Minggu, 24 November 2019

Siro Jumat, 22 Nov 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIII
PW S. Sesilia, Perawan dan Martir

Bacaan Injil
Luk 19:45-48

Rumah-Ku telah kalian  jadikan sarang penyamun.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus tiba di Yerusalem dan masuk ke Bait Allah. Maka mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ. Ia berkata, "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!" 

Tiap-tiap hari Yesus mengajar di Bait Allah. Para imam kepala dan ahli Taurat serta orang-orang terkemuka bangsa Israel berusaha membinasakan Yesus. tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

Demikianlah Injil Tuhan.
=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                
Jumat, 22 November 2019                                                                                                          
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Rumah Tuhan Adalah Rumah Doa, Hormatilah!                                                                      Lukas 19:45-48

Saudara-saudari ... Injil hari ini adalah kelanjutan dari bacaan yang kita dengar kemarin hari Kamis. Kemarin kita mendengar bahwa Yesus menangisi Yerusalem dan sudah meramalkan kejatuhannya. Tangisannya itu sungguh keluar dari rasa kecewa yang sangat dalam. Bangsa Israel yang adalah bangsa pilihan Allah seharusnya menjaga kesucian dirinya dan tunjukkan tingkah laku yang baik kepada bangsa lain. Tetapi yang mereka tunjukkan justru sangat bertentangan. 
Hari ini kekecewaan dan kejengkelan Yesus terhadap bangsanya semakin bertambah. Bukan hanya kebobrokan tingkah laku terhadap sesama di luar kenisah Allah yang mereka tunjukkan, tetapi kini Yesus sendiri menyaksikan bagaimana kebobrokan tingkah-laku mereka terhadap Allah sendiri. Mereka menjadikan kenisah Allah sebagai pasar penjualan dan tukar uang. Kenisah Allah yang seharusnya dijaga kesucian dan kehormatannya sebagai tempat doa, kini jadi tempat merajalelanya ketidak-adilan, keributan dan kekecewaan banyak orang. Bukan lagi kedamaian dan kebahagiaan yang mereka jumpai di kenisah Allah, tetapi kekecewaan dan frustrasi. Kenisah Allah bukan lagi tempat orang berkomunikasi dengan Allah tetapi menjadi tempat komunikasi antara para pedagang dan pembeli binatang dan tukar uang. 
Yesus Kristus, Tokoh damai dan Pembawa hukum cinta kasih tidak bisa lagi menahan kemarahanNya. Ia berteriak mengusir semua pedagang di situ. Katanya: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian menjadikannya sarang penyamun!”  Sarang penyamun berarti pusat tempat dididiknya bandit-bandit, penjahat-penjahat. Perkataan Yesus ini ditanggapi secara negatip oleh para imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka bangsa Israel. Mereka mau membunuh Yesus Kristus. Satu sikap yang sungguh bertentangan dengan hakekat profesi mereka. Mereka yang seharusnya menjaga kesucian Bait Allah; mempromosikan keadilan dan cinta kasih; promosikan sikap jujur dan saling menghormati satu sama lain. Kini berbalik menjadi pembunuh. Mereka sesungguhnya menerima apa yang dibuat Yesus sebagai sesuatu yang positip dan sebagai teguran positip bagi mereka. Tetapi reaksi mereka sungguh sangat berlawanan. Dengan menolak apa yang dibuat Yesus, maka terbuktilah kebenaran apa yang diucapkan Kristus: “kalian sudah menjadikan Bait Allah sarang penyamun.”  Di dalam Bait Allah sepertinya bukan kejujuran lagi yang diajarkan tetapi penipuan; Di dalam Bait Allah sepertinya bukan lagi Allah yang mereka jumpai melainkan Setan. 

Saudara-saudari...  Apa yang dibuat Yesus terhadap para pedagang dan penukar uang di Bait Allah mengingatkan kita akan tingkahlaku kita masing-masing. Sewaktu kita masuk ke dalam gedung gereja, bagaimana sikap kita? Apa yang kita rasakan sewaktu kita membuka pintu gereja dan pelan-pelan melangkah masuk ke dalamnya? Apakah ada perasaan yang lain dalam diri kita atau sama saja kalau kita masuk rumah kita sendiri? Kalau kita tidak bisa membedakan cara kita bersikap waktu kita masuk ke dalam gedung gereja dan masuk ke dalam gedung-gedung yang lain, maka kita harus perlu bertanya diri. Mengapa kita tidak bisa merasakan perbedaannya. 
Gedung Gereja adalah tempat kita berdoa dan mempersembahkan kurban kita yaitu Yesus Kristus sendiri. Di sana ada Altar tempat Tubuh dan Darah Kristus dikurbankan. Dalam Gedung Gereja, khususnya kita yang beragama Katolik, ada Tabernakel. Dalam Tabernakel ada Tubuh Kristus/Sakramen Mahakudus. Kita sungguh percaya bahwa dalam Sakramen Mahakudus ini, Yesus Kristus sendiri hadir.  Sadar akan kehadiran Yesus Kristus yang bertahta dalam Tabernakel ini maka kita sudah seharusnya tunduk dan menyembah ke arah Tabernakel itu. Sewaktu kita berada dalam Gedung Gereja sudah seharusnya kita fokus kepada Kristus dan berdoa kepadaNya. Keberadaan kita dalam gereja adalah satu kesempatan baik untuk bercakap-cakap dengan Kristus. Tetapi betapa sering terjadi, selagi kita berada dalam gedung gereja kita masih berkomunikasi dengan orang lain yang ada jauh secara fisik dari kita lewat hp. Bukannya berkomunikasi dengan Tuhan tetapi dengan sesama manusia yang berada jauh. Dengan berbuat demikian, kita sudah jadikan gedung gereja sebagai loket telpon, pasar telpon. Perbuatan serupa sesungguhnya menyakiti hati Yesus. Paus Fransiskus sudah ingatkan para uskup, imam dan biarawan serta awam untuk matikan hp sewaktu masuk gereja. Fokuslah pada Tuhan. 

Marilah saudara-saudari... Hormatilah rumah Tuhan dan berkomunikasihlah dengan beliau semasih kita berada di dalamnya. Biarkan HP kita dimatikan dulu mungkin cuma sejam atau dua jam saja. 

Kita memohon St. Sesilia dan Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita agar kita selalu sadar bahwa rumah Tuhan adalah rumah doa, yang harus kita hormati. Amin.

Tidak ada komentar: