Minggu, 21 Juli 2019

Siro Senin, 23 July 19

Bacaan Injil
Yoh 20:1.11-18

Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada hari Minggu Paskah, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus, dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya, "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka, "Tuhanku telah diambil orang,  dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan."

Sesudah berkata demikian Maria menoleh ke belakang, dan melihat Yesus berdiri di situ; tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya, "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman. Maka ia berkata kepada-Nya, "Tuan, jikalau Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku di mana Tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya."Kata Yesus kepadanya, "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya, "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid, "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Tuhanlah yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                    
Senin, 22 Juli 2019                                                                                                                             
 RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Bukalah Mata dan Telinga Hati Kita Agar Mampu Melihat Dan Mendengarkan Tuhan! Yohanes 20:1-2,11-18

Saudara-saudari... Pada satu sore seorang teman saya berjalan di pinggir Toko di salah satu kota. Dengan penuh gembira saya menegurnya. Saya malah memangggil namanya. Tetapi teman ini tidak memberi tanggapan sama sekali. Dia berjalan terus. Saya merasa heran dan bertanya dalam diriku. Mengapa temanku ini tidak menjawab sapaan saya? Apakah dia marah dengan saya? Pernahkah saya menyakiti hatinya? Sikapnya mengundang saya untuk bertanya diri. Sesudah mengadakan refleksi secukupnya saya dengan segala keyakinan tahu bahwa kami baik-baik saja. Mungkin dia lagi sibuk memikirkan sesuatu sehingga dia tidak mendengarkan saya. Pada waktu makan malam saya mendekati dia. Saya bertanya kepadanya: “Teman kemana tadi sore? Oh...saya ke kota. Apakah teman berjalan di pinggir Toko? Toko mana? Ia bertanya kepada saya. Saya menyebut nama tokonya. Oh...saya tidak ingat. Jawabnya. Apakah teman dengar ada orang yang memanggil teman? Tanya saya. Oh...saya tidak dengar. Apa yang teman pikirkan tadi sore? Saya bertanya kepadanya. “Teman...selama beberapa hari terakhir saya sangat terganggu. Ada macam-macam persoalan yang sedang saya hadapi. Beberapa hari terakhir saya keluar asrama sekedar menghibur diri, kadang saya tidak tahu kemana saya pergi. Kadang saya tidak dengar apa yang sedang dibicarakan orang lain. Saya lagi bergelut dengan diri sendiri. Maaf kalau teman memanggil saya tadi di kota. Saya lagi focus pada diri sendiri.

Saudara-saudari... Hari ini kita mendengar pengalaman Santa Maria Magdalena. Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Ia ke kubur dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Pengalaman melihat kubur terbuka membuat dia merasa takut dan cemas. Ia lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain. Katanya: “Tuhan telah diambil orang dari kubur.” Kesimpulan pribadi tanpa informasi yang memadai membuat dia merasa takut dan cemas. Pendapat pribadi sudah menjadi tolok ukur kebenaran, sementara ia tidak membuat satu penelitian yang cukup akurat untuk membuktikan apakah kesimpulannya benar. Fokus pencariaannya berdasakan pada konsep pribadi dengan demikian tolok ukur kebenaran ada pada diri sendiri. Sewaktu Yesus menujukkan dirinya kepada Maria Magdalena, ia tidak mengenalnya. Mata biologisnya tidak bisa melihat dan mengenal Yesus karena yang ada dalam otaknya adalah Yesus yang sudah dibawa lari oleh orang lain. Fokusnya ada pada kubur kosong dan pada pikiran bahwa Yesus yang sudah dibawa lari. Peringatan yang sudah disampaikan Yesus kepada para murid, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga, sudah buyar dari ingatan Maria Magdalena. Fokusnya hanyalah pada kubur kosong, Yesus sudah hilang. Ia sibuk bergulat dengan dirinya sendiri, sampai kehadiran Yesus di depan matanya tidak dikenalnya. Tetapi di saat namanya dipanggil oleh suara yang begitu lama dikenalnya, ia langsung tersentak. Dia tahu siapa yang memanggilnya. Maria langsung berbalik dan menjawabnya: Rabuni. Nama adalah identitas diri kita. Sekali identitas diri kita disapa, maka kita langsung bereaksi, apalagi kalau identitas kita disapa oleh orang yang sangat dengan kita.

Saudara-saudari... Betapa sering terjadi salah paham dalam kehidupan bermasyarakat karena kekurangan perhatian dan terlalu fokus pada diri sendiri. Betapa sering kita menganggap pendapat kita sangat benar, tetapi sebanarnya tidak selamanya kita benar. Karena itu selalu dianjurkan supaya tetap terbuka mendengarkan pendapat orang lain. 
Selama Maria Magdalena fokus pada dirinya sendiri, ia tidak bisa mengenal Yesus Kristus yang ada di depan matanya. Tetapi di saat ia membuka telinga hatinya dan mendengarkan panggilan Yesus, ia langsung tersentak dan bereaksi. Dan pada saat itulah terbukalah matanya dan langsung mau memeluk Yesus. Itulah buah keterbukaan iman: selalu sanggup melihat dan merasakan Tuhan.

Pertanyaan untuk kita: apakah mata, hati dan telinga iman kita selalu terbuka untuk melihat, merasakan dan mendengarkan Tuhan? 

Bersama St. Maria Magdalena dan Bunda Maria kita berdoa: Tuhan, bukalah mata, hati dan telinga iman kami agar mampu melihat, merasakan dan mendengarkan Engkau. Amin.elinga Hati Kita Agar Mampu Melihat Dan Mendengarkan Tuhan! Yohanes 20:1-2,11-18

Saudara-saudari... Pada satu sore seorang teman saya berjalan di pinggir Toko di salah satu kota. Dengan penuh gembira saya menegurnya. Saya malah memangggil namanya. Tetapi teman ini tidak memberi tanggapan sama sekali. Dia berjalan terus. Saya merasa heran dan bertanya dalam diriku. Mengapa temanku ini tidak menjawab sapaan saya? Apakah dia marah dengan saya? Pernahkah saya menyakiti hatinya? Sikapnya mengundang saya untuk bertanya diri. Sesudah mengadakan refleksi secukupnya saya dengan segala keyakinan tahu bahwa kami baik-baik saja. Mungkin dia lagi sibuk memikirkan sesuatu sehingga dia tidak mendengarkan saya. Pada waktu makan malam saya mendekati dia. Saya bertanya kepadanya: “Teman kemana tadi sore? Oh...saya ke kota. Apakah teman berjalan di pinggir Toko? Toko mana? Ia bertanya kepada saya. Saya menyebut nama tokonya. Oh...saya tidak ingat. Jawabnya. Apakah teman dengar ada orang yang memanggil teman? Tanya saya. Oh...saya tidak dengar. Apa yang teman pikirkan tadi sore? Saya bertanya kepadanya. “Teman...selama beberapa hari terakhir saya sangat terganggu. Ada macam-macam persoalan yang sedang saya hadapi. Beberapa hari terakhir saya keluar asrama sekedar menghibur diri, kadang saya tidak tahu kemana saya pergi. Kadang saya tidak dengar apa yang sedang dibicarakan orang lain. Saya lagi bergelut dengan diri sendiri. Maaf kalau teman memanggil saya tadi di kota. Saya lagi focus pada diri sendiri.

Saudara-saudari... Hari ini kita mendengar pengalaman Santa Maria Magdalena. Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Ia ke kubur dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Pengalaman melihat kubur terbuka membuat dia merasa takut dan cemas. Ia lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain. Katanya: “Tuhan telah diambil orang dari kubur.” Kesimpulan pribadi tanpa informasi yang memadai membuat dia merasa takut dan cemas. Pendapat pribadi sudah menjadi tolok ukur kebenaran, sementara ia tidak membuat satu penelitian yang cukup akurat untuk membuktikan apakah kesimpulannya benar. Fokus pencariaannya berdasakan pada konsep pribadi dengan demikian tolok ukur kebenaran ada pada diri sendiri. Sewaktu Yesus menujukkan dirinya kepada Maria Magdalena, ia tidak mengenalnya. Mata biologisnya tidak bisa melihat dan mengenal Yesus karena yang ada dalam otaknya adalah Yesus yang sudah dibawa lari oleh orang lain. Fokusnya ada pada kubur kosong dan pada pikiran bahwa Yesus yang sudah dibawa lari. Peringatan yang sudah disampaikan Yesus kepada para murid, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga, sudah buyar dari ingatan Maria Magdalena. Fokusnya hanyalah pada kubur kosong, Yesus sudah hilang. Ia sibuk bergulat dengan dirinya sendiri, sampai kehadiran Yesus di depan matanya tidak dikenalnya. Tetapi di saat namanya dipanggil oleh suara yang begitu lama dikenalnya, ia langsung tersentak. Dia tahu siapa yang memanggilnya. Maria langsung berbalik dan menjawabnya: Rabuni. Nama adalah identitas diri kita. Sekali identitas diri kita disapa, maka kita langsung bereaksi, apalagi kalau identitas kita disapa oleh orang yang sangat dengan kita.

Saudara-saudari... Betapa sering terjadi salah paham dalam kehidupan bermasyarakat karena kekurangan perhatian dan terlalu fokus pada diri sendiri. Betapa sering kita menganggap pendapat kita sangat benar, tetapi sebanarnya tidak selamanya kita benar. Karena itu selalu dianjurkan supaya tetap terbuka mendengarkan pendapat orang lain. 
Selama Maria Magdalena fokus pada dirinya sendiri, ia tidak bisa mengenal Yesus Kristus yang ada di depan matanya. Tetapi di saat ia membuka telinga hatinya dan mendengarkan panggilan Yesus, ia langsung tersentak dan bereaksi. Dan pada saat itulah terbukalah matanya dan langsung mau memeluk Yesus. Itulah buah keterbukaan iman: selalu sanggup melihat dan merasakan Tuhan.

Pertanyaan untuk kita: apakah mata, hati dan telinga iman kita selalu terbuka untuk melihat, merasakan dan mendengarkan Tuhan? 

Bersama St. Maria Magdalena dan Bunda Maria kita berdoa: Tuhan, bukalah mata, hati dan telinga iman kami agar mampu melihat, merasakan dan mendengarkan Engkau. Amin.

Tidak ada komentar: