Kamis, 28 November 2019

Siro Jumat, 29 November 19

Bacaan Liturgi

Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Bacaan Injil
Luk 21:29-33

Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."

Demikianlah Injil Tuhan.

=======================
SIRAMAN ROHANI                                                                                                                                Jumat, 29 November 2019
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Sensitip Dan Sadar Akan Kehadiran Allah Dalam Hidup Kita!                                              Lukas 21: 29 - 33

Saudara-saudari… Pernahkah anda menyaksikan semut? Kalau akan terjadi hujan lebat yang mendatangkan bajir, anda menyaksikan semut berkeliaran mencari tempat, yang menurut instinct mereka terasa nyaman. Itu berarti mereka punya kepekaan akan alam sekitar. Alam sekitar sepertinya sudah memberi pesan kepada mereka, bahwa mereka harus bersiap-siap.

Pada suatu malam, bersama katekis-ku, saya menyeberangi satu titian melewat sungai yang lagi meluap. Kejadian itu terjadi antara jam 9 dan 10 malam. Awalnya saya mau duduk merangkak di atas titian, satu balok panjang kira-kira 50 meter panjangnya. Tetapi katekisku berkata: “Pater, saya akan gendong Pater, tetapi dengan persyaratan: matikan senter!” Mendengar pernyataan Katekis ini, saya kaget. “Bagaimana mungkin engkau menggendong saya dalam keadaan gelap berjalan di atas titian kecil sepanjang 50 meter? Lihat air sungai mengamuk deras dan kita semua basah. Pasti titian sangat licin!” Tetapi dengan segala keyakinan dia katakan kepada saya: “Percaya saya Pater. Kita akan baik-baik saja.” Saya pasrah padanya. Saya biarkan dia menggendong saya. Senter saya pegang tetapi dalam posisi mati. Sambil merangkul dia, saya berdoa meminta St. Kristoforus membantu Si Lukas, katekisku agar selamat membawa kami ke seberang. Tiba-tiba saya mendengar Lukas berkata: “Pater turun, kita sudah tiba!” “Puji Tuhan!”kataku. “Trims Lukas!” Dalam perjalanan lanjut menuju Pastoran, saya sempat tanya pada Lukas: “Apa rahasianya sampai anda bisa berjalan aman di atas titian yang basah?” Dengan jujur dia katakan: “Saya bukan melihat dengan mata Pater, tetapi saya merasakan! Saya bisa merasakan saya berjalan di atas tempat yang benar atau salah. Kalau telapak kakiku terasa hangat sewaktu menginjak titian itu berarti aman, banyak orang yang selalu melewatinya. Tetapi kalau terasa dingin itu berarti tidak biasa dilewati.” Sambungnya lagi: “Di malam hari kami tidak bisa melihat tetapi kami merasakan.” Sungguh luar biasa. Mereka sungguh menyatu dengan alam. Mereka sangat sensitip dengan dunia luar!

Saudara-saudari…. Dalam Injil hari ini, Yesus juga berkata: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat.” Lewat pernyataan ini, Yesus mau mengingatkan kita, bahwa alam begitu sensitip dengan getaran sekitarnya, sepertinya gelombang suara yang begitu halus selalu ditiup ke mana-mana mewartakan kabar gembira atau kabar dukacita agar kita selalu berhati-hati. Menanggapi gelombang suara secara positip pasti akan menyelamatkan, tetapi sebaliknya, acuh tak acuh menolak gelombang suara ini akan mendatangkan bencana.

Bagaimana dengan kita manusia. Kita sudah diperlenglapi dengan lima indra yang sangat bagus. Apakah dengan indra-indra ini kita sanggup mengantisipasi apa yang akan terjadi? Apakah kita selalu peka menanggapi apa yang akan terjadi? 
Sudah layak dan sepantasnya, kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kita sudah semakin pintar, memanfaatkan otak dan segala kemampuan, yang diberikan Tuhan kepada kita untuk membangun alat-alat tehnologi, yang mempermuda aktivitas kita. Tetapi pertanyaan kita: apakah di saat kita menggunakan alat-alat tehnologi itu, kita selalu sadar bahwa di balik alat tehnologi itu Master mind-nya, Otak Utamanya adalah Tuhan? Atau kita mengabaikan Tuhan sementara kita dianyubahagiakan dan menganggap diri kita sebagai tuhan? 

Saudara-saudari… Sensitip dan sadarlah selalu akan kehadiran Allah dalam hidup kita. Gunakanlah mata hati kita untuk selalu merasakan kehadiran Tuhan. Mungkin mata intelek kita sering dikacaukan oleh ide-ide atas dasar logis dan tidak logis. 
Sentilan katekis, Lukas, yang sederhana di atas tadi membuka pikiran saya, bahwa di malam hari bukan mata fisiklah, yang bisa melihat alam sekitar, tetapi mata perasaan, mata hati. Dalam kegelapan, mata hatilah yang sangat diandalkan. Benar sekali!  Tuhan selalu dekat di hati. 
Kita tidak pernah mendengar sapaan untuk Yesus Kristus: The Sacred head of Jesus (Kepala Kudus Yesus), but the Sacred Heart of Jesus (Hati Kudus Yesus).  Sungguh tempat Yesus ada di dalam hati kita.

Marilah saudara-saudari…. Sensitiplah dan sadarlah selalu akan kehadiran Allah dalam hati dan hidup harian kita. Gunakanlah hati kita untuk merasakan Tuhan. 

Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen!

Tidak ada komentar: