Rabu, 02 Januari 2019

Siro Jumat, 28 Des 18

Bacaan Liturgi

Pesta Para Kanak-Kanak Suci, Martir

Bacaan Injil
Mat 2:13-18

Herodes menyuruh
agar semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya dibunuh.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Setelah orang-orang majus
yang mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem itu pulang,
nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi.
Malaikat itu berkata,
"Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya!
Larilah ke Mesir,
dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu,
karena raja Herodes akan mencari Anak itu untuk dibunuh."
Maka Yusuf pun bangunlah.
Malam itu juga diambilnya Anak itu serta ibu-Nya,
lalu menyingkir ke Mesir,
dan tinggal di sana hingga Herodes mati.
Hal itu terjadi supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan lewat nabi-Nya,
"Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
Ketika Herodes tahu,
bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu,
sangat marahlah ia.
Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya,
yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah,
sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya
dari orang-orang majus itu.
Dengan demikian genaplah firman
yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
Terdengarlah suara di Rama,
tangis dan ratap yang amat memilukan;
Rahel menangisi anak-anaknya, dan ia tidak mau dihibur,
sebab mereka tidak ada lagi.
Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Jumat, 28 Desember 2018                                                                                                                        
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Jagalah Keseimbangan Antara Nilai Sosial, Moral Dan Agama Dalam Hidup!                
Matius 2: 13-18

Saudara-saudari... Hari ini kita merayakan pesta Kanak-kanak Suci, yang dibunuh oleh Raja Herodes di Betlehem dan sekitarnya. Alasan utama yang mendorong Raja Herodes membunuh anak-anak di bawah umur dua tahun ini adalah karena ada ketakutan akan kehilangan kuasa. Kehadiran anak kecil yang baru dilahirkan, yaitu Yesus Kristus, yang disembah oleh tiga Raja dari majus, yang akan menjadi Raja bangsa Yahudi, dilihatnya sebagai ancaman. Raja Herodes menafsir pemberitahuan ketiga Raja Majus ini secara harafiah. Ia sungguh cemas, bahwa sebentar lagi kedudukannya sebagai raja akan dirampas oleh Yesus Kristus. Kecemasan inilah yang mendorong dia untuk menggagalkan apa yang sudah diramalkan itu, yaitu dengan menyuruh tentaranya membunuh anak-anak di bawah umur 2 tahun. Herodes melihat Yesus semata-mata dari sudut politik; dia tidak tahu bahwa kerajaan Yesus Kristus sesungguhnya mau merajai hati semua manusia beriman, bukan untuk merajai manusia secara politik.  Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan itu menelan begitu banyak korban, banyak orang yang tak berdosa harus mati. Anak-anak yang tidak bersalah dipenggalnya.

Saudara-saudari... Herodes adalah symbol manusia yang sangat rakus akan kuasa; Herodes adalah symbol manusia yang tidak mau menerima kesuksesan orang lain; Herodes adalah symbol manusia yang tidak mau kehilangan status. Herodes adalah symbol manusia yang menyalah-gunakan kuasa dan statusnya untuk menggagalkan kesuksesan orang lain; Herodes adalah symbol manusia yang kehilangan kesadaran akan nilai moral, social dan nilai agama tetapi hanya berkonsentrasi pada kerakusan akan kuasa dan ingat diri.

Pertanyaan kita: Apakah sifat Herodes ini masih dipraktekkan oleh manusia di zaman kita? Bagaimana sikap para penguasa di wilayah kita? Apakah ada yang masih menggunakan cara yang digunakan oleh Herodes 2000 lebih tahun yang lalu? Apakah ada penguasa yang tidak mau melepaskan kuasanya, tetapi dengan kekerasan menggagalkan orang lain yang mau mengambil alih posisinya? Apakah ada korban-korban yang tak bersalah yang kita saksikan karena keberingasan dari pribadi yang rakus akan kuasa ini?

Kalau sikap Herodes ini masih ada dan tetap dipraktekan itu berarti: 1) Pribadi tersebut sudah kehilangan kesadaraan bahwa dia adalah mahluk rohani yang berjiwa dan berbadan. 2) Dia sudah kehilangan kesadaraan bahwa dia adalah mahluk bermoral. 3) Dia sudah kehilangan kesadaran bahwa dia adalah mahluk social.
Kalau saja nilai moral tetap dijunjung tinggi, maka sudah pasti pelempiasan perasaan secara membabi buta atau membunuh sesama tidak akan terjadi; kalau saja nilai agama tetap dihayati dan diamalkan dengan baik, maka pasti saja suara hati akan tetap didengar dan akan tetap dijadikan sebagai standard penentu untuk bertindak; kalau saja nilai sosial tetap dipupuki dengan baik, maka pasti saja sikap saling mengasihi dan menghormati sebagai mahluk sosial tetap dijaga baik.

St. Yoseph dalam Injil hari ini, adalah symbol manusia yang selalu menjaga keseimbangan antara nilai agama, moral dan social. Ia selalu sensitip mendengar suara Tuhan dan mengikuti perintah-Nya; Ia selalu bertanggungjawab akan kehidupan anak dan istrinya.

Marilah saudara-saudari... Sambil merayakan Pesta Kanak-kanak suci hari ini, kita berdoa memohon bantuan Tuhan agar kita selalu sanggup mempromosikan nilai-nilai agama, social dan moral dalam kehidupan harian kita dengan demikian keharmonisan dan damai antara kita tetap terjamin.

Kita memohon Bunda Maria, St. Yusuf dan kanak-kanak suci untuk mendoakan kita. Amin

Tidak ada komentar: