunya bernama Silvia dan ayahnya Gordianus. Ayahnya seorang kaya raya. Selama masa kana-kanaknya, Gregorius mengalami suasana tegang karena pada waktu itu kota Roma diduduki oleh suku bangsa Goth, Jerman. Meskipun demikian, Gregorius menerima pendidikan yang memadai. Ia pandai sekali dalam pelajaran tata bahasa, retorika dan dialektika. Karena posisinya di antara keluarga-keluarga bangsawan sangat menonjol, maka Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan umum masyarakat dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun, ia menjadi prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat. Namun Tuhan menghendaki Gregorius bekerja di ladang anggurNya. Gregorius meletakkan semua jabatan politiknya dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Ia menjual sebagian besar kekayaannya dan uang yang diperolehnya dimanfaatkan untuk mendirikan biara-biara. Ia tidak hanya hidup dalam biara, tetapi juga giat di luar: membantu orang-orang miskin dan tertindas. Pada tahun 586 ia dipilih menjadi Abas di biara St Andreas di Roma. Di sana ia berjuang membebaskan para budak belian yang dijual di pasar-pasar kota Roma. Pada tahun 590, ia diangkat menjadi Paus. Dengan ini dia dapat penuh wibawa melaksanakan cita-citanya membebaskan kaum miskin. Ia mengutus Agustinus ke Inggris bersama 40 biarawan lain untuk mewartakan Injil di sana. Gregorius adalah Paus pertama yang secara resmi mengumumkan dirinya sebagai kepala Gereja Katolik sedunia. Karena tulisan-tulisannya yang berbobot, ia digelar sebagai Pujangga Gereja Latin. Meskipun begitu, ia tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai Abdi para abdi Allah (Servus servorum Dei). Gregorius meninggal dunia pada tahun 604. Ia sudah memanfaatkan statusnya untuk melayani sesama dan membebaskan orang yang tertindas dari macam-macam bentuk penindasan.  

Saudara-saudari...  Injil hari ini menceriterakan kepada kita tentang kehebatan Yesus Kristus di mata banyak orang di Kapernaum. Kalau di Nasareth ia ditolak, tetapi di Kapernaum ia dikagumi dan disambut oleh banyak orang. Dia mengajar dengan penuh wibawa dan penuh kuasa. Ia memanfaatkan statusnya untuk melayani dan membebaskan banyak orang dari macam-macam bentuk penindasan, entah karena sakit atau karena dikuasai oleh roh roh jahat, atau karena disingkirkan oleh masyarakat. Yesus merangkul semuanya dan memberi mereka kebebasan dan menjadi manusia baru.

Bagaimana dengan kita? Bagaimana kita memanfaatkan status kita dalam kehidupan bermasyarakat atau dalam keluarga kita? Apakah kita juga mengikuti contoh hidup St. Gregorius dan Yesus Kristus sendiri? 
Kita berdoa semoga Tuhan senantiasa menyadarkan kita untuk memanfaatkan status kita untuk melayani sesama dan membebaskan mereka yang tertindas menjadi manusia merdeka. 

Kita memohon St. Gregorius dan Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!