Rabu, 06 Maret 2019

Siro Kamis, 7 March 19

Bacaan Liturgi

Hari Kamis Sesudah Rabu Abu

PW S. Perpetua dan Felisitas, Martir

Bacaan Injil
Luk 9:22-25

Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nyabahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Kata-Nya kepada mereka semua, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                              
Kamis, 07 Maret 2019                                                                                                                          
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Arti Menyangkal Diri Demi Tuhan Dan Sesama!                                                                    Lukas 9: 22- 25

Saudara-saudari.... Hari ini Yesus Kristus dengan tegas katakan: “Setiap orang yang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.” Satu pernyataan yang sangat menantang dan punya kesan sangat berat untuk diikuti. Bagi yang sangat mencintai kehendak pribadi dan selalu memprioritaskan kepentingan pribadi rupanya sangat sulit menjalankan permintaan Yesus Kristus ini. Tetapi bagi mereka yang selalu siap memberi dirinya untuk membahagiakan sesama dan selalu prioritaskan kepentingan sesama dan Tuhan, maka permintaan Yesus Kristus ini pasti akan selalu bisa dijalankan.
Pernyataan “menyangkal diri” di sini ada kesan negatip, punya konotasi sepertinya tidak jujur akan diri sendiri hanya karena mau menyenangkan orang lain. Apa sebenarnya yang dimaksudkan Yesus Kristus dengan pernyataan: “menyangkal diri”?

Menyangkal diri bukan berarti tidak mau menerima kenyataan diri; juga bukan berarti tidak jujur dengan diri sendiri; juga bukan berarti hanya mau menyenangkan orang lain. Menyangkal diri di sini punya arti yang sangat mulia yaitu dengan tahu dan mau karena didorong oleh satu motivasi yang luhur menjadikan kepentingan sesama dan Tuhan menjadi nomor satu. Ada kesadaran akan tingkat prioritas. Kesadaran bahwa kepentingan Tuhan dan orang lain jauh lebih utama dibandingkan dengan kepentingan diri sendiri.

Saya ingat seorang pastor misionaris yang terjun ke medan perang untuk menghentikan perang antara suku.   Anak panah berterbangan ke arah suku lawan. Pastor sudah berusaha mendekati kedua pemimpin suku, meminta supaya perang diberhentikan. Tetapi pendekatannya tidak berhasil. Beberapa nyawa sudah jadi korban dan perang semakin bertambah tegang. Pastor juga tidak hilang akal. Ia melabur tubuhnya dengan lumpur, berteriak masuk ke medan perang, stop...stop...stop. Demi Kristus, saya meminta stop! Kedua suku diam, mereka berhenti menarik anak panahnya. Dari tengah tempat pertempuran ia meminta mereka supaya pulang dan ia sendiri akan menemukan mereka di tempat mereka masing-masing. Mereka semua mendengarkan dia dan pulang ke kampung masing-masing. Pastor pergi menemukan mereka. Beberapa hari sesudahnya terjadilah acara perdamaian.

Perbuatan Pastor ini sesungguhnya adalah ungkapan penyangkalan diri yang sangat mulia demi keselamatan tubuh dan jiwa dari kedua suku yang lagi berperang. Pastor merasa tidak takut akan anak panah yang lagi terbang menuju sasarannya; pastor tidak lagi berpikir apakah perbuatannya akan mendatangkan kematian untuk dirinya sendiri? Ia sama sekali tidak berpikir tentang dirinya sendiri. Yang dipikirkannya hanya keselamatan tubuh dan jiwa manusia yang lagi berperang. Baginya, keselamatan orang lain jauh lebih penting dari pada keselamatan dirinya sendiri. Orang lain sudah jadi nomor satu, sementara dirinya nomor dua.
Itulah arti dari penyangkalan diri yang dimaksudkan Yesus Kristus yang diwartakannya hari ini.  Dasar dari penyangkalan diri di sini adalah cinta agape. Pastor merasa hidupnya tidak punya arti kalau tidak menyelamatkan orang-orang ini. Didorong oleh rasa cinta yang sangat tinggi, ia siap menerima resiko, apapun yang terjadi, entah anak panah menembusi tubuhnya atau tidak. Itulah salib yang dipikulnya pada saat itu. Merasa berat dan sungguh satu keputusan yang tidak gampang: antara hidup atau mati. Ia mengikuti nasihat Yesus Kristus: “Barang siapa yang kehilangan nyawanya demi aku, ia akan menyelamatkannya.” Ia masuk ke medan perang. Puji Tuhan, ia selamat dari anak panah. Pastor ini masih hidup tetapi karena sakit ia kembali ke Negara asalnya. Ia selalu dikenang oleh kedua suku ini. Ia biasa dipanggil: Pastor yang stopkan perang suku, dalam bahasa Papua New Guinea: Pater brukim pait !

Saudara-saudari.... Sekarang kita lagi dalam masa Prapaskah, mengadakan Retreat Agung, pertobatan dalam rangkah menyambut kebangkitan Kristus. Marilah kita melihat diri dan bertanya apakah kita selalu berhasil menyangkal diri demi keselamatan sesama kita? Apakah kita selalu berusaha mempromosikan cinta agape yang dipromosikan oleh Yesus Kristus? Kapankah terakhir kali, kita menyangkal diri demi keselamatan sesama kita?

Kita berdoa, semoga Tuhan selalu beri kita kekuatan dan keberanian untuk menolak tawaran duniawi dan kemauan diri sendiri serta keteguhan dalam menghayati perintah Yesus Kristus untuk menyangkal diri demi Dia dan keselamatan sesama.

Kita mohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amin.

Tidak ada komentar: