Senin, 10 Februari 2020

Siro Rabu, 05 February 2020

Bacaan Liturgi 05 Februari 2020

Hari Biasa, Pekan Biasa IV
PW S. Agata, Perawan dan Martir

Bacaan Injil
Mrk 6:1-6

Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, 
sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat, 
dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. 
Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? 
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? 
Dan mujizat-mujizat yang demikian 
bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? 
Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? 
Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" 
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka, 
"Seorang nabi dihormati di mana-mana 
kecuali di tempat asalnya sendiri, 
di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana, 
kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit 
dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Demikianlah Injil Tuhan.

=======================
Siraman Rohani
Rabu, 05 Februari 2020.
Rm Fredy Jehadin SVD

Tema: Terimalah Keberhasilan Dan Keputusan Setiap Pribadi!

(Markus 6: 1 – 6)

Saudara-saudari… Bacaan Injil hari ini sungguh sangat kontradiktip. Sewaktu Yesus mengajar di rumah ibadat, para jemaat yang besar terheran-heran mendengar ajaran-Nya. Mereka bertanya-tanya: Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Tetapi sewaktu mereka sadar akan latar belakang Yesus, mereka kecewa dan menolak Dia. Mengapa mereka menolak Dia? Mereka seharusnya bangga karena Dia, yang adalah warga sekampung tampil di depan umum dan bisa mengadakan mujizat, sudah mengharumkan nama kampung asal mereka. Tetapi yang terjadi sama sekali lain. Mereka menolak Dia. Alasan penolakan mereka terhadap Yesus sesungguhnya karena rasa cemburu dan jengkel akan kehebatan Yesus. Dia yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal tiba-tiba tampil menjadi guru dan punya murid, sementara mereka yang lain harus keluarkan uang untuk membiaya pendidikan dan bekerja keras untuk meraih pengetahuan; Yesus, yang tadinya hanya tukang kayu, tiba-tiba tampil di depan umum dan mengadakan mujizat; Dia yang tadinya tidak dikenal oleh massa, kini tampil di depan umum dan menjadi pembicara dengan penuh kuasa. Perubahan yang sangat mendadak ini sungguh tidak bisa dimengerti oleh orang sekampung-Nya. Mereka sungguh jengkel, kecewa dan menolak-Nya. Mereka berpikir bahwa perubahan yang sangat mendadak ini adalah sesuatu yang tidak normal. Sungguh di luar pemahaman mereka. Mereka tidak sadar bahwa Yesus adalah Mesias, yang punya kuasa. 

Saudara-saudari…Hari ini kita merayakan Pesta St. Agata, Perawan dan martir. Ia berasal dari Pulau Sisilia Italia, Puteri seorang bangsawan kaya yang berkuasa di Palermo Sisilia. Penderitaannya sebagai martir terjadi pada masa pemeritahan Kaiser Decius 249 – 251. Penderitaan itu berawal dari peristiwa penolakannya terhadap lamaran Quintianus, seorang pegawai tinggi kerajaan Romawi. Ia menolak karena ia telah berjanji tetap hidup suci di hadapan Tuhan. Akibatnya ia ditangkap dan dipenjarakan dengan maksud untuk mencemari kesuciannya. Dengan bantuan Tuhan, Agata tetap menunjukkan dirinya sebagai mempelai Kristus yang teguh dan suci murni. Quintianus semakin berang dan terus menyiksa Agata hingga mati. Agata menghadapi ajalnya dengan perkasa dan menerima mahkota keperawanan dan kemartirannya pada tahun 250. Karena dipercaya bahwa Agata mempunya kekuatan untuk mengendalikan  letusan-letusan gunung api Etna di Sisilia, ia dimuliakan dan dihormati sebagai pelindung manusia dari ancaman-ancaman api. 

Saudara-saudari…  Marilah kita merenung sebentar. Kalau Yesus ditolak oleh orang-orang seasalnya atas dasar cemburu karena kehebatan-Nya dan Agata dibenci dan dibunuh oleh manusia yang sangat ingat diri, karena Agata menolak tawarannya mengawinani dia, lalu bagaimana dengan tanggapan dan sikap serta kebiasan kita? Apakah kita selalu merasa bangga karena sesama kita ada yang berhasil atau kita juga punya sikap yang sama seperti orang Nasaret, yang menolak Yesus? Apakah kita juga punya sikap ingat diri agar orang lain harus selalu ikut kemauan kita, atau kita selalu menghormati keputusan setiap pribadi? Kalau kita selalu bersikap positip, bersyukurlah dan selalu rendah hati. Kalau kita selalu punya tendensi negatip, ingat diri, marilah kita mohon ampun dan perbaiki sikap kita sebelum terlambat. 

Bersama St. Agata dan Bunda Maria kita berdoa: Tuhan sadarkan kami agar kami selalu rendah hati dan menghargai keberhasil dan keputusan sesama kami. Doa ini kami sampaikan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amen!

Tidak ada komentar: