Minggu, 21 April 2019

Siro Jumat, 19 April 19

Bacaan Liturgi

Hari Jumat Agung

Bacaan Injil
Yoh 18:1-19:42

Mengenang Sengsara Tuhan.
Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Yohanes:

Seusai perjamuan Paskah,
keluarlah Yesus dari ruang perjamuan
bersama-sama dengan murid-murid-Nya,
dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron.
Di situ ada suatu taman.
Yesus masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
Yudas yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu,
karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
Maka datanglah juga Yudas ke situ
bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah
yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi.
Mereka datang  lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya.
Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada mereka,
"Siapakah yang kamu cari?"
Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"
Kata Yesus kepada mereka, "Akulah Dia."
Yudas yang mengkhianati Yesus
berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
Ketika Yesus berkata kepada mereka 'Akulah Dia',
mundurlah mereka, dan jatuh ke tanah.
Maka Yesus bertanya pula, "Siapakah yang kamu cari?"
Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"
Jawab Yesus, "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia.
Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."
Demikian terjadi
supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya:
   Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku,
   tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung
dan memutuskan telinga kanannya.
Nama hamba itu Malkhus.
Kata Yesus kepada Petrus,
"Sarungkanlah pedangmu itu!
Bukankah Aku harus minum cawan
yang diberikan Bapa kepada-Ku?"

Maka para prajurit serta perwiranya,
dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu
menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Lalu mereka membawa Yesus mula-mula kepada Hanas,
karena Hanas adalah mertua Kayafas,
yang pada tahun itu menjadi Imam Agung;
dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada orang-orang Yahudi:
   Adalah lebih berguna
   jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.

Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus.
Murid itu mengenal Imam Agung,
dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung itu.
Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu.
Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Agung,
kembali ke luar,
bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu,
lalu membawa Petrus masuk.
Maka kata perempuan penjaga pintu kepada Petrus,
"Bukankah engkau juga murid orang itu?"
Jawab Petrus, "Bukan!"
Sementara itu
hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang,
sebab hawa dingin waktu itu,
dan mereka berdiri berdiang di situ.
Petrus pun berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.
Maka mulailah Imam Agung menanyai Yesus
tentang para murid dan tentang ajaran-Nya.
Jawab Yesus kepadanya,
"Aku berbicara terus terang kepada dunia!
Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah
tempat semua orang Yahudi berkumpul,
Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi.
Mengapakah engkau menanyai Aku?
Tanyailah mereka,
yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka;
sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."
Ketika Yesus berkata demikian,
seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus
sambil berkata, "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Agung?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya,
tetapi jikalau benar, mengapakah engkau menampar Aku?"

Lalu Hanas mengirim Yesus terbelenggu kepada Kayafas,
Imam Agung.
Simon Petrus masih berdiri berdiang.
Kata orang-orang di situ kepadanya,
"Bukankah engkau juga seorang murid Yesus?"
Petrus menyangkalnya, katanya, "Bukan!"
Salah seorang hamba Imam Agung,
keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus,
berkata kepadanya, "Bukankah engkau kulihat di taman itu
bersama-sama dengan Yesus?"
Maka Petrus menyangkal lagi
dan ketika itu berkokoklah ayam.

Keesokan harinya
mereka membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan.
Ketika itu hari masih pagi.
Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu,
supaya jangan menajiskan diri,
sebab mereka hendak makan Paskah.
Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata,
"Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"
Jawab mereka kepadanya,
"Jikalau Ia bukan penjahat,
kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Ambillah Dia, dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu!"
Kata orang-orang Yahudi itu,
"Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."
Demikian terjadi
supaya genaplah firman Yesus
yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan,
lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya,
"Engkau inikah raja orang Yahudi?"
Jawab Yesus,
"Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu?
atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Kata Pilatus, "Orang Yahudikah aku?
Bangsamu sendiri dan imam-imam kepala
telah menyerahkan Engkau kepadaku,
apakah yang telah Engkau perbuat?"
Jawab Yesus, "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini!
Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini,
pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan,
supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi.
Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini!"
Maka kata Pilatus kepada-Nya,
"Jadi Engkau adalah raja."
Jawab Yesus, "Seperti yang kaukatakan, Aku adalah raja!
Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini,
yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran;
setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
Kata Pilatus kepada-Nya, "Apakah kebenaran itu?"

Sesudah mengatakan demikian,
Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi,
dan berkata kepada mereka,
"Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.
Tetapi padamu ada kebiasaan,
bahwa pada hari raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu.
Maukah kamu,
supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?"
Mereka pun berteriak,
"Jangan Dia, melainkan Barabas!"
Barabas adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri,
dan menaruhnya di atas kepala Yesus.
Mereka mengenakan jubah ungu pada-Nya,
dan sambil maju ke depan mereka berkata,
"Salam, hai raja orang Yahudi!"
Lalu mereka menampar wajah Yesus.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada Orang-orang Yahudi,
"Lihatlah aku membawa Dia ke luar kepada kamu,
supaya kamu tahu
bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu.
Maka kata Pilatus kepada mereka,
"Lihatlah Manusia ini!"
Ketika para imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Yesus,
berteriaklah mereka, "Salibkan Dia, salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia!
Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya,
"Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati,
sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia.
lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan,
dan berkata kepada Yesus, "Dari manakah asal-Mu?"
Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.
Maka kata Pilatus, "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku?
Tidakkah Engkau tahu
bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau,
dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
Yesus menjawab,
"Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku,
jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas.
Sebab itu,
dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus,
tetapi orang-orang Yahudi berteriak,
"Jikalau engkau membebaskan Dia,
engkau bukanlah sahabat Kaisar.
Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar."

Ketika mendengar perkataan itu,
Pillatus menyuruh Yesus ke luar.
Lalu ia duduk di kursi pengadilan,
di tempat yang bernama Litostrotos,
dalam bahasa Ibrani: Gabata.
Hari itu ialah hari persiapan Paskah,
kira-kira jam dua belas.
Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu,
"Inilah rajamu!"
Maka berteriaklah mereka,
"Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka,
"Haruskah aku menyalibkan rajamu?"
Jawab imam-imam kepala,
"Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar!"
Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka
untuk disalibkan.
Dan mereka menerima Yesus.

Sambil memikul salib-Nya, Yesus dibawa ke luar kota,
ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam
bahasa Ibrani: Golgota.
Di situ Yesus disalibkan,
dan bersama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain,
sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.
Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu,
bunyinya: Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.
Banyak orang Yahudi membaca tulisan itu,
sebab tempat Yesus disalibkan itu letaknya dekat kota,
dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan bahasa Yunani.
Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus,
"Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi,
tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."
Jawab Pilatus, "Apa yang kutulis, tetap tertulis!"

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus,
mereka mengambil pakaian Yesus,
lalu membaginya menjadi empat bagian,
masing-masing prajurit satu bagian.
Jubah Yesus pun mereka ambil.
Tetapi jubah itu tidak berjahit,
dari atas ke bawah merupakan satu tenunan utuh.
Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain,
"Janganlah kita membagi jubah ini menjadi beberapa potong,
tetapi baiklah kita membuang undi
untuk menentukan siapa yang akan mendapatnya."
Demikianlah terjadi
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci:
   Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka,
   dan membuang undi atas jubah-Ku.
Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.

Di dekat salib Yesus berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya
dan murid yang Ia kasihi di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya,
"Ibu, inilah anakmu!"
dan kemudian kata-Nya kepada murid itu,
"Inilah ibumu!"
Dan sejak saat itu
murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu
bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Ia
-- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, --
"Aku haus!"

Di situ ada suatu buli-buli penuh anggur asam.
Maka mereka mencucukkan bunga karang pada sebatang hisop,
mencelupkannya dalam anggur asam itu,
lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Sesudah meminum anggur asam itu,
berkatalah Yesus, "Sudahlah selesai!"
Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.

(semua hening sejenak menerungkan wafat Tuhan)

Karena hari itu adalah hari persiapan Paskah,
dan supaya pada hari Sabat
mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib
-- sebab Sabat itu adalah hari yang besar --
maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus
dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan,
dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit,
lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain
yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus.
Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus
dan melihat bahwa Ia telah mati,
mereka tidak mematahkan kaki-Nya.
Tetapi seorang dari antara prajurit itu
menikam lambung Yesus dengan tombak,
dan segera mengalirlah darah serta air ke luar.
Dan orang yang melihat sendiri hal itu
yang memberi kesaksian ini, dan benarlah kesaksiannya.
Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran,
supaya kamu juga percaya.
Sebab hal itu terjadi,
supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci:
   Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan;
dan nas lain yang mengatakan:
   Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam.

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea,
(Yusuf ini adalah seorang murid Yesus,
tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi)
meminta kepada Pilatus,
supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus.
Pilatus meluluskan permintaan Yusuf.
Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah Yesus
Juga Nikodemus datang ke situ.
Dialah yang dulu datang malam-malam kepada Yesus.
Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu,
kira-kira lima puluh kati beratnya.
Mereka mengambil jenazah Yesus,
mengapaninya dengan kain lenan
dan membubuhinya dengan rempah-rempah
menurut adat pemakaman orang Yahudi.
Di dekat tempat Yesus disalibkan itu ada suatu taman,
dan dalam taman itu ada suatu kubur baru
yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.
Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi,
sedang kubur itu tidak jauh letaknya,
maka mereka meletakkan jenazah Yesus di situ.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                
Jumat Agung, 19 April 2019                                                                                                             
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Ketaatan Dan Cinta Bisa Membuahkan Keselamatan! 
Yohanes 18:1 – 19:42
Saudara-saudari... Kisah kejatuhan manusia berawal dari taman Firdaus, dan kini kisah keselamatan manusia berawal dari Taman Getsemani. Pada awal mula, manusia hidup bahagia di taman Firdaus. Manusia hidup harmonis dan damai dengan lingkungan sekitar. Tetapi kemudian, manusia digodai Setan dan jatuh dalam genggamannya. Sejak kejatuhannya, manusia masuk dalam satu situasi hidup yang sama sekali lain.  Ia selalu dikuasai oleh rasa takut dan malu. Ia merasa jauh dari Tuhan dan malah takut bertemu Tuhan. Tetapi cinta Tuhan kepada manusia tidak pernah hilang. Ia menjanjikan bahwa Tuhan akan mengirim PuteraNya untuk menyelamatkan manusia dari genggaman Setan.

Hari ini, Yesus Kristus masuk ke satu taman, namanya Getsemani. Di dalam taman ini Ia bergulat dengan Setan. Yesus merasa takut. Di dalam taman ini Ia pun digoda oleh Setan. Dalam Injil Matius kita mendengar bagaimana Yesus meminta BapaNya kalau boleh membiarkan piala itu berlalu. Katanya: “Ya Bapa-ku, jikalau piala ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!”  Lewat pernyataan ini Yesus digoda oleh Setan dengan satu bahasa yang sangat halus, tawar menawar dengan Tuhan. Lewat pernyataan ini kita bisa merasakan ketakutan Yesus menghadapi penderitaan yang sudah dibayangkannya. Tetapi Yesus sadar akan tugasNya. Ia harus taat kepada kehendak BapaNya. Sesudah berdoa, Yesus mengalaman kekuatan. Berkat kekuatan itu Ia sanggup menghadapi para prajurit yang dituntun oleh Yudas Iskariot yang sudah dikuasai oleh Setan untuk menangkapNya. Di dalam taman Getsemani, Adam Baru yaitu Yesus Kristus bergulat dengan Setan, tetapi Ia tidak jatuh mengikuti tawaran Setan. Ia taat pada Perintah BapaNya untuk menerima kematian, karena hanya lewat penderitaan dan kematian, kehidupan Baru bisa diraih kembali.
Di dalam taman Getsemani Yesus alami pengkianatan Yudas; alami kebrutalan Petrus memotong telinga Malkus; alami kebengisan manusia yang menyengsarakan Dia. Tetapi karena ketaatan kepada Bapa dan cintaNya kepada manusia, Yesus menerima semuanya dengan tenang.
Penginjil Yohanes menampilkan ke-allahan Yesus dalam taman Getsemani lewat peristiwa yang mengejutkan. Yesus bertanya kepada mereka yang datang kepadaNya: “Siapakah yang kamu cari? Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” kataNya kepada mereka: “Akulah Dia.” Maka Yudas dan semua yang datang bersamanya mundur dan jatuh ke tanah. Kemudian Ia bertanya lagi: “Siapakah yang kamu cari? Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” kataNya kepada mereka: “Telah kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” Lewat adegan singkat ini, Yohanes mau tunjukkan kepada pembaca betapa hebatnya kata-kata Tuhan. Kata-kata yang keluar dari mulut Tuhan selalu punya kuasa. Yohanes juga tunjukkan kebaikan dan cinta Tuhan lewat membebaskan para muridnya agar tidak diapa-apakan oleh para prajurit yang datang menangkap Yesus. Mereka semua selamat. Yesus juga menyembuhkan telinga Malkus yang dipotong oleh Petrus dan Malkus, hamba Imam Besar tidak apa-apakan Petrus.
Yesus Kristus, Adam Baru tampil dengan satu sikap yang sangat luar biasa. Ia tidak jatuh  ke dalam godaan Setan. KetaatanNya kepada kehendak Bapa dan cintaNya kepada manusia membuahkan keselamatan.

Bagaimana praktek ketaatan dan cinta kita kepada Tuhan dan sesama? Apakah kita selalu setia dan tekun menjalankan perintah Tuhan dengan penuh tanggungjawab walaupun kadang kita merasakan beratnya?
Bagaimana dengan penghayatan dan pengamalan cinta kita kepada Tuhan lewat sesama kita? 

Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan, bantulah kami, semoga kami sungguh sadar dan bisa memahami nilai dari ketaatan dan cinta serta bisa menghayati dan mengamalkannya dalam hidup karena buahnya bisa mendatangkan keselamatan. Amen.

Tidak ada komentar: