Senin, 05 Agustus 2019

Siro Selasa, 6 Agustus 19

Bacaan Liturgi

Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya

Bacaan Injil
Luk 9:28-36

Ketika Yesus sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa.Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia.Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan, dan berbicara tentang tujuan kepergian Yesus dan akan digenapi-Nya di Yerusalem.

Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur, dan ketika terbangun, mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya; juga kedua orang yang berdiri di dekat Yesus itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada Yesus, "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." 

Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata, "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Murid-murid itu merahasiakan semua itu, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu.

Demikianlah Injil Tuhan.
======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                  
Selasa, 06 Agustus 2019                                                                                                                    
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Bersama Tuhan jiwa kita selalu merasa bahagia dan nyaman!                                   
Lukas 9:28-36

Saudara-saudari... Pernahkah saudara merasa sungguh bahagia dan bersukacita di saat anda selesai menjalankan meditasi atau kontemplasi atau berdoa atau misa? 
Pada suatu hari di bulan Juli 2012, saya mengunjungi kubur dari Santo Fransiskus di Asisi Italia. Sewaktu saya masuk dalam ruangan di mana santo Fransiskus di kuburkan, saya merasa situasinya sungguh damai dan sangat kondusip untuk berdoa. Hati dan pikiranku sungguh didorong untuk berdoa. Di tengah kerumunan banyak orang, saya langsung berlutut dan berdoa di pingggir kubur santo Fransiskus. Sesudah beberapa menit saya hanyut dalam situasi penuh bahagia. Saya tidak sadarkan diri lagi, saya ada di mana. Saya tidak tahu berapa lama saya berdoa di sana.  Sewaktu kesadaranku kembali, saya melihat begitu banyak orang berjalan mengelilingi kubur santo Fransiskus. Di saat itu saya memuji dan memuliakan Tuhan karena Dia memberi seorang santo yang sangat rendah hati dan penuh belaskasihan kepada kita. Santo inilah yang sudah menggerakan hati saya untuk menjadi imam. Saya rindu untuk berlama-lama di samping kuburnya, tetapi karena keterbatasan waktu saya harus pergi dan tinggalkan tempat suci ini. Tetapi pengalaman akan Allah lewat santo Fransiskus selalu segar dalam ingatanku sampai saat ini. 

Saudara-saudari... Lewat Injil hari ini kita mendengar pengungkapan rasa gembira dari Rasul Petrus kepada Yesus sesudah mereka alami pengalaman transfigurasi Yesus di gunung Tabor. Kata Petrus kepada Yesus: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Petrus sungguh merasa bahagia. Ia sudah merasakan betapa bahagianya mengalami kemuliaan Tuhan. Pengalaman akan kemuliaan Tuhan itulah yang mendorong Petrus untuk tinggal terus di gunung bersama Yesus. Itulah pengalaman puncak, pengalaman akan Allah yang sungguh menggembirakan hati, sampai-sampai Petrus tidak sadarkan diri lagi bahwa ia masih berada di dunia yang penuh dengan tantangan hidup. Lewat pengalaman puncak ini, Petrus semakin mengenal siapakah Yesus sesungguhnya. Dari balik awan yang menaungi mereka terdengarlah suara: “Inilah Anak yang kupilih, dengarkanlah Dia.” Petrus semakin memahami bahwa Yesus adalah Putra Allah, Anak pilihan Allah. Petrus taat kepada Yesus Kristus sampai pada titik akhir hidupnya. Ia berani mati disalibkan demi Kristus yang diimaninya.

Saudara-saudari... Kematian demi Kristus adalah bukti ketaatan dan cinta dari setiap pengikut Kristus yang sudah mengalami Dia secara riil. Mereka tidak lagi melihat kematian itu sebagai siksaan yang menakutkan tetapi satu ungkapan solider, mati bersama Kristus, Sang Juru Selamat yang sangat mencintai manusia. Mereka merasa bahwa hidup bersama Kristus selalu mendatangkan sukacita dan damai sejahtera meskipun ada tantangan. 

Saudara-saudari... Saya yakin, kita semua sudah mengalami Allah. Masih ingatkah anda akan pengalaman kemulian bersama Tuhan? Kapan dan di manakah anda mengalaminya? Bagaimana perasaan anda waktu itu? Apa makna pengalaman itu untuk kehidupan anda sampai saat ini?

Marilah kita ikuti santo Petrus yang sesudah mengalami Kristus, memberi dirinya secara total, melayani Tuhan dan sesama sampai pada detik akhir hidupnya walaupun lewat penderitaan. 

Kita berdoa semoga hati kita selalu terbuka mengalami kemuliaan Allah setiap hari dan siap sedia melayani Tuhan lewat sesama kita di mana saja kita berada. 

Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita.  Amin.

Tidak ada komentar: