Selasa, 11 Juni 2019

Siro Senin, 10 Juni 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa X
PW Santa Perawan Maria, Bunda Gereja

Bacaan Injil
Yoh 19:25-34

Inilah ibumu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Waktu Yesus bergantung di salib,
dekat salib itu berdiri ibu Yesus,
dan saudara ibu Yesus, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya
dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya,
"Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya,
"Inilah ibumu!"
Dan sejak saat itu
murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.

Sesudah itu,
karena bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Yesus
-- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --
"Aku haus!"

Di situ ada suatu wadah penuh anggur asam.
Maka mereka mencelupkan bunga karang dalam anggur asam itu,
mencucukkannya pada sebatang hisop,
lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Sesudah meminum anggur asam itu,
berkatalah Yesus, "Sudah selesai!"
Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.

Hari Yesus wafat adalah hari persiapan paskah.
Supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib,
-- sebab Sabat itu adalah hari yang besar --
maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus
dan meminta kepadanya
supaya kaki orang-orang yang disalibkan itu dipatahkan
dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit,
lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain
yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus.
Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus,
dan melihat bahwa Ia telah mati,
mereka tidak mematahkan kaki-Nya.
Tetapi salah seorang dari prajurit itu
menikam lambung Yesus dengan tombak,
dan segera mengalirlah darah serta air keluar.

Demikianlah Injil Tuhan.
=====================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                     
Senin, 10 Juni 2019                                                                                                                               
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Bunda Maria Adalah Bunda Gereja!                                                                         
Yohanes 14:15-16.23-26

Saudara-saudari... Seorang Bapa sebelum meninggal dunia, ia memanggil semua anaknya untuk duduk di sampingnya. Ia menasihati mereka untuk selalu menjaga relasi yang baik antara mereka. Ia mengangkat anak sulungnya sebagai pengganti dirinya. Dengan sangat terbuka dia katakan kepada anak-anaknya: “Kalau saya sudah pergi, pandanglah kakak sulung kamu sebagai pengganti saya. Dengarkanlah dia.” Langsung sesudah itu dia menghembuskan nafasnya dan pergi untuk selamanya.

Saudara-saudari... Hari ini Gereja universal merayakan peringatan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Gereja. Penghormatan khusus ini ditetapkan oleh Paus Fransiskus pada tanggal 3 Maret 2018. Maria sebagai Bunda Gereja dirayakan secara khusus pada hari Senin pertama setalah perayaan Pentakosta. Perayaan  ini diharapkan dapat mendorong Gereja untuk merasa memiliki seorang ibu, dan sekaligus memiliki rasa hormat yang sejati kepada Bunda Maria. Hal ini sejalan dengan pernyataan Injil hari ini, di mana sebelum kematiannya, dari Salib, Yesus Kristus menyerahkan Ibu-Nya kepada para rasul. Katanya: “Inilah ibu-mu!” Satu pernyataan yang sangat mengesankan. Yesus dengan sepenuh hati menyerahkan ibu-Nya menjadi ibu dari para rasul, bukan hanya para rasul dan murid pada waktu itu, tetapi semua orang yang percaya kepada Kristus dari segala zaman. Karena itu berbahagialah mereka yang selalu mengormati Bunda Maria dan selalu mendekatkan dirinya kepada Bunda Maria.
Kepada Ibunya, Yesus juga berkata:  “Inilah anak-anakmu!” Itu berarti sejak Bunda Maria mendapat kepercayaan dari Puteranya, ia harus selalu memperlakukan mereka yang percaya kepada Puteranya sebagai anak-anaknya. Jadi sebagai anak-anaknya, Bunda Maria selalu memperhatikan kita, melindungi kita dan mendengarkan kita. Sebagai Bunda, ia selalu menyiapkan apa yang dibutuhkan anak-anaknya. Karena itu, berbahagialah mereka yang selalu merasa diri sebagai anak Bunda Maria. Sebagai anak-anak Bunda Maria, kita pun harus selalu taat pada-nya dan mendengarkan perintah dan nasihatnya.
Relasi kita dengan Bunda Maria sesungguhnya bukanlah karena kehendak kita, tetapi karena kehendak Puteranya sebelum wafat di kayu salib. Yesuslah yang menyerahkan Bunda Maria menjadi Ibu kita dan kita menjadi anak-anak Bunda Maria. Itu berarti satu kehendak yang sangat mulia dan harus dijalankan dan diwujud-nyatakan dalam kehidupan harian kita sebagai perwujudan ketaatan kita sebagai murid Kristus. Kalau kita tidak menghayatinya itu berarti kita tidak menghargai dan mengindahkan permintaan terakhir dari Yesus Kristus sebelum Dia wafat. Seperti dalam kisah seorang Bapa dalam ceritera tadi. Menasihati anak-anaknya untuk melihat kakak sulung sebagai pengganti bapa mereka. Kalau dihayati dan diamalkan pasti akan mendatangkan berkat, tetapi kalau tidak maka tidak mendapatkan berkat.
Marilah saudara-saudari...  Sebagai murid-murid Kristus hayati dan amalkanlah apa yang dikatakan Kristus sebelum Dia wafat: bertingkahlaku baiklah terhadap Bunda Maria; hormatilah dia dengan sepenuh hati, karena dia adalah Bunda Kristus dan Bunda kita.

Kita berdoa semoga Tuhan senantiasa membantu kita agar kita selalu rendah hati dan penuh hormat mengasihi Bunda Maria dalam seluruh hidup dan karya kita.

Kita mohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen!

Tidak ada komentar: