Minggu, 28 Juli 2019

Siro Senin, 29 July 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XVII
PW S. Marta

Bacaan Injil
Yoh 11:19-27

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Menjelang Hari Raya Paskah, banyak orang Yahudi datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.

Maka kata Marta kepada Yesus, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."Kata Yesus kepada Marta, "Saudaramu akan bangkit."Kata Marta kepada-Nya, "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."Jawab Yesus, "Akulah kebangkitan dan hidup! Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati; dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"Jawab Marta, "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                                 Senin, 29 Juni 2019                                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Tuhan Selalu Mengunjungi Kita Kapan dan Dalam Situasi Apa Saja
Yohanes 11:19-27

Saudara-saudari.... Barangsiapa yang sudah mengalami kematian dari anggota keluarga, seperti yang diceriterakan dalam Injil hari ini, saya yakin - sungguh sangat gampang merasakan perasaan Marta dan Maria. Marta yang masih dalam situasi duka begitu mendengar Yesus Kristus datang, langsung pergi menemui-Nya. Ia ungkapkan apa yang dirasakannya kepada Yesus.
Secara pribadi, saya bisa memahami dan merasakan apa yang dialami Marta. Sewaktu Bapa saya meninggal, 23 Mei 1980, waktu itu saya masih sangat muda, saya merasa bahwa saya sudah kehilangan pelindung; kehilangan penyandar; kehilangan pribadi yang mendengarkan luapkan isi hati saya; kehilangan figur seorang bapa. Pada waktu itu, saya merasa bahwa masa depanku sangat suram. Pada saat itu, saya sungguh mendambahkan hiburan, kekuatan dan kehadiran fisik dari teman-teman dan keluarga dekat yang bisa memahami perasaan saya. Pada saat yang sama, saya juga berdoa mohon bantuan Tuhan agar apa yang ku-idam-idamkan dapat tercapai. Puji Tuhan bahwa dambahan saya terwujud.
Ssaudara-saudari... Hari ini kita merayakan pesta Santa Marta, murid Yesus.

Beberapa hal menarik yang kita amati dari Marta, yang mungkin baik dijadikan bahan permenungan dan inspirasi hidup kita, adalah sebagai berikut: (1) Dalam situasi duka Marta tetap menunjukkan keunikannya, yaitu seorang pribadi yang selalu aktip. Injil katakan: “Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan Yesus.” Bagaimana dengan sikap kita. Apakah kita tetap mendengar suara Tuhan di saat berada dalam situasi duka? Ke manakah kita lari di saat kita berada dalam situasi duka? (2) Dalam situasi duka, di hadapan Tuhan, ia ungkapkan perasaannya secara terbuka. Injil katakan, bahwa sewaktu Marta bertemu Yesus, dia ungkapkan perasaan dan pikirannya. Katanya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Bagaimana dengan kita? Apakah dalam situasi duka kita selalu ungkapkan perasaan kita secara terbuka kepada Tuhan? (3) Dalam situasi duka Marta tetap berpegang teguh pada imannya. Ia seorang beriman, percaya total pada Yesus. Lewat Injil kita dengar ungkapan imannya: katanya kepada Yesus: “Sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya.”  Bagaimana sikap iman kita di saat kita alami situasi duka? Apakah kita tetap melihat Tuhan sebagai penguasa tunggal? (4) Agama Marta pada waktu itu adalah agama Yahudi. Ajaran agamanya tetap dihayati dan diamalkannya dalam situasi apapun. Kematian saudaranya, Lazarus dianggapnya sebagai kematian fisik, sementara jiwanya tetap hidup. Marta pecaya bahwa ada kebangkitan di balik kematian. Bagaimana dengan sikap dan penghayatan iman kita dalam menghadapi kematian? Apakah kita selalu percaya bahwa kematian adalah pintu menuju kehidupan baru?  (5) Sesudah bertemu dan mendengarkan apa yang dikatakan Yesus Kristus, Marta mengalami satu perubahan konsep tentang kebangkitan. Kebangkitan bukan lagi dilihat sebagai sesuatu yang abstrak, melainkan sebagai sesuatu yang riil. Marta kini berhadapan dengan Yesus Kristus, yang adalah kebangkitan dan hidup.
Sesudah ia ungkapkan imannya: “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dunia.” Maka Lazarus dibangkitkan oleh Yesus Kristus dari kematiaanya. Apakah kita sungguh percaya bahwa saudara-saudari kita, yang sudah mati secara fisik sungguh bangkit? Apakah kita pernah alami bagaimana jiwa orang mati membantu kita?
Sungguh, Tuhan selalu berserta kita. Ia selalu menepati janji-Nya. Ia selalu mendekati dan mendengarkan kita. Ia selalu merasakan apa yang kita rasakan. Dia selalu datang kepada kita dan dalam situasi apa saja. Bukalah hati kita untuk menyambutnya dan luapkanlah isi hati kita kepadaNya.

Bersama St. Marta dan Bunda Maria, kita berdoa: Tuhan, sadarkanlah kami, bahwa Engkau selalu datang kepada kami kapan dan dalam situasi apa saja. Bersama dan dalam Kristus, kami akan hidup untuk selamanya.  Amen!

Tidak ada komentar: